ESHELL baru saja pulang dari masjid. Di depan rumah Ateefa, dia melihat Ateefa dan Shanum yang sepertinya sedang bersiap-siap untuk pergi. Ateefa sedang mengunci pintu rumahnya.
Eshell lantas saja menghampiri mereka. Masih dengan baju koko hijau muda dan sarung putihnya.
“Ba'da maghrib udah diluar rumah aja!” celetuk Eshell yang membuat Ateefa dan Shanum tersentak kaget.“Apasih Se! Ngagetin aja lu! ” marah Ateefa yang sedang memasukan kunci rumah ke dalam tasnya.
“Mau kemana lu? Udah sholat belum? ” tanya Eshell.
“Apaan lo? Sok care segala sama gue! ” selidik Ateefa curiga.
“Siapa yang nanya lo? Gue nanya Shanum.”
“Tadi lo ngomong sama gue! ”
“Ya tapi gue nanya sama Shanum.”
“Tapikaaan... ”
“Udaaaah, jangan beranteem.. ” lerai Shanum.
“Gue sama Tipa udah sholat kok, Shell.. Dan sekarang gue mau nemanin Tipa belanja kebutuhan dapur.” tambah Shanum lagi. Mewakili Ateefa.
Benar, tadi Ateefa meminta Shanum untuk menemaninya belanja. Sebenarnya dengan Attala juga, tapi Attala ada urusan mendadak. Bahkan tadi, Attala pulang duluan naik taksi.
“Gue ikut! ” kata Eshell.
“Ngapain lo ikut? ” tanya Ateefa heran.
“Nemenin lo? ” kata Eshell lebih terdengar seperti bertanya daripada menjawab.
“Nemanin gue? Hahahahahahahaha belasan tahun kita tetanggaan, baru kali ini lo nemanin gue? What is this? ” Ateefa berkacak pinggang. Menyelidik.
“Ya, gak apa-apa.. ” Eshell mengusap belakang lehernya yang tidak gatal.
“Gak usah repot-repot, Se, gue udah ditemanin sama Shanum. ” Ateefa berjalan menuju mobilnya. Shanum mengikutinya dari belakang.
“Biar gue yang nyetir....” Eshell mengejar. Masih 'memaksa' ingin ikut.
Ateefa semakin heran. “Lo kenapa sih? Gue bisa nyetir sendiri! ”
“Biar gue aja, ntar lo capek lagi!”
“Yaudah deh, walaupun agak aneh, tapi pake mobil lo ya, hehehe.. ” Ateefa mengedip-ngedipkan matanya.
“Kenapa lo? Sakit mata? Oke pake mobil gue, ntar gue ganti baju dulu! ” Eshell berlari ke rumahnya.
“Jangan lamaaaaaaa! ” teriak Ateefa.
“Aneh banget dia, modus tuh anak! ” kata Ateefa kepada Shanum.
“Modus gimana, Pa? ” tanya Shanum heran. Dibayangannya, Ateefa dan Eshell memang sering pergi bersama. Jadi, ya sudah biasa.
“Iya, karna ada lo! Makanya maksa mau ikut, caper dia! ”
“Ah, masa sih? Enggalahh, Paaa.. ”
“Kayanya cinta lo terbalas tuh, Shan, hihihi.. ” Ateefa cekikikan geli.
“Apasih, Paaa! ” Shanum malu.
“Ayooo! ” teriak Eshell dari dalam mobilnya. Shanum dan Ateefa langsung saja bergegas menghampirinya. Ateefa dan Shanum sama-sama naik di belakang.
“Berasa supir taksi gue!” desis Eshell mulai mengendarai mobil meninggalkan pekarangan rumahnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA (END)
Teen Fiction[COMPLETED] "Kok muara? Namaku kan bukan muara? " "Karena... Kamu itu tempat hatiku bermuara.. " • • • Hope u like my story guys! Happy reading!