Paper hearts 05

44 3 0
                                    

Seminggu setelah kepergian ibu aku sudah mulai terbiasa sendirian,dan lebih tepatnya semangatku masih bisa dibangkitkan dengan adanya Shane. Tapi yang kupikirkan setelah ini ialah kelanjutan pendidikan ku,aku bingung harus mendapatkan uang dari mana untuk menfatar kuliah.

Malam ini sungguh berbeda dengan malam biasanya,aku duduk ditempat tidur ibu,merasakan kehangatan yang masih tersisah,aku memandangi foto-foto kami yang terlihat sangat bahagia,ku perhatikan seisi kamar ibu semua masih terasa asing,karena sedari dulu aku tidak pernah berani untuk masuk kekamar ibu tanpa izin,aku merasa sedih kembali teringat ibu,ibu yang biasa menemani setiap hari ku,mendengarkan curhat ku kini sudah tiada lagi.
ku pandangi terus foto itu,tanpa sadar mataku mengarah kelaci yang ada dibawah foto itu diletakan,aku mencoba membuka laci itu pelan-pelan dan didalamnya kutemukan sebuah kotak yang sangat cantik,ku angkat dan kuletakkan dipangkuan ku.

Perlahan ku buka tutupnya,dan ternyata kudapatkan sepucuk surat dan sebuah amplop berwarna coklat.
Aku mulai membuka suratnya dan membacanya.

"Kimmi,maafkan ibu yang telah menyembunyikan penyakit ini dari mu,mungkin kamu tidak perlu tau sayang,tapi yang harus kamu tau ibu selalu berusaha keras untuk membahagiakan mu,dan ibu sudah menabung selama beberapa bulan untuk kamu,yang kemungkinan cukup untuk mendaftar kuliahmu dan memenuhi kebutuhan mu untuk beberapa waktu kedepan,ibu doakan semoga kamu cepat mendapatkan pekerjaan yang cocok buat kamu,supaya kamu bisa mandiri dan memenuhi kebutuhan kamu sendiri,sekali lagi maafkan ibu yang sudah membuat mu kecewa,ibu tidak ingin melihat kamu sedih,selalu doa kan ibu sayang,semoga kita bertemu lagi dilain waktu,jaga dirimu baik-baik,ibu sangat menyayangi mu"

Setelah ku baca aku langsung membuka amplop coklat itu yang ternyata berisikan uang. Aku langsung memeluk amplop itu dan menangis sekencang-kencangnya.

"Ibuuuu..... nnggggmmhh... nnggmh... " aku kembali menangis memanggil nama ibu.

"Kenapa uang ini tidak ibu gunakan untuk mengobati penyakit ibu saja,kenapa buu.." ucap ku sendirian dan terus menangis.

Tangisan ku tak henti hingga larut malam,aku menidurkan badan ku ditempat tidur ibu dan terus memeluk amplop itu,sampai air mataku tak mau menetes lagi dan akhirnya aku tertidur sampai pagi.

------

"Kriiiinggg.... kriiinggg...." telepon rumah berbunyi saat jam 7 pagi,sehingga membuat ku terbangun dari tidurku.

Aku bangkit dan meletakan amplop yang sampai pagi masih dipelukanku kedalam laci itu lagi,lalu berlari kecil menuju telepon yang berbunyi dan langsung mengangkatnya.

"Hallo selamat pagi" ucap ku kepada penelpon.

"Kimmi,bagaimana keadaanmu? Apa kamu sudah siap untuk mendaftar kuliah?" jawab penelpon.

"Kamu Shane,oh iya aku hampir lupa" jawab ku cengengesan.

"Tuh kan kamu memang pelupa" lanjut Shane meledek.

"Masih pagi jangan buat masalah deh,ya sudah nanti kamu langsung datang kerumahku saja ya?" Ujar ku kepada Shane.

"Oke,segera bersiap-siap,aku tidak suka menunggu"

"Sampai ketemu" jawab ku singkat.

