Budayakan vote sebelum baca!!
***
Plakk..
"Apa yang kamu lakukan Shella. Contoh kakak kamu dia, apakah dia pernah membentak adiknya? Bukan seperti kamu, kamu selalu bertengkar dengan adik mu"
"Dia jauh berbeda dengan kamu apa yang dia lakukan gak pernah kamu contoh. Lihat dia bisa di andalkan tidak seperti kamu bisanya cuma nyusahin orang lain"
"Beresin semua"
Bukanya Shella membereskan, dia malah pergi menuju kamarnya. Shella membanting pintu, itu sudah biasa dia selalu mengurung dirinya di dalam kamar. Air matanya lolos begitu saja, tubuh bergetar hebat. Shella tidak tahan jika di banding bandingkan dengan kakaknya. Nilainya dengan kakaknya sama, bahkan semua kemampuan Shella lebih dari kakaknya. Namun mengapa ibunya selalu membela kakaknya?. Pertanyaan itu lah yang mewakili perasaan Shella.
Baru saja dirinya tersenyum dengan Ray, kini dirinya harus menangis menahan amarah. Apapun yang dilakukan Shella selalu salah, walau itu memang benar dilakukan. Mamanya selalu mengadu kepada ayah dan kakak bahkan pada tetangganya, seakan disini Shella yang salah. Dia merasa tertindas bahkan sangat direndahkan. Shella akan terima jika itu memang benar, namun mamanya selalu mengadu apapun yang tidak dilakukan oleh Shella. Dia harus menerima ocehan dan caci maki dari orang lain.
Apa ada orang tua yang rela melihat anaknya menangis?
Kenapa mamanya selalu tidak peduli?
Kenapa harus Shella yang menanggung?
Shella berlari menuju kamar mandi. Dia menyalakan kran, hampir seluruh tubuhnya basah. Dia meninju kaca besar yang ada di depannya. Dalam hitungan detik kaca tersebut berserakan di lantai. Tangisannya semakin pecah. Shella mengambil pecahan kaca, dia menggoreskan kaca itu ditangannya. Bukan cuma sekali namun berkali kali. Darah segar mengalir, Shella membiarkan begitu saja. Rasa sakit yang menyerang tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Hatinya dipenuhi dengan emosi sampai sampai dia terlelap sampai alam mimpi.
***
Shella terbangun dari tidurnya, dia tidur di kamar mandi. Dia menyiksa dirinya sendiri. Suhu tubuhnya panas, badanya lemas. Suara ketokan pintu terdengar dengan jelas di telinga Shella. Itu suara mamanya yang menyuruhnya untuk bangun dan menyiapkan sarapan.
Shella mencoba berdiri beberapa kali namun pusing menyerang kepalanya. Sampai akhirnya dia berdiri dan berjalan menuju pintu. Bukanya kasihan mamanya malah membentak nya. Orang tua macam dia.
"cepet bangun sekolah. Siapin sarapan" Pintu ditutup dengan paksa hingga suaranya mengagetkan Shella. Shella terduduk lemas, air matanya mengalir lagi.
Batinnya selalu berkata "gue terlahir untuk jadi orang kuat dan tegar. Gue yakin gue bisa. Kebahagian gue bakal datang di saat gue udah berjuang"
Shella bangun dia bergegas mandi dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
***
Jam menunjukan pukul 13.00 ekstrakulikuler PMR di mulai. Semoga anggota baru dan anggota inti berkumpul di aula. Shella dan Silvi memberi kertas kelompok.
Kelompok sudah dibagikan, anggota baru memasuki kelas yang sudah diberi nama kelompok masing masing. Shella dan Silvi masuk ke dalam kelas kelompok 2. Matanya menyusuri semua anggota baru, matanya berhenti pada manik mata indah seorang lelaki yang selama ini selalu menjadi alasan dia tersenyum. Shella tersenyum dan senyuman itu dibalas oleh si empunya manik mata indah itu.
"Maaf permisi saya anggota baru dan saya di suruh Bu Seseorang memasuki kelas Nindi buat ikut kelompok 2"
"Iya silahkan masuk"
Shella mempersilahkan dia masuk. Kelas hening, tidak ada suara apa pun. Mereka fokus menulis apa yang Silvi tulis di papan tulis.
***
hayo update kan
Gak nyampe satu minggu udah update
Biasanya sampe satu bulan baru update:vGimana bagus gak?
Nyambung gak ceritanya?
Konflik? Santai belum di mulai part berikutnya konflik bakalan dimulaiIkuti terus part berikutnya
Vote dan komenSee you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Junior
Teen FictionAku hanya mengikuti alur hidupku. Kemana aku pergi itu lah yang di inginkan oleh hati. Cerita ini hanya mengisahkan kejadian sang luka menetap Apakah yang terjadi jika kebahagiaan datang bertepatan dengan sang masa lalu?!