WHY NOT? ✓

1.4K 242 42
                                    


Di usia tujuh tahun, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Jimin meliriknya dari samping, sekilas lupa pada bidang kosong yang belum ia warna, lalu bilang, "Kenapa?"

Krayon yang terabaikan di jemari Jimin ia ambil, Taehyung menatap teman berpipi tembamnya lama, "Kenapa tidak?" lalu senyum hadir menampakkan barisan kosong gigi seri.

Sebenarnya Taehyung suka sekali pada Jimin yang serius mewarnai, sampai tidak mengindahkan dia yang memandang takjub sedari tadi.

...

Di usia dua belas, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Jimin mengangkat wajah yang semula tertunduk membaca, menatapnya di seberang meja sambil menutup buku. "Kenapa?"

Hiruk-pikuk di sekitar mereka terasa menghilang saat Taehyung tatap mata cokelat gelap Jimin. Diantara kesibukan dua keluarga dan riuh obrolan orang tua, ia merasa Jimin begitu menarik perhatian dengan diamnya. "Kenapa tidak?"

Sebut dia gila, tapi Taehyung pikir, Jimin yang kini menatapnya dengan senyum di mata pun gelak halus tawa sungguh ingin selalu ia bahagiakan. Taehyung rasa dirinya sudah jatuh cinta pada sahabat sedari kecilnya.

...

Di usia enam belas, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Jimin seketika berhenti menulis, dia tidak meliriknya saat membalas, "Kenapa?"

Taehyung menatap garang setumpuk buku dan berantakan print out di meja belajar Jimin, ingin dia tanya untuk apa Jimin mengerjakan soal-soal itu sampai selarut ini tapi alih-alih, malah bilang, "Kenapa tidak?"

Dia takut Jimin jatuh sakit karena terlalu memaksakan diri.

...

Di usia dua puluh, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Jimin balik menatapnya dengan sebelah tangan menumpu dagu, "Kenapa?"

Taehyung memerhatikan Jimin yang tubuhnya seakan menyusut, kurus, meski memang tidak punya tinggi semampai seperti dia. Rahangnya ramping, tulang pipinya tinggi dan hidung mancungnya entah kenapa sungguh atraktif.

Terpisahkan meja dan perayaan dua keluarga bagi wisuda mereka, Taehyung membalas, "Kenapa tidak?"

Dia menginginkan Jimin lebih menjaga kesehatannya sendiri, bukan semata jatuh pada hitungan angka matematis.

...

Saat dua puluh tiga, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Jimin melonggarkan simpul dasi, menyimpan tas kerja di kursi sebelah yang kosong lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sesaat ia memejam, menghela napas lega, lalu balik menatap dari kursi seberang. "Kenapa, Tae?"

Taehyung sedikit bangkit, tangannya terjulur lalu ia usak helaian cokelat terang pemuda di depannya. Ia ganti mengusap pipi porselen yang pelan-pelan merona. Sempat bertanya-tanya apa penyebab noda kemerahan menghias wajah Jimin, karena suhu musim panas kah atau karena ulahnya?

Mengulum senyum, Taehyung bilang, "Kenapa tidak?"

Sebenarnya Taehyung betulan mengajak Jimin menikah kini, tapi jika sahabatnya itu hanya menanggapi demikian, dia bisa apa?

...

Saat dua puluh lima, Taehyung meminta Jimin untuk menciumnya.

"Well," Jimin menarik tangannya, membuat dia sedikit merunduk. "Kenapa tidak?"

Dan Jimin mencium bibirnya.

...

Saat usianya mendekati kepala tiga, Taehyung meminta Jimin untuk tetap bersamanya.

Telapak tangan kecil itu menangkup rahangnya, membuat Taehyung memejamkan mata merasai hangat napas Jimin menerpa. Jimin mengecup dahinya, dua kelopak yang menutup, hidungnya, sudut terluar bibirnya.

Usapan halus Jimin di tengkuknya terasa begitu menghujam, jauh sampai menyentuh hati, terlebih saat dia bilang, "Kenapa tidak?"

Sampai hari berganti, Jimin tetap tinggal, bergelung nyaman dalam pelukannya.

...

Di usia tiga puluh dua, Taehyung meminta Jimin untuk menikahinya.

Juga mengungkap apa yang selama ini selalu dirasa, bahwa aku mencintaimu aku mencintaimu aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu.

"Biarkan aku mencintaimu, Jimin."

Kali ini, Taehyung mencium lebih dulu. Mencium Jimin sampai akhir, menciumnya menciumnya menciumnya seakan semua rasa yang terlalu lama ditanggung sendiri itu meledak dalam sekejap mata.

Tautan itu lepas seiring napas tergilas. Dengan terengah, Jimin membuka kelopak untuk menatap pemilik mata yang tengah menyandarkan dahi di keningnya.

"Hanya aku," bariton itu menerpanya, terdengar rendah sekaligus penuh frustasi. Di mata Taehyung bisa Jimin lihat gemerlap serupa bintang, atau mungkin hanya pantulan cahaya, atau keduanya.

Entahlah, matanya sendiri mengabur mulai disesaki air. "Dasar bodoh," ia meluruh dalam pelukan pemuda yang selama ini juga selalu dicintainya. Di sela isak, Jimin tergelak, "tentu saja! Kenapa tidak?"

-oOo-

Terinspirasi dari sebuah postingan yang lewat di TL twt, tapi pairing YOONKOOK, idea credit to the owner with same title why not?

Seketika ingin buat versi VMIN nya.

HABIS SOFT BANGET GA PAHAM LAGI SAYA MAH 😭😭😭 iusernem moeneko3 tanggung jawab kalian mbak(s) 😭😭😭

Selamat Sabtu malam! Dari runa yang hatinya terlembutkan downy ❤️❤️❤️

210718

ficlet 2 [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang