2025
Eshell keluar dari dalam minimarket bersama seorang anak laki-laki yang sangat mirip dengannya.
Semua orang yang melihat mereka pasti mengira mereka adalah ayah dan anak. Atau mungkin, sebagian orang mengira mereka saudara kandung yang terpaut usia begitu jauh.
"Papi, hujan! " Anak laki-laki dengan kulit putih dan mata sipit itu menujuk keluar minimarket dengan antusias.
"Oh iya! " seru Eshell mengikuti arah yang ditunjuk anak laki-laki dengan nama lengkap Ahmad Raffka itu.
Setelah itu, Eshell mengalihkan pandangan ke arah sampingnya. Mata Eshell membesar sedikit melihat siapa yang tengah berdiri tak jauh di sampingnya. Eshell memperhatikan perempuan yang sedang menghubungi seseorang via telpon itu dengan samar.
Meskipun beberapa tahun telah berlalu... Eshell masih dapat mengenali perempuan itu. Meskipun sekarang penampilannya sudah berubah dengan jilbab yang sekarang membalut kepalanya. Eshell yakin betul perempuan itu adalah Shanum. Jelas bukan Shanin. Karena akhir-akhir ini Eshell baru saja bertemu Shanin, dan Shanin tidak terlihat seperti itu. Harusnya dari dulu Eshell dapat membedakan Shanum dan Shanin. Karena mereka sebenarnya sangat berbeda. Shanum terlihat manis dengan gayanya yang feminin, sedangkan Shanin terlihat gaul dengan gayanya yang sedikit tomboy. Perempuan yang tak jauh di sebelahnya ini tentu saja bukan Shanin.
Eshell masih memperhatikan Shanum dengan dalam, sampai ponselnya yang berdering menyadarkannya.
Eshell segera mengangkat telpon dan berjalan sedikit menjauh karena di tempatnya berdiri sekarang sedang banyak orang.
"Kai, papi angkat telpon bentar, tunggu sini ya! " kata Eshell kepada Raffka.Raffka mengangguk cuek sambil meminum susu kotak yang baru saja di belikan Eshell di dalam.
Raffka sedang fokus memperhatikan air hujan yang turun begitu lebat di depannya. Raffka bingung, kenapa hujan bisa turun saat cuaca sedang panas. Karena bingung, dia berinisiatif untuk bertanya kepada salah satu orang disitu.
Kemudian, matanya tertuju kepada Shanum. Tak lengah, anak laki-laki yang sangat lucu itu datang menghampiri Shanum.
"Tante! " panggil Raffka sambil sedikit menarik kain baju Shanum karena Shanum tidak menyadari keberadaannya.
Shanum sedikit kaget saat tiba-tiba anak kecil menarik kain bajunya. Shanum yang terpesona melihat anak kecil yang sangat lucu itu langsung sedikit membungkukan badannya. "Iya sayang? "
"Kenapa hujan bisa turun padahal kan lagi panas?" tanya Raffka dengan lancar.
Shanum berdecak kagum karena anak berusia sekitar dua atau tiga tahun itu sudah dapat berbicara dengan lancar.
"Hm, kenapa ya? Menurut drama yang pernah tante tonton, sih... Katanya rubah lagi nangis.."
"Binatang rubah ya, Tan? "
"Iyaa.. "
"Emangnya dia kenapa nangis? "
"Mungkin dia kelaparan. Atau... Dia ditinggal orang yang paling dia sayang, makanya dia nangis.. "
"Kasian ya tante rubahnya.. " lirih Raffka prihatin.
Shanum mengusap-usap kepala Raffka dengan gemas. "Iyaaa.. "
"Kaiko.. "
"Papi... " Raffka langsung berlari memeluk lutut Eshell saat Eshell datang memanggilnya.Shanum tersentak mendengar dan melihat itu. Papi? Ah, pantas anak itu benar-benar familiar. Ternyata.. Dia anak Eshell?
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA (END)
Teen Fiction[COMPLETED] "Kok muara? Namaku kan bukan muara? " "Karena... Kamu itu tempat hatiku bermuara.. " • • • Hope u like my story guys! Happy reading!