Mei, 2018
Hari-hari di sekolah berjalan seperti biasanya. Masuk pukul 7 pagi dan pulang pukul 3 sore.
Jumat ini, seluruh kegiatan ekstrakurikuler diliburkan. Karena lapangan akan dipakai untuk reunian alumni. Walaupun untuk aku yang tidak mengikuti ekskul, sama saja. Aku bisa langsung pulang setiap kegiatan belajar mengajar selesai di pukul 11. Semua kegiatan ekskul dilakukan di hari jumat pukul 2.
Teman-teman sekelasku berencana menengok salah satu teman seangkatan kami yang mengalami kecelakaan motor. Ia diserempet oleh pengemudi mobil dan harus dilarikan ke rumah sakit. Ada luka ringan di lengan dan kaki nya.
Aku tidak terlalu mengenalnya, tetapi karena aku bosan dirumah jadi ya ikut saja.
Kami ramai-ramai menaiki angkutan umum menuju rumah sakit. Pulangnya, aku mampir sebentar ke penjual cappucinno cincau dekat terminal di daerah ku. Tak jauh dari sekolah.
Baru saja aku hendak memesan, penjual yang muncul membuatku terkejut.
"Agas?"
Dia terlihat mengerutkan keningnya.
"Nyari Agas ya? Bentar dipanggilin dulu."
Ia kembali ke dalam rumahnya.
Aku benar-benar dibuat heran. Lelaki itu sama persis wajah, badan, dan gaya rambutnya dengan Agas. Sulit membedakannya.
"Loh, Afa?"
Ini baru Agas yang asli yang muncul.
"Kamu punya kembaran?!" pekik ku
Agas mengangguk. "Iya, namanya Agus."
Aku manggut-manggut.
"Kok tau ini rumahku?" kini Agas yang terheran mengapa aku bisa ada disini.
"Tadi turun dari angkot, niat mau jajan es terus beli kesini. Tau nya ini rumah kamu."
"Oh gitu, mau minum rasa apa nih?" tawar Agas
"Milo aja deh, Gas."
"Pake cincau gak?"
"Boleh."
Agas lihai membuatkan minuman ku.
"Udah lama jualan gini?" kutanya
"Lumayan, Fa."
Agas telah selesai membuat minuman ku.
"Berapa, Gas?"
"Udah gak usah."
"Eh, jangan atuh. Aku bayar aja."
"Gak usah, Fa. Gapapa. Buat kamu itu mah."
"Makasih, Gas." aku menyeruput es ku pelan.
"Mau main disini dulu gak, Fa? Ngobrol di bangku yuk." ajaknya
Aku menurut. Duduk di bangku teras rumahnya.
Karena aku belum berniat untuk pulang dan diizinkan untuk main sebentar disini, maka aku banyak menghabiskan waktu untuk bercerita pada Agas.
Sudah kuduga sejak dari awal melihatnya, selain sosok yang ramah, Agas juga seorang pendengar yang baik.
Aku benar-benar menyukai kepribadiannya.
Kami lama berbincang. Tak terasa tau-tau hari sudah sore saja. 80% ceritaku memang tentang Izan. Karena Agas teman sekelas yang lumayan dekat dengan Izan. Aku jadi lebih tau banyak tentang Izan.
Aku suka cara Agas menilai hubungan kami. Izan dan aku sudah terlihat jelas saling menyukai. Tetapi mustahil untuk bersama. Dan Agas tidak mutlak menyalahkan ku. Agas bilang, Izan juga salah sudah merespon ku sejak awal. Dan sedikit banyak, Izan juga cerita pada Agas mengenaiku. Izan bilang ia tak bisa meninggalkan ku sejak awal aku terlihat menyukai nya. Izan menjaga perasaan ku. Walau dengan cara yang salah.
Dalam sekali pertemuan yang lebih dekat, aku bisa langsung menilai kalau seterusnya, ke depan nanti Agas akan menjadi teman yang baik untuk ku.
•••
a/n
Akhirnya bisa bahas Agas. Aku kangen banget.
Part nanti bahas Agas lagi atau Izan ya gais? Komen dibawah.
Jangan lupa vote juga!
See u💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya menjadi yang kedua? Perusak hubungan orang? Perebut pacar orang? Sudah, tenang. Ia hanya figuran yang tak mungkin jadi pemeran utama wanita dalam ceritanya.