(14) PREWEDDING?

33 6 3
                                    

Eshell sudah selesai makan, baru saja Ibunya pulang dan membawakannya makanan. Rahel minta maaf karena tidak sempat masak.

Rahel meminta Eshell untuk mengantarkan makanan ke rumah Ateefa, tapi Ateefa sudah tidak ada di rumah. Mungkin dia sudah pergi bersama teman-temannya.

Eshell bingung. Mengapa sampai sekarang Shanum belum juga menghubunginya. Sedangkan Zakka dan Fatimah sudah sibuk dari tadi menanyakan tempat.

Eshell memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap saja, meskipun tidak ada kabar dari Shanum. Yang jelas, acaranya dengan Zakka dan Fatimah tetap harus ditunaikan meskipun tidak bergabung bersama Shanum dan teman-temannya.

Sore ini dia memakai mobil, karena mobil sedang menganggur di garasi.

Sedangkan Anya tidak di rumah. Sudah jelas, pasti dia sedang kencan bersama pacar yang dia bilang lebih ganteng dari pada Eshell. Padahal menurut Eshell, B saja.

Eshell mulai mengendarai mobilnya. Dia tiba-tiba terpikir lagi tentang Shanum yang belum juga menelponnya. Kenapa, ya? Apa karena teman-temannya tidak menyetujui? Atau karena Shanum sendiri yang tidak mengizinkan? Hm.

Eh, tunggu..

Shanum kan tidak punya nomor wa nya. Dia yang punya, harusnya dia yang menghubungi Shanum. Yaampun, Eshell...

Tak lengah, Eshell langsung menghubungi nomor yang diberinya nama “Nanum” itu.


Calling Nanum...

“Halo? ”

“Halo, Assalamualaikum... ”

“Siapa ya? ” tanya suara perempuan dari ujung telpon. Eshell kenal betul suara itu. Partner kerjanya. Shanum.

“Eshell, Shan.. ”

“Oh, iya.. Lo gak jadi gabung sama kita? ”

“Emang boleh? ”

“Iyaa, boleh... Gue mau kasih tau tapi gue lupa, gue gak ada nomor lo. ”

“Iyaa, haha gue juga lupaa.. Yaudah share location, Shan! ”

“Okee! ”

“Wassalamualaikum... ”

“Waalaikumsalam!”

•••

Shanum, Ateefa, Attala, Sabila dan Abram sudah duduk di meja salah satu cafe ternama di Ibu kota. Jadi jelas saja, cafe ini ramai setiap hari. Apalagi sore-sore seperti ini. Untung saja, Sabila dan Abram datang lebih awal, jadi masih dapat meja kosong.

“Eh, ini sepuasnya kan, Shan? Gue mau pesen banyak nih, di rumah gue gak ada makanan, laper! ” kata Ateefa sambil menaik-turunkan jemarinya di daftar menu.

“Mulai deh mau morotin temen sendiri! ” desis Attala yang duduk dihadapannya.

“Deh, gratisan nih! Jangan disia-siain, ya nggak, Bram? ” tanya Ateefa kepada Abram yang sejak tadi hanya diam.

“Yoi, bro! ”




“Oh, iya, Shan... Eshell sama temen-temennya ga jadi join bareng?” tanya Attala, kepada Shanum.

“Jadi, kok.. Mungkin lagi di jalan ”


What? Kok?” Sabila tersentak kaget di sebelah Abram. Abram juga ikut-ikutan kaget. Untung saja dia tidak latah. Kalau latah, hilanglah karismanya dihadapan Sabila dan lain-lain.

MUARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang