Paper hearts 01

195 5 1
                                    

"Bruakk.." terdengar suara benda yang terlempar dari tangan seseorang,suara-suara itu semakin menyakitkan ditambah teriakan wanita lembut itu,namun aku tetap bersembunyi disudut kamarku yang gelap,aku merasa takut,sedih,dan ingin melarikan diri,namun aku tidak bisa melakukannya sebab aku masih ingin bersama ibu.

Seketika suara keributan itu hilang,namun berganti dengan suara tangisan,lalu aku keluar dari kamarku dan menuju kepada suara tersebut.

"Bu.. apa ibu baik-baik saja?" Tanya ku dengan sedih.

"Ibu tidak apa-apa nak,tenang lah" Jawab ibu tersendu-sendu sambil menghelus kepala ku.

Saat itu baru saja terjadi keributan didalam rumah,ayah dan ibu selalu bertengkar hampir setiap bertemu,dan aku sama sekali tidak tahu apa penyebabnya.
Ibu selalu menyuruh ku untuk bersembuyi dikamar saat ayah datang,dan jangan keluar sampai ia pergi,aku selalu melakukannya saat kejadian itu terjadi hingga aku tak bisa lagi menahan kesakitan dikepalaku.

-----------

Aku adalah anak tunggal,namaku Kimmi,saat ini usiaku 19 tahun,aku baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas,kami tinggal disuatu perkampungan yang sangat sunyi,kami menempati rumah peninggalan nenek yang sudah sangat tua,sebenarnya tidak nyaman tinggal dirumah ini,tapi kami tidak punya biaya untuk mengontrak,ibu juga tidak ingin menjual rumah ini karena rumah ini satu-satunya kenangan dari nenek.

Setiap hari,ibu selalu pergi keluar dari kampung untuk bekerja,ia bekerja sebagai pembatu rumah tangga. Ia bekerja dirumah yang sangat besar,jaraknya tidak begitu jauh dari kampung kami. Tapi,ia selalu pergi pagi saat aku belum bangun dan pulang saat aku sudah tidur. Hari ini ibu tidak berkerja karena sedang sakit,namun tiba-tiba ayah datang dengan keadaan penuh emosi.

Ayah tidak pernah pulang biasanya,aku juga tidak tau dimana tinggalnya,ia tak pernah mau berbicara dengan ku,bahkan menatapku dengan rasa kasih sayang pun tidak sama sekali,tapi aku sudah terbiasa seperti ini sejak kecil.

------------

"Ibu,mau ku buatkan teh?" Tanya ku segan.

"Tidak usah Kimmi,sebaiknya kamu pergi kekamar dan segera tidur,ini kan sudah larut malam" ujar ibu dengan suara sendu sambil membersihkan pecahan-pecahan guci yang berserakan dilantai.

"Baiklah bu,kalau perlu sesuatu panggil saja aku" jawab ku sambil tersenyum kecil.

Sebelum nya aku tak pernah melanggar perintah ibu,aku langsung pergi kekamar dan beranjak ketempat tidur,ku rebahkan tubuh ku dan ku pejamkan mata. Sampai aku terlelap selama beberapa menit.. namun aku mendengar sesuatu..

"Greebakkk..." suara seseorang mendorong pintu dengan keras sehingga membuat ku terkejut dan tersadar dari tidur.

"Apa kau masih mau mengatakan kalau kau tak punya uang!!"

Samar ku dengar suara
tersebut,persis seperti suara ayah,lalu aku bangkit dari tidurku dan mengintip dari sisi pintu kamar,kulihat ayah datang kembali saat ibu masih membereskan pecahan guci dilantai,mukanya memerah keadaannya seperti orang yang sedang mabuk,tapi ibu hanya tertunduk sambil menangis dilantai.

Tiba-tiba ia menarik ibu hingga berdiri tepat didepannya,dan didorong sampai kesisi dinding ruangan,ia mencekik leher ibu,rasanya aku ingin lari kehadapannya dan menghalangi ia melakukan hal tersebut,tetapi ibu tidak menginginkan aku melakukan itu.

"Berikan aku uang,atau kau akan kehilangan nyawa mu!" Bentak ayah sambil mencekik ibu.

"A..aku tidak punya uang Dikson" jawab ibu dengan suara tersendat-sendat.

"Kalau kau tidak bisa memberikan aku anak,seharusnya kau bisa memberikan aku uang!" Jawab ayah dengan nada tinggi,dan langsung melepaskan tangannya dari leher ibu.

