Drrrttt...drrrtttt.... Kembali ponsel Jalal bergetar hingga berhasil menyadarkan mereka.
"Ya ampun EL, sebenarnya kau ini lagi merapikan penampilan apa mengacak-acak penampilan? Udah lebih lima menit nih...buruan!"
"I...iya om, EL kesana sekarang"
Segera Jalal bangkit dengan nafasnya yang tersengal akibat gairah yang mengubun-ubunya tak tersampaikan. Sesaat ia menoleh ke arah Jodha yang kini tengah merapikan penampilannya, ia tampak menyunggingkan senyum seraya meraih kepala Jodha untuk membantunya merapikan rambutnya yang berantakan.
Seperti biasa, Jodha menunduk tersipu dengan muka memerah, dan seulas senyum samar-samar tersungging di sudut bibirnya berusaha keras ia sembunyikan.
"Lihat sayang, gara-gara kamu penampilanku jadi berantakan" goda Jalal tanpa sedikitpun mengalihkan tatapan lekatnya pada Jodha.
Jodha membelalakan mata, ia lekas mendekat dan merapikan pakaian Jalal yang berubah kusut dan rambut yang sama berantakan, namun tiba-tiba Jalal menggenggam tangannya untuk menghentikannya kemudian lekas memeluknya.
"Ja..Jalal, om Leo sudah menunggumu!"
"Sebentar saja sayang, karena setelah ini abang harus berpuasa selama lima hari untuk tidak melihat dan memelukmu" ujar Jalal seraya lebih mengeratkan pelukannya.
Sementara Jodha, hasratnya untuk membalas pelukan Jalal sudah sangat ingin ia lakukan, namun sekuat tenaga ia tahan. Selain belum memiliki keberanian untuk itu, iapun tahu betul kalau Jalal tidak akan mungkin segera melepas pelukannya seandainya ia membalasnya.
"Ya sudah, abang berangkat dulu ya sayang... Hati-hati di rumah! Aku akan secepatnya ngasih kabar kalau aku sudah tiba disana" ujar Jalal seraya melepas pelukannya perlahan dan membelai-belai lembut kepala Jodha.
Kembali Jodha mencium punggung tangan Jalal untuk kedua kalinya yang lekas dibalas kecupan penuh cinta di keningnya oleh Jalal.
Setelah yakin dengan penampilannya yang sudah nampak kembali rapi, Jalalpun melangkah berat meninggalkan Jodha yang melepasnya di depan pintu. Jodhapun segera kembali ke kamarnya setelah mobil yang membawa suami tercintanya itu pergi menjauh hingga tak nampak lagi di penglihatannya.
=====
Jarum jam menunjukan pukul 20.05 malam.
Tok..tok...tok.. Tiba-tiba pintu kamar Jodha terdengar diketuk seseorang dari luar, sang empunya kamarpun lekas menghentikan sejenak aktivitas tilawahnya untuk membukakan pintu.
"Neng...ada telepon dari den Jalal"
Sontak Jodha membelalakan mata dengan dada yang seketika berdegup kencang saat bi Ijah memberitahukannya.
"Baik bi, terima kasih" sahut Jodha seraya bergegas ke ruang tengah untuk menerima telepon dari suaminya yang sedari siang sangat ditunggunya.
"Assalamu'alaikum" sapa Jodha dengan suara sedikit bergetar gugup akibat menahan rasa bahagianya yang teramat.
"Wa'alaikum salam. Humaira... Alhamdulillah, aku sudah tiba dengan selamat. Makasih banyak buat doanya sayang..."
"Alhamdulillah..." sahut Jodha yang kini bisa sedikit bernafas lega.
"A..abang sudah makan?"
"Belum sayang, abang baru saja check in. Abang mau ke air dulu, belum shalat Isya, habis itu baru deh makan"
"Ya sudah, Isya dulu gih!"
"Bentar dong sayang, abang mau dengar dulu suara bidadari abang buat ngobatin kerinduan"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR ✅
RomanceWarning 21++ (sebagian cerita diprivate secara acak, kalian tahu bagaimana caranya jika mau baca) seorang pecandu obat-obatan terlarang yang melakukan proses rehabilitasi di sebuah pesantren ternama, bertemu seorang gadis yang tak lain adalah putri...