Terngiang

22 4 0
                                        

Lepas shalat Isya, aku duduk didekat jendela kamarku yang lebarnya 40×65 cm. Jika kepala disandarkan kekaca jendela, kita bisa melihat taburan ribuan bintang dilangit yang luas. Serasa menjadi pembantu ketika aku ingin mulai menulis. Iya, saat menulis puisi puisi atau cerita fiksi lainnya. Itu adalah hobby ku, dan tak ada yang dapat menghalaunya.

Aku duduk ditemani oleh segelas teh hangat, cemilan-cemilan, sebuah buku catatan yang sudah setengah terisi, dan sebuah pulpen tinta hijau. Mungkin sudah bisa ditebak, apa yang akan kulakukan. Ya, aku akan menulis. Entah itu puisi atau cerita fiksi. Entah itu tentang cinta atau benci. Itu terserah aku. Aku yang menulis beratus cerita dan masih aku sendiri yang akan membacanya. Iya, aku lebih suka menyimpan sendiri karya-karyaku daripada harus aku perlihatkan. Karna sebagian besar dari kalimat puitis ku adalah cerita cinta dari sahabatku, dan cerita cinta dari masa lalu ku yang kelam dan seperti tidak akan kuceritakan.

Hening. Lengang. Pena masih diam diatas kertas putih kosong yang bersiap akan kutulisi.
Kemudian, selang beberapa menit kelengangan, aku menuliskan semua yang terngiang dari tadi dipikiranku. Kutumpahkan semua dalam buku catatanku. Iya, semua tentang dia, Kakak Aditku.

"Kita kenal sudah hampir 1 bulan ya? Atau mungkin tepatnya sudah 1 bulan? Haha, terserah saja..
Kamu menyenangkan. Aku suka kamu. Kamu adalah kakak yang baik. Kakak yang perhatian. Kakak, bolehkah aku bercerita? Akhir-akhir ini, sahabat-sahabatku selalu melemparkan dugaan-dugaan konyolnya tentang kita berdua. Iya, tentang hubungan kita. Hubungan yang kosong menurut mereka, tapi menurutku ini adalah hubungan penuh. Hubungan kakak adik. Apa lagi yang kurang dari itu? Bagaimana? Apakah kakak berfikiran yang sama? Atau bahkan kakak berfikiran sama dengan sahabatku? Kakak, aku berusaha tidak percaya dengan semua dugaan konyol mereka. Dugaan bahwa kakak sedang melakukan pendekatan denganku. Iya, aku memang tidak percaya. Tapi banyak kalimat mereka yang menguatkan dugaan mereka, sehingga dugaan mereka menjadi terngiang dikepalaku. "

Kutulis kalimat itu seakan aku sedang bercerita didepan Kak Adit. Mengadukan semua tentang argumen sahabatku.

Aku berhenti menulis sejenak, berfikir apa yang akan aku tuliskan. Kutatap langit seakan mencari kalimat, lantas melanjutkan curahan hatiku tentang dia dalam buku catatanku.

"Apakah ini benar? Apakah semua dugaan sahabatku benar? Tapi ah, mana mungkin seorang Kak Adit ingin denganku? Mungkin saja dia hanya melontarkan perhatian atau candaan kepada adiknya kan? Tapi ini tidak dilakukan sekali, dua kali lagi. Tapi banyak. Haruskah aku memercayainya? Tapi jika itu hanya sebuah candaan? Pastilah hatiku akan hancur saat jatuh ketanah. Aku belum siap itu terjadi. Biarlah kujalani kedekatan ini, mungkin saat lama bersama, jawaban akan terlihat. Jujur, aku senang menjadi adiknya. Biarlah rasa ku ini tetap menjadi rasa kagum untuk seorang kakak. Sebab, aku takut jatuh cinta dengannya."

Kuberi titik terakhir pada karanganku, atau lebih tepatnya curahan hati. Lantas kulanjutkan dengan rocetan penanda bahwa karangan telah selesai dan siap untuk ku baca secara berulang jika ada waktu.

Kuteguk teh hangatku yang mulai mendingin. Ku baca tulisanku yang baru saja selesai kubuat. Seketika itu, 'dingdong' suara dering tanda masuk pesan dari ponselku berbunyi. Lantas kubuka dengan pelan dan sedikit perasaan yang sebenarnya tidak peduli akan pesan itu. Namun kubuka, karna kukira akan ada hal yang penting.

Ternyata,itu hanya pesan dari Kak Adit. Ucapan selamat malam dari Kak Adit. Aku segera saja membalasnya. Siapa tahu saja, ada hal seru lagi yang akan Kak Adit ceritakan padaku. Karna jujur, aku juga senang chatingan dengan dia.

Chatingan berlanjut seperti biasanya. Menyenangkan. Membalas pesannya seperti terasa senang sekali. Tapi kurasa, bukan karena rasa cinta. Tapi melainkan rasa senang dengan seorang kakak. Itu jelas sekali.

Saat waktu tidur tiba, seperti biasanya ucapan selamat tidur pun selalu ia ucapkan, 'selamat tidur adikku, nice dreamm :))' aku senang melihatnya, aku tersenyum kecil lalu menutup mataku untuk kemudian tertidur.

*

*

*

*

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang