7

925 161 5
                                    


Shin Hye melangkah masuk ke kamarnya, sekilas dia melewati ruangan yang sebelumnya dilihatnya bersama Min Jung. Ruangan itu membuatnya penasaran karena sikap Yong Hwa yang menurutnya terkesan berlebihan saat dia dan Min Jung memasuki ruangan itu. Dia berjalan mendekat, berdiri di depan ruangan itu. Keraguan menyergap ketika tangannya berada di gagang pintu. Ia ragu antara membuka ruangan itu atau tidak. Shin Hye begitu ingin masuk dan melihat apa yang disembunyikan Yong Hwa di dalamnya.

Shin Hye menghela napas, sebelum mendorong pintu untuk terbuka. Sayangnya usahanya tidak menghasilkan apa pun. Pintu itu tidak bergeming, terkunci tentu saja. Lagi pula Yong Hwa tidak mungkin membiarkan ruangan yang dirasahasiakannya terbuka begitu saja bukan?

Dengan langkah gontai Shin Hye melangkah masuk ke kamarnya, membaringkan tubuhnya di ranjang empuk. Dia berusaha memejamkan matanya tapi semua terasa sulit. Dia bahkan tidak bisa berpikir dengan tenang. Pikirannya selalu saja terarah pada ruangan itu. Tidak ada salahnya kan dia melihatnya? Hanya sekali, setelah itu dia tidak akan masuk lagi ke dalam. Tapi dimana dia bisa mendapatkan kunci ruangan itu?

Shin Hye segera bangun dari tidurnya membuka nakas di samping kepalanya Yong Hwa, tangannya dengan gesit mencari di setiap sudut nakas tapi hasilnya sama, dia tidak menemukan sesuatu yang berbentuk kunci disana. Dia melangkah ke lemari besar yang terdapat di kamarnya, mencari kebalik tumpukan baju tapi hasilnya juga masih sama, tidak ada kunci sama sekali.

“Dimana Yong Hwa menyembunyikan kuncinya? Dia tidak mungkin membawanya kemana-mana kan? Aish menyebalkan,” Shin Hye mengacak rambutnya kesal. Rasa penasaran itu semakin membuncah, pasti ada sesuatu yang di sembunyikan pria itu darinya dan dia harus tahu itu. Shin Hye beranjak bangun, berniat mencari ketempat lain tapi gerakannya terhenti ketika menyadari kasur di kepala Yong Hwa sedikit berantakan.

Dengan cekatan dia berusaha merapikannya, menekannya dan memperbaiki letak seprai. Gerakannya terhenti ketika sebuah amplop coklat terjatuh. Dia segera mengambil amplop coklat itu dan membuka isinya, betapa kagetnya dia setelah melihat isi amplop itu.

“I… Ige,” Tangan Shin Hye bergetar saat satu persatu foto dalam amplop coklat itu di lihatnya. Itu fotonya… itu fotonya saat dia masih sering ke taman memberikan bunga pada orang-orang. Itu dia… tapi bagaimana mungkin fotonya ada pada Yong Hwa? Bagaimana mungkin Yong Hwa bisa mempunyai semua ini? Dia bahkan tidak ingat kapan bertemu pria itu.

Dia membalikkan satu foto saat dia memakai baju putih. Di belakangnya terdapat sebuah tulisan “Jangan berpikir terlalu keras, lakukan apa yang kau bisa jangan memaksakan dirimu kalau kau memang tidak menyukainya. Hidup ini indah. Jadi tersenyumlah.”

Dia ingat kata-kata ini, dia ingat semuanya… Itu kata-kata yang diucapkannya pada seorang pria yang hari itu dilihatnya murung, pria dengan kamera menggantung di lehernya, jadi dia kah Yong Hwa? Tapi kenapa pria itu hanya diam tanpa berusaha memberitahunya semua ini?

Shin Hye kembali meraba bagian dalam amplop berharap menemukan hal lain, dan benar perkiraannya, dia menemukan kunci. Dia yakin itu kunci ruangan yang kemarin dimasukinya. Langkah bergetar hebat saat dia berlari kencang menuju ruangan yang terletak di lantai bawah. Tangannya lagi-lagi bergetar hebat ketika dia berusaha memasukkan kunci kedalamnya.

“Tenang Shin Hye, tenang.” Berkali-kali dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dia harus tenang karena sebentar lagi dia akan menemukan kebenaran dari semua hal yang mengganggu pikirannya sejak setahun terakhir.

Shin Hye melangkahkan kakinya dengan cepat saat pintu ruangan terbuka. Ruangan itu masih sama kosong seperti yang dia liat kemarin. Tatapannya kini terfokus pada sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan itu.