Aku merasa legah,karena ia pergi melangkahkan kaki menuju keluar,namun ibu malah menghentikan langkahnya.

"Diksonn.." ibu memanggilnya sambil menangis.

Ia menolehkan kepalanya

"Apa! Apa lagi!" Tanya ayah dengan penuh emosi.

"Aku masih punya cinta untuk mu,kita bertemu karena cinta,aku masih sangat mencintai mu,kembalilah seperti dahulu Dikson" jelas ibu dengan perasaan yang sangat sakit.

"Aku tidak percaya itu,selama ini kau tidak mempedulikan ku! Cinta mu hanya untuk anak tidak berguna itu saja! Bahkan aku tau kalau kau lebih mencintainya dari pada aku!" Jelas nya dengan penuh emosi.

.........

Saat itu aku sadar bahwa aku bukan anak kandung yang dilahirkan oleh ibuku,aku hanyalah seorang anak pungut. Itu sebabnya ayah sama sekali tidak pernah menyayangiku. Saat aku tau itu semua aku sangat merasa kecewa hatiku sangat tersentuh,luka yang kurasakan sangat pedih aku merasa bersalah karena sudah ada diantara mereka.

kaki ku melemah,aku tejatuh ditempatku berdiri,air mataku menetes sangat deras. Sampai tak kusadari ayah melihat ku didepan pintu kamar itu.

"Heh! Sedang apa kau disitu!" Tanya ayah sambil berjalan mendekati ku.

Aku merasa takut,ia menarik bajuku dan menatapku dengan penuh amarah.

"Kenapa kau diam! Apa kurang jelas dengan apa yang sudah kami bicarakan! Kau sudah mendengarkannya kan!" Bentak ayah kepada ku.

Aku hanya diam tertunduk dan menangis,lalu ia mencoba untuk mencekik leherku dengan kedua tangannya.

"Sebaiknya kau yang pergi dari hidup kami" ucapnya dengan emosi.

Rasanya sakit sekali cekikan itu,membuat ku sulit bernafas dan tidak bisa bicara,lalu ibu datang menarik tangannya,mencoba menghalanginya.

"Hentikan Dikson!!" Bentak ibu dan berlari mendekatiku.

Ibu terus menarik tangannya,namun ayah malah mendorongnya sehingga ibu terjatuh dan kepalanya berdarah karena terbentur oleh ujung meja yang tajam. Ia langsung melepaskan tangannya,sejenak terhenti melihat ibu,dengan wajah kebingungan lalu ia pergi begitu saja meninggalkan kami,aku mendekati ibu yang terjatuh dilantai,ia memegangi kepalanya yang penuh dengan darah,aku  pun segera membawanya kekamar dan mengambil kompres air hangat.

---------

sesampainya dikamar

"Ibu,maafkan aku" ucapku dengan pelan sambil mengompres lukanya.

"Kenapa sayang? Kenapa harus meminta maaf?" Tanya ibu sambil tersenyum.

Aku tidak bisa berkata apa-apa,bagiku ia adalah sesosok orang yang sangat kuat,ia selalu membuat ku tenang saat terjadi sesuatu yang sebenarnya menyakitkan. Perasaanku mengatakan bahwa ia sangat paham dengan apa yang kurasakan saat ini mungkin aku tidak perlu memperjelas kepadanya,walaupun selama ini ia menyembunyikan semuanya dari ku tetap saja aku tidak bisa marah padanya,bahkan aku yang sangat merasa bersalah.

"Ibu terimakasih,selama ini kau telah membesarkan ku,menyayangi ku seperti anak mu sendiri" ucapku dengan pelan.

"Kau tidak perlu mengatakan itu Kimmi,itu malah akan terasa sakit di hatiku,aku sangat bahagia karena ada kau dihidup ku sayang" jawab ibu sambil mengelus kepalaku dan tersenyum lebar.

"Terimakasih ibu" jawabku dan langsung memeluknya.

Aku merasa terharu,aku menangis dipelukannya,aku merasa sangat bahagia karena ia menyayangi ku sepenuhnya. Walau aku tak tau bagaimana ia nanti dengan suaminya,mungkin sudah saatnya aku tau semuanya dan ikut dalam pertengkaran mereka,aku tidak ingin melihat ibu seperti ini terus-menerus,aku akan mencoba mencari cara supaya ayah bisa menerima kenyataan.

#pemula😊

PAPER HEARTS : Part.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang