Cerita ini sudah saya tulis sampe tamat.
Komandan POV's
Mereka semua-karyawanku-menunggu hasil omset bulan sekarang yang akan aku utarakan. Bagaimana mengutarakannya ya? Omsetnya turun.
"Sayangnya meski kita punya sisa waktu 7 jam buat menambah omset, kekurangan 50 juta nggak mungkin bisa teratasi."
"Itu artinya turun, Pak?"
"Ya."
"Pasti gara-gara Bang Adi!"
"Iya!"
"Kenapa nggak pecat dia, Pak!?"
"Hush. Dia sahabat saya."
Mereka semua bungkam. Dani tiba-tiba muncul kemudian berkata, "Pak Gani, maaf nih kalau saya lancang, tapi Bapak nggak bisa mencampur urusan pribadi Bapak dengan pekerjaan. Faktanya dia banyak merugikan penghasilan mulai dari kerja yang nggak bener dan merusak properti. Jadi-"
"Oke akan saya pecat." Dani memandangku senang sambil tersenyum lebar. "Tapi bukan dia, tapi kamu, Pak Dani." Mereka bungkam lagi. Aku memang owner baru meletek. Aku masih belum bisa untuk tidak mencampuri urusan pribadiku dengan pekerjaan. Sayangnya, aku tidak suka jika mereka, bahkan Dani sekalipun menjelek-jelekkan Adipati. Dia memang tidak sempurna, tapi bukan berarti aku harus memecatnya! Aku ingin Adipati kerja di sini. Dari yang aku lihat, Adipati adalah orang terjujur yang pernah aku temukan. Minggu lalu dia menemukan yang 10 ribu di bawah meja dan dia langsung melaporkannya ke kasir. Ditambah aku sudah tahu sifat luar dalam Adipati dan aku membutuhkan orang terpercaya di sini. Aku memutuskan Adipatilah orangnya.
"Maaf."
"Kalian semua ingat ini baik-baik. Di saat nggak ada tamu, baik waiters, barista, satpam, bahkan Pak Dani sekalipun, yang kalian lakukan hanya duduk sambil main ponsel. Sekarang saya ingin tanya sama kalian. Apakah Bang Adipati pernah main ponsel saat dia bekerja? Bahkan saat sedang nggak ada tamu sekalipun? Yang saya lihat dia selalu mencari apa yang bisa dia kerjakan mulai dari membantu divisi maintenance & fasility control. Bahkan dia juga sering membantu mencuci piring padahal sudah ada bagiannya. Meski dia nggak ramah di bagian service, tapi lambat laun dia belajar dari pengalamannya."
"Komandan, eh maksud saya Pak Gani, saya mau pulang dulu." Adipati datang dengan senyum lebar di bibirnya.
"Saya nggak masalah kalian main ponsel kalau nggak tamu, karena memang apa yang mau dikerjakan, benar? Tapi dari hal sekecil itu kalian seharusnya bisa sadar siapa orang yang paling berdedikasi tinggi di antara kalian, bahkan saya sendiri. Saya nggak akan memecat siapa pun, kalau ada yang mau mengundurkan diri silakan. Sekarang juga."
Adipati membisikkan sesuatu ke telingaku. "Komandan jangan galak, mereka takut tuh. Ada masalah apa lagi?"
"Nanti saja pulangnya Bang bareng sama saya."
"Maaf."
"Lupakan. Saya bilang kalau omsetnya turun, hanya saya yang berangkat. Itu memang benar. Saya akan berangkat sendiri." Mereka memandangku kecewa. "Kecuali, jika kalian merelakan gaji kalian saya potong 300 ribu, baru kalian boleh ikut." Aku masih banyak hutang ke bank dan ke orang tuaku jadi mustahil aku bisa membayar mereka semua dalam liburan kali ini. Ditambah liburannya selama 3 hari, itu jelas sangat menghabiskan banyak dana.
"Haha nggak masalah, Pak! Yang penting liburan!"
***
Sudah 1 bulan Adipati kerja di tempatku, selama satu bulan itu pula aku selalu memperhatikannya. Wajahnya, tindak-tanduknya, bahkan celotehnya. Aku tidak tahu kenapa kini aku sering memperhatikannya karena yang aku tahu itu selalu membuatku senang. Meski kadang dia selalu membuatku kesal, tapi di saat yang bersamaan dia selalu membuatku tertawa. Aku mulai memperhatikannya karena mungkin juga aku merasa diperhatikan olehnya. Misalnya dia selalu menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, atau selalu mengajakku nonton sampai larut. Harus kuakui dia pria menarik. Pantas saja setiap perempuan yang dia dekati tak pernah menolak ajakannya untuk hang out, atau makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Addict [ManXMan] [Tamat]
RomanceKisah membosankan antara preman dan tentara.