2. We are Twilight

355 23 0
                                    

Brum brum brum.

Suara deru motor menggelegar dimana-mana, lintasan balap itu menjadi ramai dan bising. Pertandingan King and Queen Race baru pertama kali dilaksanakan, The King and Queen tidak tau siapa lawannya dan mungkin tidak ingin tau.

Tepat saat kain putih dijatuhkan mereka saling berlomba lomba untuk menang.

"King."

"Queen."

"King."

"Queen."

Sorakan disertai dukungan fans dari King dan Queen terus bersahut-sahutan. Tak lama setelah itu mereka mencapai garis finish secara bersamaan.

Sorakan kecewa dari para fanspun terdengar menggema di lintasan balap, namun ada juga yang merasa senang karena kesamaan mereka.

Mereka memang cocok jadi King dan Queen Race

Ah kok hasilnya seri

Iya nih nggak seru

Queen ku yang cantik badai !

Andai King tampan gue yang menang

Begitulah sekiranya ocehan para penggemar dunia balap. Setelah balapan The King and Queen saling menghindar satu sama lain entah karena tidak ingin tau atau kurang tertarik untuk berkenalan.

Mereka hanya bertatap muka di balik helm fullface dan melenggang pergi begitu saja. Seolah tidak tertarik dan juga tidak perduli.

"Wih wih wih Alata seri nih." sambut Caca memeluk perempuan dengan rambut panjang yang digerai sempurna.

"Iya lawan King lagi hebat lo Ta." puji Melli terkagum. Perempuan yang pandai memoles wajah ini memang selalu takjub dengan preolehan prestasi Alata. Matanya selalu berbinar melihat kemenangan Alata yang penuh hiruk pikuk penonton di luar sana.

Sementara tanggapan cewek bernama Alata itu hanya senyuman tipis, tipis sekali. "Ayo pulang."

"Bentar, tungguin Ghina yang lagi olahraga malam." ucap Wianda memelankan perkataannya.

Alata terdiam mendengar ucapan Wianda, ia tahu apa maksud dari kata olahraga untuk Ghina. Menghajar seseorang.

Selang beberapa menit kemudian, datanglah seorang perempuan berbandana ungu dan berpenampilan urakan dengan rantai besi menghiasi pinggangnya.

"Udah puas lo?" tanya Caca sedikit sinis. Menunggu Ghina berolahraga malam sama halnya menunggu doinya untuk peka. Artinya, lama banget!

Ghina mengusap wajahnya kasar. "Bangsat banget lo. Lagi dateng malah dikatain." sarkasnya.

"Ngehajar siapa lagi?" tanya Melli penasaran.

Seketika Ghina tersenyum lebar, ia kembali mengingat momen manis saat orang yang ia hajar berlutut di depannya minta diampuni."Anak sekolah lain."

"Berapa orang?"

"Tujuh atau delapan ya? Delapan mungkin."

GARZALATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang