"Humaira...aku pulang dulu, Insya Alloh dua minggu lagi aku balik lagi kesini!"
Jodhapun hanya mengangguk seraya bernafas berat seolah tidak rela Jalal pergi meninggalkannya.
"Ada apa Humaira?" tanya Jalal yang bisa menangkap raut wajah Jodha yang terlihat enggan ia tinggalkan.
"Tidak ada apa-apa Jalal, hati-hati!" sahut Jodha seraya tersenyum tipis menyembunyikan suasana hatinya.
"Oke... yang sabar ya sayang, aku akan segera kembali. Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam" sahut Jodha seraya melepas kepergian Jalal yang semakin jauh meninggalkannya.
=====
Satu minggu telah berlalu, baik Jalal maupun Jodha keduanya sama-sama tak bisa melepas bayangan sang pujaaan hati satu sama lain.
Jalal yang akhir-akhir ini lebih disibukkan dengan pekerjaannya, tak lupa setiap jam istirahat selalu menyempatkan diri untuk menghubungi calon istri tercintanya yang semakin hari semakin ia rindukan.
Begitupun Jodha, tiap kali menjelang dzuhur, ia tak berani beranjak kemana-mana demi menunggu telepon cinta dari sang calon suami yang juga sangat dirinduinya. Terlebih dua hari belakangan, ia terpaksa diliputi kecemasan karena Jalal tak kunjung menghubunginya.
"Assalamu'alaikum ukhti"
"Wa'alaikum salam. Hafidz, ada apa? Apa ada telepon untukku?" tanya Jodha tampak tak sabar mengharapkan telepon dari Jalal.
"Betul ukhti, ada telepon buat ukhti dari Jakarta"
"Terima kasih Hafidz, aku segera ke sana"
Tanpa banyak buang waktu Jodhapun segera meninggalkan ruang kerjanya menuju balai utama untuk menerima telepon.
Binar bahagia tampak jelas memancar dari wajahnya, seraya bergetar, tangannya mengulur meraih gagang telepon dengan debaran jantung yang berdetak tak menentu.
"Assalamu'alaikum" sapa Jodha dengan suara sedikit bergetar menahan debaran jantungnya yang semakin berdegup kencang.
"Wa'alaikum salam. Humaira, apa kabar?"
DEG... Debaran jantung Jodha semakin melonjak-lonjak saat suara itu kembali di dengarnya.
"Ba..baik Jalal, kamu bagaimana?"
"Alhamdulillah aku juga baik. Oya, aku mau ngasih tahu, kemarin-kemarin aku sibuk banget sama kerjaan yang harus aku selesaikan minggu ini, jadi...aku minta maaf ya, gak bisa hubungin kamu"
"Tidak apa-apa, aku mengerti"
"Alhamdulillah... Jadi, kamu gak marah?"
"Tidak"
"Beneran?"
"Iya Jalal, sama sekali tidak, karena aku tahu kamu lagi sibuk"
"Kalau begitu....apa kau...merindukanku?"
"Apa???"
"Jawab saja sayang!"
"Ti...tidak"
"Hemmh... Aku tahu kau sedang berbohong kan? Ayolah Humaira, katakan sekali...saja, biar aku semangat buat ngelarin kerjaanku yang masih banyak ini"
Jodha terdiam sejenak, ia tampak menoleh ke kiri dan kanan menelisik sekitar. Tampak beberapa orang yang duduk di meja kerjanya lekas memalingkan muka saat Jodha memergoki mereka tengah mencuri dengar perbincangannya dengan Jalal di telepon.
"Humaira...ayo dong, katakan sekali...saja!"
"Ja..Jalal, aku malu di sini banyak orang" bisik Jodha mencoba memelankan volume suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR ✅
RomanceWarning 21++ (sebagian cerita diprivate secara acak, kalian tahu bagaimana caranya jika mau baca) seorang pecandu obat-obatan terlarang yang melakukan proses rehabilitasi di sebuah pesantren ternama, bertemu seorang gadis yang tak lain adalah putri...