April, 2018
Bersama 4 orang dalam kelompok sosiologiku, aku berjalan menuju ke 6 kelas IPS. Sudah 5 kelas yang kami datangi, kini tersisa satu kelas lagi. 10 IPS B.
Kami adalah anak IPA, sementara yang aku herankan, mengapa kami harus diberi tugas penelitian sosiologi yang mana itu adalah pelajaran anak IPS?
Di kurikulum 2013 ini, jurusan IPA dan IPS akan mendapat 3 mata pelajaran tambahan dari jurusan mereka.
Seperti aku sekarang, mendapat 3 pelajaran IPS yaitu Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi.
Dan tentu saja itu membuatku makin pusing. Tidak cukupkah kalau hanya belajar pelajaran dari jurusan?
Kimia, Fisika dan Biologi. Aku sudah cukup penat dengan pelajaran-pelajaran ini.
"Fa, bengong aja kesandung loh." Suara Mela akhirnya menyadarkanku dari lamunan, aku bahkan lupa kalau aku tengah berjalan menuju kelas 10 IPS B.
"Eh iya Mel, yuk bagiin angket ini ke kelas IPS B" ajakku
Mela dan aku mengetuk pintu, hendak memberi salam.
"Assalammualaikum, maaf ganggu waktunya sebentar, boleh masuk?" ucapku berusaha sopan
Gerombolan laki-laki yang duduk dibarisan pojok menyahut dan mengizinkan aku dan Mela masuk.
3 orang dalam kelompokku menunggu didepan kelas. Hari ini, seluruh murid mengenakan batik bebas karena memperingati Hari Kartini. Untuk ini aku bersyukur karena aku tak harus memakai kebaya.
Mela mulai membagikan angket penelitian sosiologi ke 5 orang dalam kelas ini. Memang dikarenakan sedang memperingati hari kartini, maka sebagian besar guru tidak masuk kelas dan memudahkan kami untuk segera menyelesaikan tugas penelitian ini.
Penelitian sosiologiku mengenai Pengaruh Pacaran terhadap Prestasi Belajar Siswa. Otomatis, kebanyakkan para remaja sangat antusias dalam menjawab angket tersebut.
Seperti sekarang ini,
"Anjay ini ditanya udah pernah ciuman apa belom?" sahut salah seorang
"Eh, gue pacaran udah berapa lama ya," tanyanya pada dirinya sendiri.
Gerombolan laki-laki kelas IPS tersebut asyik mengerjakan angket dan sesekali tertawa.
Mataku tak lepas tertuju pada salah seorang dari mereka. Atau lebih tepatnya dua orang dari mereka. Yang satu berkulit putih, berbadan tinggi besar dan tampan. Yang satu lagi berkulit hitam, berbadan tinggi tegap dan manis.
"Yang namanya Agas yang mana?" tanyaku setelah mereka mengumpulkan angket dan aku mulai membaca nama mereka satu-satu.
Laki-laki dengan tubuh tinggi besar itu mengacungkan tangan. Sekilas aku tersenyum singkat. "Jadi kamu, Agas"
Kemudian ia membalas senyumku seraya mengangguk. "Iya" katanya
•••
Besoknya, sekolah berjalan seperti biasa. Pada saat jam istirahat Agas melewati kelasku bersama 2 orang temannya. Agas tak menghiraukanku, dia berjalan dengan santainya.
Aku yang entah kenapa merasa kesal akhirnya menghampiri Nadila. Kami berdiri didepan pintu kelas.
"Dil, itu cowok namanya Agas kan?" Bukannya menjawab pertanyaanku, Nadila malah meneriaki Agas.
"Agas!! ditanyain sama Afa namanya Agas kan?"
Sontak, aku yang hendak membekap mulut Nadila yang comel ini mengurungkan niat ketika melihat Agas tersenyum.
"Iya"
Ah, sial. Masa iya hanya dengan seulas senyum aku deg-deg an seperti ini?
"Kata Afa salam kenal, Gas"
Agas mengacungkan jempol, lalu katanya "Udah kenal kok, Afa kan?"
Aku tersenyum kikuk, dan entah mengapa ada yang janggal dengan jantungku.
"NADILA, TANGGUNG JAWAB LO!" teriakku setelah Agas berlalu
•••
Pulang sekolah, aku yang naik angkutan umum langsung menuju ke shelter sekolah.
Dilorong kelas, aku bertemu Agas. Dia bersama satu orang temannya yang entah siapa aku tidak kenal.
Kupikir, Agas akan melewatiku. Ternyata perkiraanku salah. Agas melihatku, menyapaku dengan anggukan dan senyuman.
Oh, Sial. Kenapa aku ini? Masa iya hanya disapa seperti itu aku langsung baper?
Setelah berlalu, aku tidak bisa tidak menahan senyumku sampai aku tiba dirumah.
Aku bergegas mengambil ponselku yang memang jarang kubawa ke sekolah.
Afaarafah: Dil
Afaarafah: Nadila
Afaarafah: bales dong lay
Afaarafah: berhubungan dengan masa depan ni
Afaarafah: Nadilayyyy :(
Nadilay: apa sayang?
Nadilay: hah? berhubungan ama masa depan gimana?
Nadilay: antara hidup dan mati?
Afaarafah: iya :(
Afaarafah: tolongin gue dong
Nadilay: bentar deh gue lg makan ni
Afaarafah: Ok
Sekitar 15 menit, Nadila kembali membalas pesanku.
Nadilay: udah
Nadilay: kenapa
Afaarafah: bagi kontaknya Agas dong
Nadilay: Sumpah ya Fa gue pikir kenapa taunya itu doang
Afaarafah: hehe maap, mana cepetan
Nadilay: Contact send
Afaaarafah: asikk, makasiiii dilayku syg❤
Dan dari sinilah, akibat keisenganku, cerita ini dimulai.
•••
a/n
welkom back to my channel💜
wehehehe cerita baru lg dong
parah si mood gue gajelas kdg rajin nulis kdg gak awkwkw
sepertinya aku akan suka dgn cerita ini heu heu
tp abouthim! slalu dihati mwah
Vote&comment don't forget ya adik-adik, kakak-kakak, aa-aa!❤
Salam sayang
syvaadelia
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Teen FictionBagaimana rasanya menjadi yang kedua? Perusak hubungan orang? Perebut pacar orang? Sudah, tenang. Ia hanya figuran yang tak mungkin jadi pemeran utama wanita dalam ceritanya.