" putriiiii,,, putri ini mamah sayang " begitu teriak mamah sambil memeluk tubuh ku dengan erat dan menitihkan air mata yang tak henti di matanya.
Nama ku putri mulan sari, keluarga dan orang terdekat ku bisa memanggil ku dengan panggilan putri, aku lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dan aku di besarkan di keluarga yang normal sama seperti keluarga yang lainnya, hingga tiba saat dimana semua menjadi aneh bagiku, pada saat dimana aku mulai bisa berkomunikasi dengan mereka dalam tanda kutip.
" haii,,, aku putri kamu siapa? " begitu tanya ku, ia mulai memperkenalkan diri nya pada ku, dan sejak saat itu kami mulai berteman, dan kawan yang lain berdatangan.
" kamu mau main sama putri? "
" main apa? "
" jangan,,, jangannn, nanti mamah marah " ucap ku karna sosok itu terus mengajak ku untuk ikut dengan nya.
" jangan takut putri nanti kita pulang lagi " katanya meyakinkan ku.
Dan sering berjalannya waktu aku jadi lebih suka menghabiskan waktu sendiri, berbicara, dan bermain sendiri. Dan itu yang menbuat ku menjadi anak yang anti sosial, maklun pada masa ku gadget adalah barang langkang yang tidak semua orang punya, bahkan handphone zaman ku waktu itu tidak seperti saat ini yang serba canggih, sehingga bermain dengan dunia nya sendiri menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri untuk menikmati masa kecil.
Mamah tak pernah memarahi ku karna aku jarang bergaul dengan anak lain seusia ku kala itu, mungkin pikir mamah, tak masalah aku main sendiri di rumah yang penting aku suka, lagian main di rumah lebih aman dari pada di luar. Aku sendiri merupakan typical anak yang dikenal cukup aktif dan bawel, mungkin itu lah yang menarik minat sosok sosok tak kasat mata mendekati ku untuk sekedar mengajak main atau mengobrol, dan tak ku sangka semua berubah seperti mimpi buruk saat sosok itu datang.
Sosok itu adalah nenek, entah siapa dan dari mana asalnya, dia datang dan terus menganggu ku bahkan dia mengajak ku untuk turut ikut dengan nya.
" putri gak mau ikut nek, putri mau sama mamah " kata ku pada nenek itu.
" hayu cu temani nenek, nenek kesepian " begitu jawabnya sambil terus menarik tangan ku.
" putri tidak mau nek, putri tidak mau ikut nenek, putri takutttt "
mendengar teriakkan ku sosok nenek itu menjadi kesal dan marah, matanya melotot dan memerah aku mulai panik dan ketakutan.
" mamahhhhh,,, mamahhhhh, putri takut, tolong putriiiii " dalam kondisi ruangan gelap aku tak tau dimana mamah ku, kucup lama aku teriak dan memanggil namanya sesekali ku berdoa pada tuhan untuk tidak memisahkan ku darinya.
Di sisi lain saat aku merasa aku akan ditarik pergi oleh si nenek, ternyata mamah terus memeluk tubuh mungilku yang mulai mendingin.
" put,,, putri ini mamah nak, putri denger mamah gak? Tanya mamah pada ku.
" putri,,,, putri kenapa nak? "
Mamah terus menggoncangkan tubuh ku, sambil terus memanggil namaku.
" putriiiii,,, putri ini mamah sayang " begitu teriak mamah sambil memeluk tubuh ku dengan erat dan menitihkan air mata yang tak henti di matanya.
karna teriakkan mamah yang semakin menjadi, membuat tetangga dan orang sekitar mulai khawatir mereka menemui dan melihat apa yang terjadi hingga seseorang mulai berinisiatif untuk memanggil ustda.
Mulai lah di bacakan doa-doa di telingaku sembari mengusap-ngusap kepala ku, tak lama salah satu dari tetangga ku mulai ada yang kerasukan.
" dek naraon maraneh didieu? " begitu kata nya, suaranya menjadi lain, dan gerak geriknya mulai berubah seperti nenek-nenek.
" mantog !!!!! siah ulah ngaganggu sim kuring " begitu katanya lagi suaranya mulai terdengar penuh amarah.
" saha nu ngaganggu? Saha anjeun? " kata pak ustad
" maneh teu kudu hayang apal saha sim kuring !!!! Kuring dek mawa ieu budak !!! "
" ehh,,, naha make kudu di bawa, anjeun teh saha na? "
" kuring resep ka ieu budak, ku kuring dek di bawa jang maturan kuring di alam kuring ! "
" resep na kunaon? "
" sim kuring resep ka ieu budak, ku sabab budakna bageur jeung someah, kuring resep ulin jeung ieu budak, budak na capetang. Jadi kuring dek mawa ieu budak ka tempat kuring cicing "
" anjeun teu tiasa nyandak ieu murangkalih, ku margi masih keneh aya rama na "
" boga kolot ge hare-hare, meuning di bawa ku sim kuring, puguh diditu mah di urus "
Pada saat itu aku merasa ada dalam sebuah kurungan dalam tempat gelap dalam hati ku berkata, " mah? Mamah dimana? Tolong in putri mah, putri takut disini " rasanya seperti hampa dan dingin.
" teu bisa, anjeun geus teu bisa di sabaran, budak ieu teu bisa di bawa !!! "
" anjeun beda alam, ulah ngaganggu, uih keun murang kalihna anjeun mulih ka tempat nu sakudu na " begitu kata pak ustad sambil mulai membacakan beberapa ayat dan menciprakkan air ke wajah tetangga ku itu untuk mengusir paksa sosok nenek yang ingin membawa ku, kemudian setelah itu pak ustad terus berusaha membacakan ayat-ayat suci al-qur'an untuk membantu ku, setelah ku tersadar, mamah mulai menceritakan segalanya mulai dari awal aku sakit.
Mulanya mamah menganggap penolakan ku itu hanya bercanda, karna mamah tau aku sering bermain sendiri, terkadang memang ku tolak beberapa teman yang ingin bermain dengan ku namun tidak kali ini penolakan yang berujung pada sakitnya aku selama 3 hari. Dan selama 3 hari itu ternyata aku di tarik oleh si nenek yang memaksa ku untuk tinggal dengannya. Kata nya dia menyukai ku karna berbagai alasan, aku tidak mau karna tentu itu bukan dunia ku.
Setelah kejadian itu aku takut di tinggal sendiri, dan ternyata sosok nenek itu pun yang mengusir teman-teman ku agar mereka tidak main lagi dengan ku, juga memberinya celah untuk dekat dengan ku kemudian mengajak ku pergi. Jika saat itu mamah tak memeluk tubuh ku dengan erat mungkin aku sudah ikut pergi dengan nenek, namun batin mamah lebih kuat dari hal ghaib apa pun yang akan menarik ku pergi. Terimakasih mah untuk keberanian mamah yang terus mendekapku walau mamah tau aku akan pergi kala itu, sebab sakit ku bukanlah sakit biasa. Tapi raga ku yang memang tengah di ajak pergi oleh nenek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Yang Tak Terlihat
HorrorMereka yang tak terlihat namun hidup berdampingan, percaya atau tidak begitulah adanya, mungkin teman-teman sendiri pun pernah mengalaminya namun berusaha melupakan dan mengabaikannya.