Brak!
Pintu kelas terbuka lebar menampilkan seorang ketua kelas yang berpenampilan urakan menatap satu persatu orang disana dengan tajam.
Matanya yang setajam elang itu menjelajahi seluruh ruang kelas sampai tatapannya terkunci pada perempuan berkuncir kuda yang sedang diam memandanginya.
Tanpa basa basi sang ketua kelas langsung menghampirinya dan menormalkan ekspresi yang dingin. Ia melembut.
"Gue minta minum." ujarnya begitu saja tanpa mengindahkan ekspresi orang lain yang ketakutan dengan perangaiannya.
Seluruh anggota kelas bernapas lega karena mendengar suara sang ketua mereka yang bersahabat.
Perempuan itu, Claudira Vidya Martinez langsung memberikan permintaan sang ketua tak lain teman masa kecilnya, Revaldo Alen Guantara.
Semua siswa melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi karena takut dengan wajah tak bersahabat sang ketua.
Perlu diketahui selama Rev menjadi ketua, kelasnya sangat teratur dan banyak yang memuji kelasnya karena seni dan kerapiannya.
Namun itu yang terlihat secara kasat mata. Jika ditelusuri lebih lanjut kelas Rev adalah yang paling gaduh dari yang lain secarakan kelasnya terletak jauh dari ruang guru.
"Makasih, cantik!" ujar Rev melempar senyumnya. Tak lupa ia juga mengedipkan matanya kepada Dira, teman masa kecilnya.
Sementara Dira hanya mengangguk tanpa menghiraukan perlakuan Rev yang sudah biasa baginya. Rev sebisa mungkin memperlakukannya sebagai ratu, dimana pun ia berada.
Sedikit tentang Claudira Vidya Martinez, dia adalah adik dari Wianda Alicia Martinez sifatnya lebih cenderung pendiam namun bukan berarti cuek dan jutek, dia orang yang paling perduli jika menyangkut hal hal di sekitarnya. Hanya saja, dia agak sulit bersosialisasi.
Dia bukanlah anak cupu yang mudah ditindas dan bukan anak tomboy yang pemberani. Namun ia hanya anak biasa yang hari harinya selalu bersama Rev dari kecil.
Dira selalu menganggap Rev sebagai malaikat pelindungnya yang selalu ada saat ia sedang terpuruk. Rev juga demikian, menganggap Dira sebagai orang istimewa yang pernah ada. Dari sekian banyak orang di sekolah, hanya Dira yang dapat meredakan emosi Rev saat meluap-luap.
Entah kenapa Rev juga ikut mereda saat ia menatap mata coklat yang teduh itu. Dira terbukti ampuh meredam semua emosinya hanya berbekal mata dan senyuman manisnya.
"Woy bro." sapa Rev kepada teman-temannya. Rev menjalin pertemanan dengan tiga orang sejak di bangku SMP.
Malik, salah satu dari mereka langsung bertos dengan Rev sebagai adat saat mereka pertama kali bertemu. Sebagai bentuk solidaritas yang saling terhubung dan terikat sampai akhir nanti.
"Gimana aksi lo membantai dia?" tanya Endra, salah satu teman Rev yang sangat galak. bermulut pedas bak cabai, kaku, dan sangat jenius. Sayangnya dia amat jutek dan suka skakmat omongan anak orang tanpa pandang bulu. Parahnya, dia banyak yang suka. Entah setan jenis mana yang mempengaruhi mereka suka dengan anak jenius ini.
Lalu, ada seseorang yang menyerobot. "Iya nih, gue yakin lo pasti nggak memberi ampun sama dia. Jadi dia udah sampai mana? IGD? Atau pemakaman?"
Kiky salah satu sahabatnya yang paling cerewet dan paling ribet. Ia memiliki selera humor yang tinggi dan suka bermain mata dengan temannya. Cerewet, lambe turah, dan tukang rusuh adalah julukan paling ikonik untuk Kiky.
Rev tersenyum lebar penuh kepuasan, seolah menandakan kegembiraannya yang sempurna. "Hei kok buru-buru ke pemakaman? Orang gue cuman menepuk punggungnya doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARZALATA
Teen FictionGarza adalah laki-laki sempurna, idaman para wanita. Pemimpin geng terkenal, cerdas, dingin pula. Meski mengajaknya bicara itu mudah, namun menggapai hatinya sangat sulit. Ia adalah tipe orang setia yang menghargai wanita. Sungguh perpaduan yang sem...