Paper hearts 13

15 3 0
                                    

SHANE
.
.
.
.
.
.

"kenapa kimmi tidak mau mengangkat telpon ku"

"Braaak" aku meletakkan handphone dengan kencang diatas meja.

Beberapa hari ini Kimmi jadi berubah,ia semakin bersikap acuh kepadaku,apa sebenarnya yang membuatnya menjadi seperti ini.

Aku memutuskan untuk bersiap-siap dan akan langsung menemuinya.

-----------

Tidak seperti biasanya,Kimmi tidak pernah mengunci pintunya dari dalam.

"Took... took... took.." aku mengetuk pintunya dengan kencang.

Aku menunggu hingga beberapa menit,namun Kimmi belum juga keluar.

"Aku tidak akan berhenti mengetuk sampai kau benar-benar keluar cengeng" ucap ku sendirian.

Sudah hampir 5 menit aku diluar,sampai berulang kali aku menelponnya ia juga tidak mengangkat telpon ku.

"Kimmi....." teriakku dan terus mengetuk.

"Heii!!!" Tiba-tiba suara bentakan ku dengar dari belakang.

Aku langsung menoleh dan menganga.

"Bisa rusak pintu rumah ku kalau begitu caranya" ucap nya sambil memasukkan kunci.

Aku hanya memandanginya dengan bodoh,serasa perbuatan ku tadi sangat sia-sia.

"Kamu kenapa sih tidak mau mengangkat telponku!" Ucap ku dengan keras sambil mengikutinya masuk kedalam rumah.

"Shane,aku baru keluar sebentar membeli makanan,aku tidak membawa handphone"

"Kamu ini,suka sekali membuat ku khawatir"

Saat itu aku benar-benar khawatir,aku takut akan terjadi sesuatu kepada Kimmi.

"Kenapa tidak dibawa!!" Lanjutku marah.

"Iya maaf aku lupa" jawabnya singkat.

"Tadinya aku ingin mengajak mu makan,malah kamu sudah membeli makanan duluan"

tiba-tiba handphone ku berdering.

"LUCA❤"

Aku hanya menatap handphone ku dengan bingung,apa yang harus ku lakukan,aku tidak ingin Kimmi merasa ku acuhkan lagi.

Aku pun menolak panggilannya,dan langsung mematikan handphone ku.

"Kenapa tidak diangkat?"

"Oh iya hanya panggilan dari murid kelas bahasa saja,tidak begitu penting" ucap ku dengan beralasan.

Hening..

----------

Kimmi masih terlihat diam saja,seperti benar-benar tidak bermood baik,aku mulai bingung harus melakukan apa.

"Kim,makanan mu simpan saja,ayo kita jalan-jalan diatas jembatan seperti dulu" aku mencoba mengajaknya keluar rumah.

Tidak ada jawaban,ia masih makan dengan tenang tanpa menawari ku sedikit pun.

"Bagaimana kal..."

"Tidak usah Shane,terimakasih" ucap nya memotong ucapan ku.

Aku semakin merasa ada yang hilang dari sahabat ku,hati ku merasa sakit tiba-tiba emosi ku memanas.

"Kau ini kenapa! Apa kau sudah tidak mau bersahabat dengan ku! Katakan saja!" Aku membentaknya sambil berdiri.

Ia menatap ku dengan heran,dan langsung menghentikan makannya.

"Aku tidak kenapa-kenapa,kamu yang terlihat berubah" ucapnya sambil ikut berdiri.

Sejenak tertangkap dipikiranku kata "berubah" apa yang dimaksudnya berubah.

"Maksud mu berubah?"

"Sudah lah,sekarang kau bisa pulang,aku masih harus beristirahat" lagi-lagi ia memotong ucapan ku dan mendorong ku keluar dari rumahnya.

Saat akan menutup pintu,aku melihat tetesan air mata yang jatuh dipipinya.

"Kim tunggu dulu!!" Aku mencoba menghentikannya,namun ia sudah mengunci pintu rumahnya terdahulu.

"Kim.." teriakku dari luar sambil mengetuk,namun terasa sia-sia.

Aku merasa menyesal telah membentak dan mengeluarkan kata-kata itu kepadanya.

Akhirnya aku membiarkannya sendirian,dan berjalan tanpa arah.

Aku kembali menyalakan handphone ku.

"Triing.. triing.. triing.." berulang kali pesan masuk dan itu dari Luca.

"Shane! Kenapa tidak mengangkat telponku?"
19.30

"Shane kamu dimana?"
19.45

"SAYANGGGG..."
20.00

Dan yang terakhir "triing.."

"Shane,jemput aku dirumah sakit"
20.20

Aku sedikit terkejut melihat pesan yang terakhir,kenapa Luca ada dirumah sakit,siapa yang sakit pikirku.

Aku langsung menelponnya dan meminta alamat rumah sakitnya.
Aku pun langsung menuju kerumah sakit dimana Luca berada.

-------

Aku berlari dan terus berlari mencari dimana ruangannya. Sampai akhirnya kutemukan Luca.

"Luca" kulihat ia duduk dikursi tunggu didepan sebuah ruangan. Aku langsung mendekatinya.

"Shane" ucapnya langsung memelukku.

"Ada apa? Siapa yang sakit?"

Luca terus memelukku dengan erat.

"Ayah,Shane.. mungkin ayah terlalu kelelahan" ucapnya sambil melepas pelukannya.

Aku mengajaknya duduk kembali.

"Aku kira kamu yang kenapa-kenapa,aku sudah khawatir sekali" ucap ku sedikit legah.

Luca malah tersenyum manja disampingku.

"Tapi.. kenapa kamu mematikan handphone mu,aku menunggu lama sekali sayang" lanjutnya bertanya dengan lembut.

Pertanyaan itu membuat ku bingung untuk menjawab,aku sama sekali belum memikirkan alasannya.

"Ohh itu.. tadi.. aku.. emm.." aku sangat bingung dan tidak tau akan mengatakan apa.

"Sudah lupakan lah"

Ia membuat ku terheran dengan sikapnya,yang begitu mudah melupakan kesalahan ku.

Luca malah langsung menggengam tangan ku dan menyandar dibahuku.

"Ka.. kamu tidak marah?" Aku mencoba bertanya untuk meyakinkan diri ku sendiri.

"Tidak,aku hanya berpikir positive saja"

Aku tak menyangka,Luca ternyata juga memiliki sifat yang sangat dewasa.

PAPER HEARTS : Part.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang