4. She was Pretty

193 18 6
                                    

"Lho Za lo kenapa?" tanya Damien saat tiba di tempat awal mereka kumpul tadi. Yang membuat Damien bertanya, kenapa siku dan lutut Garza diplester? Apakah dia habis one by one dengan geng sebelah?

"Jatuh, biasa." ujar Garza meminum air mineralnya.

"Nggak, lo harus jelasin kenapa siku sama lutut lo bisa luka kayak gini." ujar Damien, memaksa. Namun Garza menganggapnya sebelah mata.

"Males." timpal Garza meremas botol air mineral dengan satu tangan.

"Masa lo nggak mau jelasin ke temen lo yang super duper baik imut, kayak gini hyung?" ujar Damie hopeless. Garza jadi jijik melihat ekspresinya yang dibuat-buat.

"Iya. Nunggu yang lain dateng." putus Garza menghela napas malas melihat tingkah sohibnya yang terlalu childish untuk ukuran anak SMA.

"Oke hyung~"

Selang beberapa menit kemudian Bram, Naren, dan Zidan datang secara bersamaan. Mereka mengeluarkan ekspresi yang berbeda-beda. Zidan tersenyum sendiri, Bram nampak mengingat-ingat, dan Naren yang dark mode. Wajah tampan Naren terlihat lebih pias dari biasanya.

"Nah si kunyuk udah pada dateng. Ayo cerita dong hyung~" ucap Damien sambil mengoyangkan tangan kanan Garza.

"Cerita apanih yang dimaksud?" sambar Zidan, penasaran. Namun belum sempat Damien mrmberikan kejelasan, suara Bram memotong langkahnya. "Za tangan sama lutut lo kok ada plesternya?" tanya Bram.

"Gue nolongin orang yang hampir ketabrak." jawabnya sedikit panjang agar temannya tidak banyak tanya.

"Cewek apa cowok?" tanya Damien, kepo.

"Cewek." balas Garza malas.

"Cantik nggak?"

"Cantik. Tapi ngeselin."

Mereka berempat terdiam dan saling pandang. Begitu juga Naren yang menaruh atensinya pada obrolan ini.

"WHAT?!" ucap mereka bersamaan setelah mendengar Garza berkomentar ada perempuan cantik. Ups kecuali Naren yang pupilnya hanya melebar beberapa saat.

"Serius Za? Bukan gara gara kepentok aspal kan lo jadi begini?" tanya Damien curiga dengan menilai Garza dari atas hingga bawah.

"Iya dia cantik. Tapi ya gitu, ngeselin." ulang Garza sekali lagi dan kini seperti mengeja.

"Nama nya siapa?" tanya Zidan giliran kepo seperti Damien.

"Alata."

"Lo minta nomor telpon atau lainnya nggak?" tanya Damien. "Kan ceweknya cantik. Harusnya lo sikat dong."

"Nggak."

"Yah penonton kecewa dong, lain kali kalo nemu cewek cantik, langsung dipepet aja. Jangan kasih kendor." ujar Zidan memberi saran, Garza iya-iya saja. Untuk mempercepat obrolan ini.

"Gue mau ke kafe." ujar Naren ambigu. Ia langsung mendapat serbuan dari Damien.

"Ngapain Ren? Ini masih kepagian. Nanti kalo lo minum kopi, asam lambung naik. Lo sakit lagi." ujar Damien berceramah.

"Ya nggak lah. Nanti, jam delapan malem." ujar Naren mulai lelah menjelaskan.

"Ngapain?" tanya Garza. Tidak biasanya, cowok introvert seperti Naren akan hangout ke kafe sendirian.

"Traktiran. Gue mau tanggung jawab sama cewek tiga hari yang lalu." ujar Naren. Mereka langsung paham maksud cewek tiga hari yang lalu.

"Oh yang lo tipuk pake bola basket?" tebak Bram tepat. Naren mengangguk.

Kedua mata Damien yanglung memunculkan binar yang terang. "Gue juga ditraktir ya!"

"Hm."

"Yes! Yuhu makasih Naren hyung~" Damien berselebrasi sendiri. Ia memang semangat jika menyangkut hal-hal yang berbau gratis tanpa modal besar.

GARZALATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang