Sebuah takdir yang sudah di gariskan akan tetap seperti itu tanpa peduli bagaimana pada akhirnya. Pertemuan dan perpisahan sudah pasti akan terjadi kepada semua makhluk tanpa terkecuali. Meskipun harapan yang kuat akan terus bersama tapi jika sang takdir tidak berkehendak maka semua itu akan sia-sia.
.
.
.
Sakura kembali bermekaran dengan indahnya. Istana di buka untuk tiga hari agar rakyat Suna bisa menikmati sakura bermekaran yang hanya terdapat di Istana. Suara keramaian pun terdengar hingga balkon yang kini di singgahi sang Raja. Netra hijaunya terus mengamati rakyat tercintanya yang kini sedang bersuka cita. Ingatannya kembali akan kenangan masa dimana sang adik masih di istana ini. Dengan riang dan langkahnya yang terus berlarian tidak dihiarukannya meskipun membuat para dayang dan penjaga istana panik di buatnya.Sang Raja tersenyum kembali mengingat tingkah sang adik tercintanya. Tangannya terulur merasakan sinar matahari yang menyentuh kulitnya kini.
"Terima kasih telah kembali."ucapnya seraya senyuman penuh dengan kelegaan.
Angin berhembus pelan menerbangkan helaian merah panjangnya dan jubah kebesarannya. Tangan yang tadi terulur untuk merasakan angin yang berhembus kini terukur ke samping menunggu sesuatu menyentuhnya.
Satu tangan terulur menyambutnya dan menggenggamnya lembut. Langkah kaki dengan jubah putih perpaduan dengan merah muda indah menyapu lantai dengan indahnya. Hela an napas terdengar pelan sebelum suara lain terdengar dan berucap, "Maaf membuatmu menunggu Onii-sama."
Sang Raja muda menggenggam erat tangan kecil itu dan kembali tersenyum saat tatapannya kini tertuju pada orang yang selama ini di tunggu nya.
Rambut merah muda yang tergerai indah, baju cantik yang ia beli saat berkunjung ke Negeri tirai bambu beberapa tahun lalu itu nyatanya sangat cocok di pakai nya. Tak lupa mata sewarna namun lebih terang darinya pun akhirnya membalas akan tatapannya.
"Hm." sang Raja tersenyum namun dalam hati ia sangat bersyukur akan do'a- nya yang terkabul hingga mengembalikan hidupnya kembali.
"Musim semi." sang adik tersenyum saat melihat ke bawah di mana para rakyat Suna memenuhi halaman istana dimana bunga Sakura bermekaran.
"Kau kembali saat mereka bermekaran, lagi." sang Raja menolehkan pandangannya dan kembali menatap para Rakyat dengan perasaan lega. Satu tangan yang tadi menggenggam tangan sang adik kini berpindah untuk menepuk pucuk kepala merah muda itu.
Sang adik memejamkan mata menahan air matanya yang akan menetes. Ingatan akan mimpinya, dan tentang suaminya membuatnya merasa putus asa.
"Nii-sama." ujarnya dengan suara lirih.
Sang Raja menatap sang adik dengan tatapan iba. Di raih nya tubuh ringkih itu dan membawanya pada sebuah pelukan.
"Maaf membuatmu mengalami semua ini, Sakura."ujarnya yang benar-benar penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess
FanfictionUchiha Sakura, Permaisuri dari kerajaan Uchiha yang mengalami tragedi atas penyerangan Kerajaan, dan Suaminya Uchiha Sasuke tewas saat melindunginya. Namun saat ia memeluk sang Suami, tiba-tiba Ia terbangun dan berada sendirian di bawah rimbunan sak...