Fake Smile || 9

117 15 0
                                    

Now playing : GFRIEND - Vacation

.........

Deila menatap ragu pada cowok didepannya. Selama ini ia melihat cowok itu sebagai teman namun karena terpengaruh ucapan sahabatnya semalam mendadak ia jadi merasa aneh sendiri jika berdekatan dengan cowok itu. Kini ia melihat cowok itu sebagai laki-laki.

Sementara itu, cowok yang sedang duduk diatas motor matic-nya menatap Deila dengan senyum cerah khas cowok itu, "Kok diem aja, naik," perintah sembari menyerahkan helm.

"Eung.. Rey ngga usah repot-repot gue ngojek aja," demi apapun, Deila merasa tak nyaman berada didekat cowok itu. Bukan maksud mau menghindar, dia hanya ingin membuat jarak dengannya. Jarak yang masih dalam batas wajar tentunya.

"Udahlah, bareng gue aja lagian sekolah kita masih searah."

Deila menggeleng cepat lalu mendorong helm yang disodorkan cowok itu, "Tapi beneran deh gue ngojek aja, ngga usah repot-repot."

"Repot apanya sih, udah naik aja daripada lo telat. Ini Jakarta, bukan Pekalongan," kata Rey ngga nyambung.

"Apasih kok bawa-bawa Pekalongan."

"Hehe, buruan elaah," Rey menarik lengan Deila memaksanya naik ke jok penumpang lalu menyerahkan helm.

Deila terpaku sesaat, merasakan perasaan aneh ketika lengannya digenggam erat oleh Rey.

'Apa-apaan ini, kenapa dia jadi maksa.'

Dengan terpaksa ia menaiki motor itu. Mengenakan helm lalu berujar, "Udah."

"Udah apa?" tanya Rey pura-pura tidak paham.

"Udah pakai helmnya," jawab Deila sedikit heran, menurutnya hal seperti itu tentu tidak perlu ditanyakan.

"Ooh, kalau gitu pegangan dong," kata Rey dengan nada yang terdengar menyebalkan ditelinga Deila.

"Ngga mau!" tolak Deila tegas.

"Pegangan! nanti kalau lo kejengkang kebelakang  gimana?"

"Ngga bakal," balas Deila singkat.

"Yaudah kalau ngga mau, nanti jangan salahin gue kalau lo jatoh ya. Gue mau ngebut."

Deila menatap kesal pada Rey meskipun ia yakin cowok itu tidak akan bisa menangkap ekspresi wajahnya saat ini. Deila heran kenapa cowok itu bersikap seribet ini. Padahal saat kemarin mereka keluar bersama, Rey tidak mempermasalahkan hal ini. Cowok itu membiarkan Deila yang tidak berpegangan apapun, karena memang cowok itu membawa motornya pelan. Deila mendengus sambil menggerutu dalam hati.

'Heuh, modus cap kaleng.'

Rey memutar kunci on lalu menyalakan mesin motornya. Mendadak Deila tegang, entah kenapa perasaannya jadi tak enak. Bagaimana kalau Rey benar-benar melakukan apa yang dia katakan tadi.

Cowok berparas menawan itu menancap gas tanpa aba-aba. Deila yang takut terjatuh langsung refleks berpegangan pada tas cowok itu. Tidak, Deila tidak mau berpegangan pada cowok itu. Enak saja, nanti dia yang menang banyak.

"Bisa pelan ngga sih?!" seru Deila kesal atas tindakan cowok itu yang menggeber motornya tiba-tiba.

"Makanya pegangan, kan tadi gue udah bilang mau ngebut," jawab Rey setengah berteriak.

Deila kesal, harus banget ya pake ngebut segala, "Ngga usah ngebut, kita ngga bakal telat kok."

Bukannya memelan, Rey malah menambah laju kecepatannya. Deila menatap ngeri pada jalan didepan, wajahnya tegang menahan rasa takut.

Fake Smile [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang