Garza merasakan dahaga setelah berlarian cukup lama di taman. Oleh karena itu ia memutuskan membeli minuman dingin di sebrang sana.
"Dam, Ren, gue beli minuman." pamitnya singkat tanpa memberi kesempatan temannya berbicara. Ia langsung pergi begitu saja.
Garza berhenti di pinggir jalan. Matanya mengawasi kanan dan kirinya saat hendak menyebrang. Dilihatnya sebuah mobil box berkecepatan tinggi datang dari arah kiri. Lalu ia melihat ada seorang perempuan yang mematung di tengah jalan.
"AWAS!!!" teriak Garza memperingatkan dan berlari. Napasnya memburu kala melihat perempuan itu tidak bergerak sedikitpun. Celaka!
Brukk.
Tepat! Waktunya sangat dekat sebelum nyawa perempuan asing itu melayang. Untung saja, Garza bisa mengejar waktu dan menarik perempuan asing dalam dekapannya. Mereka jatuh dan berguling di pinggir jalan.
Keadaan perempuan yang diselamatkan Garza baik-baik saja. Berlainan dengan dirinya yang terluka pada bagian lutut dan siku. Kedua bagian tubuhnya itu mengucurkan cairan berwarna merah kental.
"Hh," Perempuan asing yang diselamatkan Garza, ia menutup mulutnya terkejut. Syok, kaget, takut, bercampur jadi satu.
"Sshh," desis Garza melihat lukanya. Ia meringis, tidak menyangkan hal sekecil ini bisa membuatnya terluka hingga mengucurkan darah. Pikirnya, hanya luka lecet kecil yang ia dapat. Bahkan jika ia baku hantam, ia tidak akan mendapat luka se-ngeri ini.
"Bi-biarkan saya mengobati." ujar perempuan itu kaku dan keki. Garza rasa, perempuan itu masih syok dengan kejadian nyaris tadi. Nyaris mengambil nyawanya.
"Oke." balas Garza lugas. Perempuan itu, menuntun Garza ke teras toko. Lalu ia membeli plester dan kapas untuk mengobatinya.
"Nyaris." ujar Garza mengawali pembicaraan. Perempuan yang tengah sibuk mengobatinya langsung mendongak. Menatap dengan pupil yang melebar beberapa saat.
"Nyaris tadi lo mati." ujar Garza terkesan cuek namun ada nada menyindir. Perempuan asing itu hanya terdiam dengan raut wajah datarnya. Ia terlihat biasa saja mendengarnya.
"Lo tadi kerasukan apaan sih?"
"Au!"
Garza langsung menjauhkan sikunya saat perempuan itu menekan lukanya kuat-kuat. Garza menatap melotot perempuan itu.
"Maaf." ujar perempuan itu singkat, ketus. Ia menarik begitu saja lengan Garza dengan cara yang tidak lembut sama sekali.
"Judes amat sih jadi cewek. Udah ada yang punya ya?" ujar Garza mencoba menyesuaikan diri. Ia sadar, perempuan dihadapannya ini minim ekspresi.
"Bukan urusan lo."
"Idih tadi aja saya, sekarang udah lo-gue?" cibir Garza. Perempuan itu spontan menekan lukanya lagi.
"Au! Sakit," rintihnya. Perempuan asing itu mengeluarkan seringaian. Garza terpaku sebentar.
"Sakit heh? Cuman gini doang. Apalagi kalo udah dihajar." cibir perempuan itu, menilai Garza sepihak.
"Apa kata lo dah." ujar Garza mengalah. Perempuan itu nampak sedikit senang dengan segaris bibir yang terangkat.
"Nama lo siapa?" tanya perempuan itu. Garza menoleh. "Gue, Garza."
"Hm, sorry Za. Gue udah ngerepotin lo." ujar perempuan asing itu melekatkan plester pada lutut Garza.
"No problem. Tugas gue emang nyelametin anak-anak, orang tua, dan perempuan cantik." ujar Garza mengulas senyumnya. Barukali ini ia cerewet dengan orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARZALATA
Teen FictionGarza adalah laki-laki sempurna, idaman para wanita. Pemimpin geng terkenal, cerdas, dingin pula. Meski mengajaknya bicara itu mudah, namun menggapai hatinya sangat sulit. Ia adalah tipe orang setia yang menghargai wanita. Sungguh perpaduan yang sem...