Lagi-lagi dengan tangan gemetar dia kembali membuka pintu ruangan dan di sinilah dia sekarang. Sebuah ruangan gelap berukuran kecil, hampir seperti studio foto. Tangannya meraba di sekitar tembok mencari kontak tombol lampu. Dan sial… lagi-lagi dia terperangah kaget ketika lampu menyala menampakkan isi ruangan itu. Itu fotonya, itu semua fotonya. Ruangan ini berisi semua fotonya, tapi bagaimana mungkin? Kenapa Yong Hwa merahasiakan semua ini darinya?

Tubuhnya lunglai, kakinya terasa sangat lemas, membuatnya tidak sanggup untuk berdiri tegak lagi. Disinilah dia sekarang, duduk terpekur di lantai yang dingin, menangis sepuas-puasnya setelah mengetahui siapa sebenarnya yang menyelamatkannya itu. Suaminya adalah pria yang menyelamatkannya, dan dia tidak tahu sama sekali.

Oh Tuhan… betapa jahatnya dia, membiarkan pria itu menderita sendirian selama ini, sedangkan dia… dia malah menikmati hidupnya. Berjalan kesana kemari, tertawa dengan riangnya saat pria itu harus berada di kursi rodanya, terkengkang dalam keterbatasannya selama ini.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” Shin Hye berbalik ketika mendengar suara yang sekarang familiar itu menegurnya. Di sanalah pria itu, duduk di kursi rodanya dengan tatapan dingin yang diarahkan padanya.

“Aku tanya kenapa kau bisa ada disini?” Yong Hwa berusaha setenang mungkin. Menanyakan apa yang dilakukan Shin Hye, meskipun ia tahu apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu di ruangannya. Shiin Hye sudah melihat semuanya. Itulah satu-satunya jawaban kenapa gadis itu sekarang berada di ruangan ini.

“Keluar dari sini atau kalau tidak aku akan menyeretmu,” ucap Yong Hwa dingin. Ia tidak ingin terlihat lemah. Ia tidak ingin Shin Hye mengasihaninya dan terlebih dari itu semua ia tidak ingin Shin Hye merasa bersalah atas apa yang menimpanya.

“Mianhae Yong Hwa, jeongmal mianhaeyo,” Isak Shin Hye. Sungguh dia tidak sanggup melihat keadaan Yong Hwa saat ini. “Ini salahku, semua ini salahku.”

Yong Hwa menghela napas melihat Shin Hye menangis, sungguh dia tidak mau dikasihani seperti itu. Dia tidak mau gadis itu mengasihaninya setelah tahu semua ini, karena itulah dia merahasiakan semuanya. Dia ingin gadis itu bersamanya karena mencintainya bukan karena kasihan atas keadaannya saat ini. Ia tidak ingin kebersamaannya dilandasi oleh rasa bersalah.

“Aku akan menjagamu, mulai sekarang aku akan merawat dan menemanimu. Aku berjanji,” Janji Shin Hye. Apalagi yang bisa dilakukannya saat pria yang menolongnya mengalami hal seperti ini selain dia menjaga dan merawatnya. Dia tidak mungkin membiarkan pria itu sendiri, tidak disaat pria itu justru seperti ini karena dirinya.

“Tidak perlu,” Yong Hwa memutar kursi rodanya membelakangi Shin Hye. “Pergilah. Tinggalkan ruangan ini,” pinta Yong Hwa.

Shin Hye berdiri dan berjalan mendekat kearah Yong Hwa yang kini membelakanginya. “Wae? Kenapa kau mengusirku?”

“Karena aku tidak mau dikasihani.”

“Aku tidak mengasihanimu aku hanya__”

“Aku tidak butuh apapun itu,” potong Yong Hwa, “Dan aku juga tidak ingin mendengar apapun yang kau katakan karena kita akan secepatnya bercerai,” tambahnya cepat sebelum ia kehilangan keberanian untuk menceraikan Shin Hye.

Kata-kata Yong Hwa membuat Shin Hye terdiam. Lidahnya terasa kelu tidak bisa digerakkan. Yong Hwa... Yong Hwa ingin menceraikannya? Tapi kenapa? Bukankah Yong Hwa mencintainya? Tidakkah semua yang dilihatnya saat ini adalah bukti yang valid atas apa yang Yong Hwa rasakan padanya?

“Bercerai? Wae?” Suara Shin Hye gemetar. Ia tidak tahu alasan Yong Hwa menceraikannya, jadi menanyakannya langsung adalah pilihan yang tepat.

“Karena kita tidak saling mencintai. Jadi aku ingin kita bercerai secepatnya.”

_____
220718

✔(Repost) Trapped in You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang