Twelve

148 11 2
                                    

Mei, 2018

Aku duduk didepan halte menunggu Izan. Ia bilang tadi ia sedang rapat penutupan sebelum besok acara pameran dilaksanakan.

Dalam hati aku masih berpikir apakah yang aku rasakan sekarang adalah benar?

Akan kah apa yang sedang ku jalani sekarang membawa kebaikan atau keburukan untuk ku kedepan nya?

Pikiranku terhenti ketika ku lihat Izan sudah menunggu ku dengan motornya. Langsung aku naik tanpa ia suruh. Setengah perjalanan kami masih saling diam. Mungkin terlalu bingung topik apa yang harus di bahas.

"Zan kayanya gerimis ya" tanyaku membuka percakapan

"Iya Fa kayanya"

Izan sedikit mempercepat laju motornya. Aku merasakan rintik-rintik air hujan mulai menjadi banyak. Memang dari sekitar pukul 2 tadi langit sudah semakin mendung.

Tak bisa dihindari, hujan turun ke bumi dengan derasnya. Izan mulai kehilangan konsentrasinya dalam menyetir motor.

"Zan berteduh dulu aja, yuk" pinta ku

Izan segera mencari tempat yang bisa  kami jadikan untuk berteduh sebentar. Masjid terdekat menjadi tempat kami berteduh sementara.

Ia melepas tas nya, sementara aku memeluk diriku dengan tanganku sendiri. Sudah lama tidak hujan-hujanan di jalan seperti ini.

"Fa?" panggil Izan

Suaranya serak dan dalam. Aku jarang sekali mengobrol langsung dengannya walaupun kita sudah lumayan dekat.

"Kenapa Zan?"

"Kamu kedinginan?

"Eh? Gak kok"

"Yakin?"

"Iya, Zan. Udah biasa ujan-ujanan kok."

Lalu hening lagi. Aku dan Izan sama-sama tidak tau harus bicara apa.

Bajuku sudah lumayan basah, rasa-rasanya memang akan masuk angin, padahal besok sudah hari H pameran, sepertinya aku harus langsung istirahat ketika sampai rumah.

"Kamu gak bawa jas ujan?" kutanya Izan

"Iya gak bawa tadi nya lupa"

"Oh, yah mau gimana lagi"

"Maaf ya"

"Loh kan bukan kamu yang bikin ujan jadi turun sekarang"

Dia tersenyum.

"Fa, boleh minta tolong?"

"Apa, Zan?"

"Taro HP ku di dalam tas ya, takut kebasahan"

"Oke"

Aku menurut. Izan memberikan HPnya, ketika ingin kumasukkan, HPnya menyala. Menampilkan notifikasi dari sang kekasih.

Izan yang paham akan gerak-gerik ku segera berkata,

"Udah, Fa biarin. Langsung taro aja di tas"

Setelah kutaruh kedalam tas, kami sama-sama canggung lagi.

"Fa?"

"Apa Zan?"

"Kamu beneran gak kedinginan?"

"Kenapa memang?"

"Ya gapapa"

"Udah biasa hujan-hujanan kok"

"Iya"

Ketika hujan sudah lumayan kecil dan kembali menjadi gerimis, kami bergegas melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan, aku sangat ingin memeluk pinggang Izan, tapi aku paham betul posisiku sekarang.

Aku tak lain hanya sebagai juara kedua

Yang tak bisa menjadi pemeran utama.

•••
a/n

Huahhhhhh
Gatau lah w mau bilang apa tentang ni cerita wkwk

Semangat everyone!🔥

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang