Abigail pov.
Aku memutar kunci pada lokerku dan mengambil semua barang-barang yang ada di dalamnya. Bel tanda pulang sudah berbunyi beberapa menit yg lalu dan itu sangat melegakan. Setelah makan siang, Zayn mengikutiku seharian, kemanapun, dimanapun. Aku dan dia berada di kelas yg sama hampir disemua pelajaran hari ini.
“Bagaimana makan siangmu?” Amanda bersandar pada sebuah loker disebelahku.
“Melelahkan,” Jawabku sambil memasukkan beberapa buku kedalam tas.
“Tapi tadi sepertinya kau menikmati itu semua.” Ada nada menggoda di balik suara Amanda. Aku menutup pintu lokerku dan menatapnya.
“itu dia bagian yg melelahkannya.” aku mengingat semua kejadian saat di cafeteria, itu adalah tiga puluh menit terpanjang seumur hidupku. Zayn terus-terusan merecokiku dan bertingkah seakan-akan dia adalah ‘the prince charming’. Seandainya aku bisa melemparkan makananku padanya, pasti sudah kulakukan, tapi tidak. Aku tidak bisa.
Sebaliknya, aku malah harus terus pura-pura bersikap manis padanya demi rencanaku. Ya, aku harus bisa membuatnya berpikiran bahwa aku mulai merasa tertarik padanya dan itu artinya aku harus lebih sering bersamanya.
Amanda terkekeh disebelahku, “Oh, dan Summer meninggalkan mejanya.” Amanda mengingat.
Aku mengangguk, “Ya, dia kesal karena Zayn memberikan kursinya padaku.” tatapan Summer yg penuh dendam muncul di benakku, dan harus kuakui aku merasa sedikit puas. Setidaknya itu adalah satu-satunya hal baik yg terjadi hari ini.
“Benarkah? Sepertinya Zayn mulai suka padamu!” Amanda memegang pundakku dengan kedua tangannya dan tersenyum antusias.
“Aku harap begitu,” kataku. “Semakin cepat dia suka padaku, semakin cepat pula aku bisa berhenti bersikap manis padanya”
“Tentu dia akan suka padamu, kau itu cantik, pintar dan menyenangkan, aku yakin sejuta persen dia akan menyukaimu—sangat.”
Aku memutar mata mendengarnya, Amanda mengatakannya dengan sangat serius. Aku hanya berharap bahwa dia benar.
*
Kami berjalan bersisian melewati koridor sekolah menuju parkiran. Amanda sibuk mengutak-atik handphonenya di sampingku sementara aku berusaha mengabaikan tatapan anak laki-laki yg berada di koridor ini.
Aku terkesiap saat merasakan sebuah tangan hangat melingkar di pundakku, aku menoleh dan melihat Zayn sudah berdiri tepat disampingku dengan senyum bodohnya. Aku memejamkan mata dan mengambil nafas dalam-dalam lalu mengehembuskannya sebelum mulai berbicara.
Aku berhenti berjalan. “Ada apa, Zayn?” tanyaku berusaha keras untuk tidak mematahkan lengannya yg merangkul pundakku. Amanda yg berada disampingku menatap Zayn dengan tatapan jengkel.
“Aku Cuma ingin memastikan, kau akan makan siang denganku lagi besok?” tanyanya
“Hmm…,” aku bergumam sembari melepaskan rangkulannya, “Sepertinya tidak,” Jawabku
Zayn mencebik, “Kenapa?” tanyanya lagi.
“Karena Summer sepertinya tidak suka aku ada diantara kalian.”
“Oh come on, jangan pikirkan Summer.” ia menggeleng pelan
“Dia pacarmu Zayn” aku mengingatkan, Zayn menghela nafas panjang.
“Ya, aku tahu. Maksudku jangan pikirkan tentang tingkahnya tadi, dia selalu begitu pada semua orang,” ujarnya. “Jadi, kau mau duduk bersamaku lagi, besok? Please?” ia memohon dengan suaranya yg memuakkan.
Aku menoleh menatap Amanda sebentar.
“Amanda juga boleh ikut kalau dia mau” ajak Zayn, seketika wajah Amanda mengeryit jijik dan menatap Zayn tajam.
“Lebih baik aku makan disebelah tong sampah daripada makan bersama denganmu dan teman-temanmu yg menjijikan.” Jawab Amanda. Amanda masih belum bisa melupakan tindakan Zayn dan teman-temannya pada malam pesta menyakitkan itu. Ia lebih memasukkannya kedalam hati di bandingkan aku.