Aku langsung mematikan telepon,dan menuju kekamar ku,sesampainya dikamar aku malah langsung menjatuhkan badan ku ditempat tidur,rasanya aku masih mengantuk sekali dan ingin tidur kembali,kepala ku juga sangat terasa sakit karena semalaman aku terus menangis.

Setelah 15 menit aku tiduran aku teringat kalau Shane pasti segera datang dan dia anak yang selalu tepat waktu dari kecil,aku langsung bangkit mengambil handuk dan segera berlari kekamar mandi.

Saat aku akan selesai mandi,Shane sudah datang dan mengetuk pintu rumah ku dengan kencang.

"Kimmi... kimmi..." teriaknya dari luar sambil mengetuk-ngetuk pintu.

"Iya sebentar" jawab ku dari dalam juga dengan teriak.

Aku segera memakai handuk dan membawa handuk kecil untuk mengeringkan rambutku.
Aku berlari kecil dan membukakan Shane pintu.

"Maaf ya aku baru selesai mandi,ayo masuk" ucap ku.

Shane berjalan selangkah malah berhenti dan menatapku dari atas kebawah dengan wajah melanga.

Aku yang akan berbalik sambil mengusap-usap rambutku dengan handuk kecil malah ikut berheti karena heran melihatnya terus menatap ku tanpa berkedip.

"Shane!" aku membentaknya.

"Oh iya iya" jawab Shane sedikit terkejut.

Aku tak sadarkan diri kalau aku masih mengenakan handuk,aku langsung berlari kecil menuju kamar ku.

"Astaga,apa Shane tercengang melihat ku seperti ini ya" ucap ku panik dalam hati.

Aku segera memakai pakaian pilihan ku,yang sudah ku siapakan sedari kemarin,karena aku ingin terlihat rapih saat mendaftar kuliah.

"Shane aku sudah selesai,ayo berangkat" ucap ku sambil memakai tas samping.

"Kamu lama sekali,sampai aku tertidur selama 1 jam" jawab shane meledek.

"Tidak selama itu juga Shane" jawab ku.

Kami pun berjalan keluar rumah aku juga tidak lupa mengunci pintu rumahku.

Kami berjalan beriringan tapi tidak ada pembicaraan,Shane kelihatan seperti tidak bersemangat,ia berjalan dengan langkah malas dan kedua tangannya dimasukkan kedalam kantung jaketnya yang berwarna coklat dengan resleting terbuka.

Padahal aku sangat suka melihat style nya yang satu ini,dengan jaket terbuka itu didalamnya ia menggunakan kaus yang berwarna hitam,celana jeans panjang yang tidak pernah ketat,dan sepatu yang berwarna coklat.

"Shane" aku memanggilnya dengan suara pelan.

Shane langsung menolehkan wajahnya kearah ku "iya,kenapa kim?" jawab shane sambil mengangkat kedua alisnya.

"Kamu sedang ada masalah ya? Seperti sedang tidak bersemangat" tanya ku masih dengan suara pelan.

"Apa iya aku kelihatan seperti itu?" Shane malah bertanya balik.

Aku sudah menduga,aku ragu bertanya bukan karena segan,tetapi sudah tau jawaban Shane pasti selalu meledek.

"sepertinya tidak" jawab ku singkat dan langsung diam.

Aku mulai berjalan semakin cepat karena sedikit kesal dengan Shane.

"sudah nanti setelah urusan kita selesai aku akan menceritakannya,mana mungkin aku menyembunyikan sesuatu dari sahabat ku yang cerewet ini" ujar Shane.

Sejenak Shane membuatku langsung tersenyum dan salah tingkah.

----

Tak sadar kami sudah keluar dari kampung dan berdiri dipinggir jalan raya,tak lama kemudian angkutan umum pun datang menuju kami,aku langsung melmbaikan tangan ku kearah angkutan itu.

PAPER HEARTS : Part.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang