"Bro, duluan ya. "
"Oh, iya. Ati-ati. "
Tepat pukul 5 sore semua kegiatan sekolah berakhir, juga dengan kegiatan olahraga yang diikuti oleh namja tersebut.
Ruang olahraga yang sudah sepi dan gelap membuat bulu kuduknya meremang.
"Ada yang ga beres nih," ujar namja tersebut sambil langsung membereskan perlengkapannya.
Duk... Duk... Duk
Sebuah bola basket memantul ke arahnya dan menabrak kakinya.
Suara lainnya semakin keras...
Lebih keras..
LEBIH KERAS...
DDUKK!!
Sampai akhirnya bola tersebut terlempar dengan keras dan hampir mengenai wajah namja itu. Hal tersebut sukses membuatnya pucat pasi dan langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan olahraga tersebut.
Dia terus berlari.
Pintu demi pintu ia lewati untuk mencapai gerbang sekolah yang sebenarnya berada tepat di depannya.
Dia mulai kelelahan tapi dia terus berlari, bayang bayangan hal yang pernah ia lakukan dulu terus menghantuinya. Seperti kaset rusak. Ingatan itu seperti ingin menelannya.
Dia tak menyadari bahwa namja itu hanya memutari sekolah dan berakhir dengan dia berada diatas rooftop. Padahal, ia ingat jelas kalau dia sama sekali tidak menaiki tangga apa pun. Dan tepat dibawah kakinya tangan pucat nan dingin mencengkram kuat kaki namja tersebut, dan menyeret tubuh namja tersebut.
"AAAAAA!!!!"
Seretan tersebut menimbulkan di sekujur kulitnya karena gesekan lantai dan tubuhnya. Beberapa luka mengeluarkan darah hingga merubah warna kemejanya.
"Bangsat! Hentikan! KUMOHON HENTIKAN!!!"
Seretan itu sempat berhenti sejenak karena kata-katanya. Sebelum kembali diseret secara kasar sampai ke atas pembatas rooftop. Tubuhnya bergelantung dengan tangan yang masih menahan beratnya.
Namja tersebut kembali berteriak, namun tiada hasil. Tidak ada orang yang datang menolong.
Seretan itu berakhir saat tubuhnya bergelantungan di pembatas rooftop. Dia hampir jatuh andai saja dia melepaskan genggaman tangannya.
Namja tersebut meringis kesakitan. Bagaimana tidak? tubuhnya sekarang dipenuhi luka gores.
Namja tersebut mencoba untuk berdiri. Dan berhasil, ia dengan sisa tenaga mengangkat tubuhnya dan setengah berbaring di pembatas itu. Namun ia tak bisa bergerak lebih jauh. Ia tak bisa melarikan diri. matanya terus melihat kebawah, seakan dihipnotis. Matanya terpaku pada satu sosok tubuh.
Sesosok namja bertubuh mungil tebujur kaku dengan bersimbah darah. Wajahnya hampir tak berbentuk lagi. Sangat tidak layak untuk dilihat.
Banyak orang yang menangis di sekeliling tubuh namja tersebut tanpa henti. Membuatnya frustasi mendengar suara tangisan tersebut, membuatnya ingin menutup telinganya, tapi tak bisa. Dia ingin berteriak, tapi suaranya terikat di ujung lidah. Dia tak bisa apa-apa.
Dan secara perlahan, tubuh namja mungil dibawah sana menolehkan kepalanya, lalu memberikan tatapan dan seringai seram kepada namja tersebut.
Bibir pucat penuh darahnya bergerak perlahan. Anehnya, walaupun dia berada di lantai 5, ia bisa melihat jelas apa yang namja itu bisikkan.
'me'
'nga'
'ku!'
---
Sengaja pendek biar penasaran
Muehehehe :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul [ EXO Xiumin ] ✔️
Fanfiction"And in the end, all I learned was how to be strong. ALONE. "