“Baiklah, kalau begitu kau makan di dekat tong sampah saja.” Zayn memiringkan kepalanya menatap Amanda, Amanda bergerak maju, aku tidak tahu apa yg ingin dilakukannya, tapi jika Amanda tidak ditahan, maka sesuatu yg buruk akan terjadi.
Aku mencengkram tangan Amanda untuk menahannya, “Baiklah Zayn, aku akan makan bersamamu lagi besok. Sekarang bisakah kau pergi? Aku dan Amanda ingin pulang.” Aku mengambil jalan tengah, Zayn tidak akan pergi sebelum aku meng-iya’kan ajakannya.
Zayn tersenyum puas, “Great! See you tomorrow Rachie.”
Sesaat setelah Zayn menghilang dari hadapan kami berdua, aku dan Amanda meneruskan perjalanan ke parkiran. Amanda tidak membawa mobil hari ini, dan rencananya dia akan menginap dirumahku. Aku merasa beruntung memiliki orang tua seperti Mom dan Dad. meskipun Dad selalu sibuk pada perusahaannya dan Mom terkadang sibuk dengan kegiatan sosialnya, setidaknya aku tidak pernah di tinggal sendirian dirumah.
Sementara Amanda, ayah dan ibunya sama-sama bekerja di sebuah perusahaan besar sehingga mereka jarang punya waktu untuknya, dan itu membuat Amanda yg merupakan anak tunggal selalu merasa kesepian karena harus tinggal sendirian dirumahnya yg besar itu.
“Pokoknya aku ingin kau segera menghancurkan si bajingan itu, Abby, aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Aku benci dia!” ujar Amanda begitu kami sudah berada di dalam mobil. Aku meliriknya dan tersenyum kecil.
“Aku juga berharap segera menyelesaikan rencana ini, kau tahu? Aku juga tidak tahan kalau harus terus berada di dekatnya” kataku.
“Dan kuharap rencana ini benar-benar berhasil. Aku tidak sabar ingin melihat wajahnya saat mengetahui siapa gadis yg akan mematahkan hatinya nanti. Dia pasti akan terkejut setengah mati dan menyesali semua perbuatannya padamu, terlebih lagi saat pesta itu.” Amanda berbicara dengan berapi-api, aku tertawa mendengarnya.
“Kau masih mengingat-ingat kejadian di pesta? Aku sendiri sudah mulai melupakannya.” Sedikit.
“Bagaimana bisa aku melupakan kejadian yg mempermalukan sahabtku seperti itu!? aku akan terus mengingat perbuatan mereka semua sampai mati,” sahut Amanda.
Aku bersyukur Tuhan mengirimkan gadis seperti Amanda untuk menjadi sahabatku, tidak ada yg lebih baik dari padanya, dan aku rela memberikan apa saja agar dia terus menjadi sahabatku selamanya. “Kau tahu amanda? aku beruntung memiliki sahabat sepertimu.” aku mengungkapkan isi hatiku.
Wajah Amanda yg garang mulai melembut, ia merangkul pundakku dengan kedua tangannya, “so am I, sweety” balasnya. “ Ayo kita ke salon!” Amanda melepas rangkulannya dan berteriak.
“Tidak. Jangan salon.” aku menggeleng sambil menghidupkan mesin mobil. Salon itu membosankan, aku lebih baik nonton dvd dirumah.
“Oh ayolah Rachel, kau harus bertambah cantik setiap harinya agar Zayn semakin tergila-gila padamu.” ujar Amanda dengan nada centil yg di buat-buat. Aku pura-pura mencekik leherku sendiri mendengarnya memanggilku Rachel. []
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amanda garang banget hahahahha
kayaknya ini pendek deh ya? gue gak tau apa ini pendek atau engga soalnya ga lagi ngetik di pc ._.
semoga tidak mengecewakan kalian
AND THANKS FOR 2000+ VOTE NYA GAK NYANGKA BANGET! KEEP VOTE GUYS ILY TO THE SATURNUS AND BACK MWAH!
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET REVENGE
Fanfiction"you're so fat!" "ugh ugly" "cow!" kata-kata itu sudah setiap hari aku dengar but it's ok,aku tidak marah,karena itu semua memang benar. namaku abigail rubbie patterson,cewek obesitas yg sudah dinobatkan sebagai -cewek paling jelek- di sekolah. oke...