Prolog

68 7 3
                                    

       Aku Aliya Rahmat. Panggil saja Lala. Entah mengapa aku merasa nama panggilanku benar-benar tidak bersangkutpautan dengan nama lengkapku. Tapi tidak mengapa, aku suka. Karna ayahku yang memberikanku. Aku anak tunggal, tidak memiliki kakak juga adik. Tapi aku memiliki dia. Iya, dia. Bukan seorang sahabat, bukan pula seorang teman. Tapi dia adalah seseorang yang spesial yang aku memiliki rasa padanya. Ceritanya panjang ketika aku mulai mengenalnya sampai memiliki rasa yang amat dalam. Melalui banyak fase. Haha..
     
       Namanya Aditya Umar. Panggil
saja Adit. Untuk kebanyakan dari
temanku memanggilnya Kak Adit. Tapi khusus untukku, biasa aku memanggilnya 'Sayang',hehe.. Itu adalah panggilan spesial, tapi hanya digunakan sesekali. Iya, karna aku suka malu. Aku memang pemalu, tapi hanya terlihat. Didepan orang yang tidak ku kenal aku pendiam dan pemalu. Didepan temanku, aku asik. Didepan sahabatku, aku adalah orang gila, hahaha.. Dan didepan dia, aku sangatlah pemalu. Menatapnya pun, kadang harus penuh dengan wajah yang amat merah. Memanggilnya pun, getaran terlalu tinggi frekuensinya. Tapi itu tidak berlangsung lama, sampai rasa itu semakin lama semakin dalam. Semakin lama semakin nyaman. Dan, semakin lama semakin penuh keterus-terangan. Kami memiliki banyak kesamaan. Dan mungkin katanya, karna itulah kami dapat saling mencintai satu sama lain. Mulai dari warna kesukaan,makanan,minuman,film,sampai kesukaan Ibu masing-masing pun sama. Aku juga heran mengapa begitu. Padahal perkenalan kami adalah suatu hal yang benar-benar kebetulan.

****

     Tapi, ada satu hal yang paling menonjol saling bertolak belakang dari kami. Hal kesukaan. Yaitu, aku suka hujan dan dia tidak. Hujan adalah sahabatku, tempatku bermain. Entah itu bermain luar ruangan maupun bermain dalam fikiran. Hujan adalah guruku, mengajarkanku banyak hal saat melihatnya. Membuatku mengerti bagaimana rasanya jatuh berkali-kali. Membuatku tau bahwa jatuh berkali-kali adalah sebuah kekuatan. Membuatku mengerti bahwa setelah jatuh pasti ada kebahagiaan yang menunggu. Dan, itu pasti. Itu telah benar-benar menjadi hal yang paling pasti. Banyak hal yang kusuka dari hujan, dan yang beberapanya adalah yang barusan kusebutkan. Jika kamu suka hujan? Mungkin alasan kita akan berbeda. Andai dia suka hujan, pastilah kita telah menikmati setiap datangnya hujan. Menikmati rindu yang selalu membuncah ketika hujan. Tapi tidak. Dia tidak suka hujan. Dia tidak suka disiksa dengan besarnya rindu. Ingin rasanya dia segera menghilangkan rindu itu dengan temu. Dia benar-benar tidak tau bagaimana cara menikmatinya. Itulah kisah ku dengannya, yang akan segera kuceritakan. Kisahku tentang hujan dan rindu. Kisah tentang bagaimana rindu itu timbul sampai usai.

*
*
*
*

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang