Fake Smile || 3

225 34 7
                                    

Selamat membaca:)

Now playing : Treasure 7 - Going Crazy

🍁🍁

"Dia ingin menolak namun apa daya, orang itu sudah bertindak bahkan sebelum ia mengiyakan."

🍁🍁🍁


KRIIIIIIINGG!!

Begitu bel tanda pulang itu berbunyi dengan nyaring, membuat Deila langsung membelalakkan matanya lebar lebar, kepalanya yang semula ia telungkupkan kedalam kedua lengannya ia dongakkan lalu melirik benda lingkaran yang menempel pada dinding kelasnya. Dengan semangat empat lima ia membereskan buku-buku kedalam tasnya.

"Mimpi indah neng?"

Mendengarnya, Deila kontan mengibaskan pandangan kearah kanan kearah sahabatnya sekaligus teman sebangkunya, Gelin. Gadis itu menyengir lebar yang malah membuat Gelin menggelengkan kepala lelah.

"Baiklah, karena sudah waktunya pulang dan bel pun sudah berbunyi maka pelajaran ini harus berakhir, untuk pembahasannya kita lanjutkan dipertemuan berikutnya ya.. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." ucap pak Syakur yang mengajar mapel Matematika.

Guru yang dianggap Deila paling baik diantara guru-guru yang lain. Kenapa? karena dia tidak pernah marah meskipun muridnya bermain ponsel, bergosip ria, ataupun tidur saat pelajarannya berlangsung. Nakal memang, tapi Deila juga lebih memilih tidur daripada mengikuti pelajarannya yang terlalu memeras otak. Dari dulu, Deila memang sangat sulit menguasai Matematika rasanya sangat rumit hingga ia ingin memuntahkan rumus-rumus itu.

Siswa-Siswi menjawab salam dari guru yang telah menjabat gelar Haji tersebut dengan riang. Setelahnya, semua murid bergegas keluar dari kelas menyisakan Deila, Gelin, Wulan dan Azka.

"Kami pulang duluan ya.. Tiati nanti kesandung kerikil," pamit Wulan yang sudah bersama Gelin.

"Yakali gue kesandung cuma gara-gara kerikil, ck omongan lo unfaedah lan," Deila menanggapi dengan kesal, sehingga membuat kedua sahabatnya terbahak.

"Haha kami duluan ya, byebye bocaaah," mereka berlalu dari kelas. Meninggalkan Deila yang sudah memanyunkan bibirnya karna tak suka dipanggil bocah.

Deila melirik kearah Azka berada. Terlihat ia tengah sibuk dengan seseorang yang ia telfon. Deila berjalan menghampiri sepupunya itu yang masih belum menyadari kehadirannya karena terlalu fokus dengan seseorang diseberang telfon.

"Iya, nanti gua usahain," Azka mematikan ponselnya lalu menyimpannya pada kantong celana seragamnya. Kemudian menoleh kearah Deila yang tengah menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Gue nggak bisa anter lo," ucapnya kemudian yang membuat alis Deila mencuram.

"Gue ada urusan sama temen, lo balik sama bang Afan nggak apa-apa kan?" terangnya kemudian.

"Hmm iya nggak apa-apa, tapi kalo dia udah pulang gimana?"

"Gue udah chat dia."

"Ooh.. oke," Deila hanya manggut manggut sebagai jawaban. Lalu mereka mulai berjalan beriringan menuju parkiran.

"Btw lo ada urusan apa, kok mendadak banget baru ngabarin sekarang," tanya Deila mencoba untuk membuka obrolan ditengah perjalanan mereka.

"Ada lah.. urusan cowok, jangan kepo," jawab Azka seraya merangkulkan tangan dibahu Deila, dari raut mukanya Deila tahu ia tidak suka kalau Deila mencampuri urusannya yang ini.

Apa mungkin ini tentang cewek? Azka punya gebetan kah? Ah, bodo amat lah tak perlu dipikirkan, lagipula ini bukan urusannya. Tapi, bagaimana kalau bukan tentang itu. Deila khawatir Azka berbuat hal yang melenceng, melakukan hal yang negatif misalnya. Heuh, Deila harus memastikan ini.

Fake Smile [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang