Fake smile || 1

513 51 17
                                    

Happy reading :)

......

"DEILAAA BANGUUUN!!!" teriakan menggelegar dari sang bunda sukses mengusik tidur anak gadisnya yang tengah bergelung dibalik selimut berwarna soft blue nya.

Namun demikian, bukannya langsung bangun ia memilih mengubur diri dibawah selimut. Gulungan berisi manusia diatas kasur itu meringkuk semakin mencari posisi ternyaman kendati kepalanya cukup pening akibat suara gaduh yang mengganggunya. Sekali lagi remaja perempuan bernama Deila itu membalikkan tubuh membelakangi Bundanya sembari melenguh singkat, "Uurgh.. iya bentar lima menit lagi bun," ucapnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. 

"Apaan lima menit ujung-ujungnya nanti kamu molor sampe lima jam, kamu juga dibangunin subuh tadi ngomong begitu, bangun! Udah jam setengah tujuh, nanti kamu telat!" ucap Ratna-bunda Deila seraya menarik selimut yang membungkus tubuh putrinya. 

Alhasil dengan terpaksa bin malas, Deila bangun dari tidur nyenyaknya ia membuka kelopak matanya lebar-lebar dengan tangan, berusaha untuk mengumpulkan nyawanya.

"Kan Deila udah bilang lagi halangan bund.." 

"Tidur jam berapa kamu jam segini masih ngantuk." 

"Nggak sampai jam dua, kayaknya jam satu deh," cewek itu lagi-lagi menguap lebar.

"Udah bunda bilangin jangan mainan hp sampe malem-malem nanti matanya rusak. Terus besoknya sekolah nanti ngantuk di kelas lagi," perempuan paruh baya itu mengomeli anaknya sambil memberikan dua cubitan pedas.

Deila meringis kesakitan, rasanya cukup pedas sampai membuat matanya terbuka lebar seketika. Padahal ia sangat mengantuk hingga matanya terasa berat. Deila pikir lengannya akan mati rasa, berlebihan memang, tapi seperti inilah dia.

"Cepetan mandi sana, siap-siap sekolah."

"Ck, iya iya iya sabar napa," kini Deila merubah posisinya menjadi duduk. Sedangkan tangannya tengah asyik mengucek ngucek matanya yang terasa gatal.

"Bunda selalu sabar ngadepin kamu, sekarang lebih baik kamu nggak kelamaan buang-buang waktu kalo ngga mau bunda siram pake air pel! mumpung belum dibuang tuh air sekalian buat mandiin kamu aja," ucap Ratna dengan tangan yang telah berkacak pinggang bak seorang guru BK yang tengah menghakimi murid yang membolos.

"Hiih galak amat bun, tiati ntar keriput nambah lhoo," ucap gadis itu berniat untuk bergurau namun sepertinya tak disambut baik atau mungkin disalah artikan oleh sang Bunda. Terbukti dengan kemarahan beliau yang semakin memuncak.

"Kamu nih bukannya langsung bangun malah ngatain bunda, mau jadi anak durhaka hm?!" Ratna menjewer telinga Deila hingga gadis itu memekik kesakitan. Dalam hati Deila berusaha mengingatkan diri sendiri untuk tetap bersabar. Mau bagaimanapun, Ibu selalu benar. Salah dia juga karena terlalu meremehkan ancaman bundanya sebagai gertakan biasa.

Deila memegang tangan bundanya, menahan tangan itu agar tidak semakin memelintir daun telinganya, sumpah demi apapun Deila takut daun telinganya lepas, "Auh.. sakit bun, ampun.. tadi Deila cuman becanda," ringisnya kesakitan. Memang benar benar yaa bundanya ini semakin tua malah semakin garang, eh.

"BURUAN MANDI!!" perintah ratna telak membuat Deila lari terbirit birit masuk ke kamar mandi yang berada dikamarnya. Sedangkan Ratna kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Sepuluh menit kemudian Deila sudah siap dengan seragamnya, yakni atasan putih dan bawahan rok lipit berwarna biru keunguan, tak lupa dengan dasinya yang berwarna biru tua dengan aksen garis miring warna merah maroon dan jas almamater sekolah navynya. Rambut sebahunya digerai bebas.

Fake Smile [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang