Ini kisah ku di masa kecil dimana aku senang sekali menari jaipong di umur ku yang masih 3 tahun.
Sari begitu lah biasa nya orang-orang memanggil ku, aku anak pertama dan cucu pertama dari keluarga ku pada masa itu. Hobi ku adalah menari jaipong dan bersenandung, setiap harinya aku akan berjaipong ria sesuka hati ku di iringi musik dari mulut ayah dan sorakkan dari ibu begitu lah kebiasaan kami setiap harinya.
Tak ada yang yang aneh semua terasa wajar sebab kami melakukannya hampir setiap hari, hingga tiba di suatu hari kegiatan itu mengagetkan kedua orang tua ku. Ketika aku mulai menalikan sehelai kain samping di pinggang ku dan mulai menari mengikuti irama, tatapan yang ku beri saat itu sangatlah berbeda.
" sari? "
" yah,,, kok ibu lihat ada yang beda dari jaipong sari malam ini, tidak seperti biasa " kata ibu
" enggak kok bu sama saja, mungkin karna sari sering jaipongan, jadi sari lebih jago " jawab ayah, yang masih merasa tidak terjadi apa-apa.
Lama mulai tercium bau wangi dan aku terus melanjutkan tarian ku, hingga ibu mulai panik dan memanggil salah satu dari tetangga ku yang bisa melihat mereka.
" Astagfirullah !!! " katanya terlihat sangat terkejut ketika melihat yang tengah menari bukan lah aku melainkan seorang ronggeng yang bisa mengajak ku menari jaipong kini ia merasuki tubuh ku yang masih mungil
" kenapa teh? Ada apa dengan sari? "
Seketika bulu kuduk mulai berdiri tatapan sari tak lagi sama sepeti biasa.
" teh ini bukan sari "
Setelah di pindah kan dan merasuki tetangga ku ia memperkenalkan dirinya sebagai nyai, dan hanya senang melihat sari menari tak ada maksud untuk membawa sari.
Setelah kejadian itu aku masih tetap menari sesuai dengan ke inginan ku dan sesekali ku melihat nyai pun menyaksikan tarian ku, nyai bilang aku cantik dan nyai suka ketika melihat ku menari di iringi musik sederhana dari kedua orang tua ku, kata nya ia rindu menari dengan musik dan sorak kan dari penonton maka dari itu ia merasuki tubuh ku.
Ku biar kan nyai hadir tapi tidak untuk menggangu ku, dan ternyata selain nyai yang menjumpai ku, ada nyai ronggeng lain yang selalu menempel pada ibu ku, sosoknya gemuk dengan kebaya merah dan sanggul khas zaman dulu, nyai itu memang sudah lama ada pada ibu ku tapi kami tidak begitu menyadari keberadaannya, bahkan aku pun tau nyari ronggeng itu setelah aku beranjak dewasa dan kedua orang tua ku yang tak lagi bersama.
Kata nya nyai ronggeng yang menempel di ibu ku sudah ada sejak dulu, sebab ternyata ibu ku juga dulu senang sekali menari jaipong dan terkadang nyai yang membantu gerakkan ibu saat ada di panggung pentas seni dan menjaga ibu. Entah benar atau tidak aku tidak tau pasti yang jelas nyai ku sudah pergi begitu juga dengan nyai yang menempel di ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Yang Tak Terlihat
HorrorMereka yang tak terlihat namun hidup berdampingan, percaya atau tidak begitulah adanya, mungkin teman-teman sendiri pun pernah mengalaminya namun berusaha melupakan dan mengabaikannya.