Now playing : The Boyz - Bloom Bloom
.........
Deila terdiam kaku menatap pada luka yang telah tertutup plester berwarna navy, kepalanya tertunduk tak berani mendongak barang sedikitpun. Jari-jarinya bermain diujung plester, sedikit membuka pada tepi plester lalu ditutup lagi. Sesekali ia menelan ludah gugup. Ia masih bisa merasakan tatapan mengintimidasi dari sebelahnya meskipun wajahnya sudah tertutup rambut.
Ia tersentak saat merasakan sebuah jari yang bergerak menyelipkan helaian rambutnya ke telinga. Mata Deila berkedip lucu menahan salting. Dengan sedikit keberanian ia melirik sedikit pada sosok disebelahnya. Ekspresinya tetap sama seperti tadi, tak berubah sama sekali. Setelah beberapa hari mengenal Rey, baru kali ini Deila melihat cowok itu menunjukkan ekspresi seperti mengintimidasi. Benar-benar sukses membuat nyali Deila menciut.
Bukannya apa, Rey hanya ingin tahu tentang alasan luka ditangan cewek itu. Jangan tanyakan kenapa Rey sekepo itu. Cowok bermata sipit itu juga tidak tahu alasannya, "Ceritain yang sebenernya, nggak mungkin banget motong semangka bisa ngasilin luka bentuk gitu."
Deila kembali diam, entah sudah yang keberapa kalinya pertanyaan Rey berbalaskan kebisuan Deila.
"Susah banget ya, cerita doang."
"Gue tau lo bohong, cerita yang sebenernya Dei," tekan Rey lagi.
Mata Deila bergerak kesana kemari menandakan ia cemas. Cemas rahasianya akan terbongkar. Deila tidak bisa menceritakannya karena itu akan menyangkut pada rahasianya. Tidak, tidak ada yang boleh tahu.
"Rahasia Rey," lirih Deila pada akhirnya.
Rey mengerutkan dahi bingung, "Kenapa? lo bisa cerita ke gue."
Deila mendongakkan wajah menatap si lawan bicara, "Nggak bisa Rey, kenapa sih lo maksa banget pengen tahu," seru Deila sedikit lelah ditekan oleh kata-kata Rey. Ia menatap Rey dengan heran. Secercah keberanian mulai muncul dihatinya kendati matanya masih sedikit ragu untuk menatap manik hitam cowok itu.
Kini giliran Rey yang terdiam, dia berusaha memutar otak mencari jawaban atas pertanyaan gadis itu, tapi pada akhirnya ia juga tak kunjung mendapatkannya. Rey mengernyit, sebenarnya ada apa dengan dirinya.
"Y-ya wajar dong, kan gue temen lo," hanya itu yang bisa Rey jadikan alasan.
Deila menghela napas, ia menghargai kepedulian cowok itu sebagai teman. Tapi sayangnya, masih terlalu dini untuk ia memberi tahu rahasianya. Terlebih, ia baru mengenal Rey beberapa hari yang lalu.
"Maaf, tapi gue nggak bisa kasih tau," ucap Deila sedikit merasa tak enak. Bagaimanapun, Deila tetap menghargai sebuah rasa peduli dari teman bahkan sekecil apapun itu. Ia akan mengingatnya sampai masanya ia berpeluang untuk membalas budi. Bukannya mau sok baik, Deila hanya ingin menghargai apa yang tidak ia rasakan dulu. Kisah dari masa lalu nyatanya masih cukup berdampak sampai sekarang.
"Lagipula gue baru kenal lo kamaren-kemaren, gimana bisa gue langsung kasih tahu rahasia gue ke elo. Please, ngertiin gue Rey," tambah Deila kalem tapi tegas.
Tanpa disadarinya, ucapan Deila tadi cukup menampar Rey pada posisinya saat ini. Yang tak lebih sebagai orang baru yang dianggap teman. Apa haknya memaksa cewek itu untuk mengatakan hal rahasia kepadanya. Rey merasa bodoh sekarang.
"Err.. Rey lo bisa nggak, buat jangan maen kerumah gue malem-malem," kali ini Deila sedikit mengganti topik pembicaraan. Deila berucap sedikit ragu, takut menyinggung tapi ia harus tetap mengatakannya.
Kesehariannya yang selalu sendiri dirumah adalah alasan utamanya. Deila tidak bisa membayangkan bagaimana presepsi orang-orang saat tahu ada anak cowok bermain malam-malam kerumahnya dengan keadaan cewek itu tengah sendiri dirumah. Deila hanya tidak mau terjadi salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile [Revisi]
Fiksi RemajaTiada hal yang dapat menandingi kecintaan Deila terhadap idolnya sampai cewek itu berkecimpung di dunia per-kpop-an. Deila ini termasuk golongan Fangirl mutlak yang hobi mendatangi event-event K-Pop. Katanya sih rasanya seperti ia benar-benar sedang...