2 Bulan kemudian...
Maret, 2018ESHELL sudah berdiri di depan pintu rumah Shanum. Sudah dua bulan terakhir ini, dia sering ke rumah besar dengan cat putih itu. Hanya sekedar menunggu di luar, belum pernah masuk.
Tapi, kali ini.. Dia harus mengetuk pintu dan masuk, jika diizinkan. Karena hari-hari biasanya, Shanum tidak pernah membuatnya menunggu. Malah Shanum yang selalu menunggu di gazebo depan rumahnya.
Sore ini, mungkin memang Eshell yang harus meminta izin secara langsung.
Eshell sudah menekan bel rumah sejak tadi, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu.
Sekedar informasi, Eshell sengaja bilang kepada Shanum kalau dia masih terjebak macet di jalan. Agar Shanum tidak perlu menunggunya di luar. Biar dia saja yang masuk dan meminta izin.
"Eshell? "
Eshell yang baru saja merebahkan tubuhnya untuk duduk di kursi, langsung berdiri menghadap Jihan yang baru saja membuka pintu. "Tante..."
"Udah lama, ya? Ayo masuk.." Ajak Jihan membiarkan Eshell masuk terlebih dahulu dan Jihan berjalan di belakangnya.
"Om Rangga ada, Tan? " tanya Eshell canggung. Karena, Jihan sedang memperhatikannya dengan jeli.
"Shanum ada, Eshell.." Jihan tersenyum lebar.
"Eh!" Eshell mengusap belakang kepalanya, malu.
"Bentar, Tante panggilin dulu.." Jihan langsung meninggalkan Eshell.
Jihan terlihat menaiki anak tangga sampai tubuhnya tak terlihat lagi. Sedangkan Eshell, duduk menunggu dengan perasaan yang awkward.
"Eshell? " panggil seseorang lagi. Eshell menoleh, disana, tak jauh dari pintu utama, Rangga berjalan masuk kedalam menghampirinya.
"Om, baru pulang, om? " tanya Eshell sambil menyalam punggung tangan Rangga dengan hormat.
"Iyaa, Shell.. Pasiennya lagi banyak. Om juga cuma sebentar, harus balik lagi.. "
"Oh, iya om.."
"Pulangnya jangan malam-malam, Shell.." kata Rangga sambil menepuk pundak Eshell.
"Hah?" Eshell kaget, belum juga dia menyampaikan maksud kedatangannya.
"Kamu mau ajak Shanum keluar, kan?"
"Ehehe, iya, kok tau, om?" tanya Eshell.
"Iyaaa, om juga tau kalau kamu sering antar jemput Shanum."
"Shanum cerita ya, om?"
"Bukaaan. Bunda tuh, sering liat. Kamu gak pernah singgah, karena Shanum emang gak pernah nawarin kan? Sabar ya, dia memang pemalu. Gak tau ngikut siapa, soalnya bundanya gak pemalu, hehe.." Rangga nyengir kuda.
Eshell tersenyum lebar melihatnya. Mirip Shanum.
"Oh, iya.. Om. " Eshell gagap. Eh, gugup. Canggung. Malu. Campur aduk.
"Jangan malam-malam, ya! "
"Iya, gak lama, kok om. Dekat juga. Paling sebelum isya udah sampai rumah lagi."
"Itu sih keawalan, habis isya boleh, kok. Batasnya sampai jam sembilan. Kalau lewat dari itu, siap-siap kamu!" pesan Rangga memperingati. Lalu, dia masuk kedalam.
"Om masuk dulu!" katanya sambil menepuk-nepuk pundak Eshell. Lagi.
Tak lebih dari 15 menit menunggu, akhirnya Shanum turun juga dari atas. Ia terlihat sedang menuruni anak tangga dengan sedikit buru-buru namun juga hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA (END)
Teen Fiction[COMPLETED] "Kok muara? Namaku kan bukan muara? " "Karena... Kamu itu tempat hatiku bermuara.. " • • • Hope u like my story guys! Happy reading!