5. Sisi Lain

178 15 0
                                    

Garza memiringkan kepalanya saat melihat segerombolan orang menghadang jalannya. Ia menatap tajam lambang yang tertera pada masing-masing orang itu. Foxer. Ah geng yang bermusuhan dengannya secara pribadi.

Garza tidak pengecut. Ia tidak lari meskipun ia bisa melakukannya. Ia memilih memberhentikan mobilnya dan keluar dengan memakai jaket resmi gengnya. Altero Blood.

"Akhirnya ketemu juga lo pecundang." ujar Dika. Ketua Geng Foxer yang memiliki dendam kesumat pada Garza. Selain urusan pribadi, mereka juga berkelahi tentang urusan geng. Mahardika Alkeandro adalah sepupu Garza sekaligus ketua Foxer.

Garza tidak menanggapi ocehan Dika. Ia lebih memilih langsung menarik anak buah Foxer dan melayangkan bogeman mentahnya. Ia tidak peduli seberapa banyak jumlah mereka. Garza tetap percaya akan selalu bisa menang dari Dika.

"Sialan, hajar!" titah Dika. Ia lebih mengenal Garza dalam bertarung. Lelaki itu memang selalu banyak bertindak daripada banyak bicara. Seperti saat ini, Garza tidak pandang bulu untuk mengeluarkan keahliannya menghajar orang.

Terdengar suara pukulan di jalan yang sepi itu. Beberapa orang terkapar dengan perasaan yang menyakitkan. Tulang serasa dihantam benda tumpul dan itu sangatlah sakit.

Sementara Garza, ia mengusap kasar noda darah di bibirnya. Ia masih terus menggempur geng Foxer dengan membabi buta. Ia sudah tidak peduli lagi risikonya. Paling wajahnya lebam dan tubuhnya terluka. Garza sudah biasa.

Sret!

Tibalah waktunya, Garza melumpuhkan seluruh anak buah Dika dan menarik Ketua Foxer dengan satu tangannya. Ia menatap tajam ke arahnya dan berbalik juga.

"Maksud lo apa hah!" seru Garza marah. Namun ini adalah saat yang Dika suka.

Dika tertawa. Tawanya begitu sumbang namun bercampur pilu. Ia suka saat-saat seperti ini. Saat inilah ia bisa menghasut dan mengobrak-abrik pikiran Garza.

"Maksud gue, jangan deket-deket sama Serena!" bentak Dika tak kalah kasar. Ia menunjuk jelas wajah marah Garza.

Garza melepaskan kerah Dika dengan tatapan tidak percaya. Apa hanya karena di butakan cinta sepupunya ini sampai memusuhinya sendiri? Love is bullshit!

"Cuman gara-gara itu lo dendam sama gue?! Cuih, dasar bocah." Garza menggeram marah. Ia melayangkan pukulannya mengenai pipi Dika.

"Apa lo bilang?! Cuman?! Serena itu cinta pertama gue tapi siapa yang dicintainya? LO ZA LO SEPUPU GUE SENDIRI?" Dika tertawa miris mengingat Serena selalu menyebut nama Garza saat mereka bersama.

"Itu urusan lo bukan urusan gue!" Garza hendak melayangkan sebuah pukulan lagi ke Dika. Namun gerakannya terhenti saat ia merasakan hantaman di lehernya.

Bruk.

Garza memandangi Danu yang tengah memegang tongkat baseball di pundaknya dengan angkuh.

"Lo salah milih lawan, pecundang!" marah Garza. Matanya mengkilat, sisi iblisnya muncul setelah sekian lama terpendam. Sudah cukup ia berbasa basi dengan Dika. Inilah akibatnya berurusan dengan Garza.

Dika menelan salivanya susah payah, begitu juga Danu. Mereka berpikir bahwa sebentar lagi mereka berada dalam lingkaran iblis, lagi

GARZALATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang