BLOOMER 2 ⚠️

5.3K 477 180
                                    


Warning: MATURE CONTENT! PWP! NSFW! ABO!modern verse, bottom!Jimin.

A/N: Rating M pertama yang saya buat. Silakan tinggalkan fanfiksi ini jika tidak suka. Mohon maaf jika aneh dan masih banyak kekurangan. Jangan dibaca saat kamu berada di keramaian.

I've warned you before! If you don't like it, please step back.

Happy 3k readers coffee!

Saat Kim Taehyung menarik diri, memberi sedikit jarak dengan tatapan fokus memaku netra oleh kelereng semerah darah berkilat, Jimin merasa sendi-sendinya seperti dilolosi.

Rasa menyenangkan hadir saat ia menghirup napas, membaui feromon seharum kayu manis dan kamomil lembutnya diselimuti aroma jantan sang alpha. Jimin tidak merasa sesak lagi kala penghidunya memerangkap wangi pekat kayu pinus dan biji kopi. Sensasi menyengat di tengkuk sebelah kanannya juga hilang, luka bekas gigitan Taehyung sepertinya sudah musnah; atau sembuh, Jimin teringat pada fakta bahwa kaum dominan mempunyai regenerasi yang cepat dan air liur mereka bisa meringankan luka soulmatenya.

Untuk sekarang, Jimin bisa menguasai pikiran dan tubuhnya sendiri. Gelombang heat yang menggelegak tengah mereda, entah karena pelepasannya atau karena kehadiran sang alpha.

Jadi alpha ini soulmateku? Matenya adalah aku? Jimin kebingungan sedang serigala dalam dirinya hanya mendengkur senang, tidak kembali bersuara menjawab pertanyaan di dalam benak.

"Jimin? Kamu mendengar saya?" suara bariton memecah lamunan, Jimin mengerjap beberapa kali sampai atensi sepenuhnya ia jatuhkan pada pemuda jangkung yang tengah memegang kedua bahunya hati-hati. Senyum ia sunggingkan, membuat Taehyung mendesah lega.

Kelopak mata bertatapan tajam itu menutup seiring napas dihela satu-satu. Jimin memerhatikan sosok yang berdiri mengukungnya, dia punya bahu lebar dan bidang, terlihat nyaman untuk disandari. Ugh... Jimin meneguk liurnya susah payah, mengembalikan atensi perlahan kembali ke wajah sang alpha.

Lehernya yang berwarna tan berkilat diselimuti keringat tipis dengan jakun naik turun statis. Melihatnya membuat tengkuk Jimin meremang. Menggelengkan kepala, ia semakin mendongak dan mendapati manik cokelat gelap tengah menatapnya intens.

Rona kemerahan menginvasi kedua belah pipinya. Menghantarkan rasa panas lain merambat dari tengkuk ke seluruh tubuh. Jimin beringsut mundur, kentara malu karena baru sadar jika penampilannya tidak pantas untuk bertemu sang alpha.

Atasan kemeja kusut dengan beberapa kancing terbuka, pun underwear merahnya yang menggelap di beberapa titik karena cairan yang ia hasilkan. Jimin menggigit bibir bawahnya gusar, rasa segan akan sosok sang alpha memenuhi relung hati.

"Astaga, Jimin, maaf. Sungguh saya tidak bermaksud membuat kamu takut." telapak tangan yang besar menangkup wajahnya yang semula menunduk, Jimin kembali dihadapkan pada raut tegas alphanya yang menyorot khawatir. Usapan lembut di kedua pipi terasa nyaman, membuatnya refleks memejamkan mata karena rasa panas yang memerangkap tubuhnya sesaat mereda. Dahi Jimin dibubuhi kecupan panjang, ia baru membuka mata saat merasakan beban di ranjang bertambah.

ficlet 2 [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang