Waktu Sma kelas XI, aku menjabat sebagai ketua Osis. Kenapa harus aku? Kenapa bukan laki-laki? Entahlah, mungkin karena memang aku yang ditakdirkan.
Untuk menjadi ketua Osis, itu bukan inginku. Aku tidak berniat untuk mencalonkan diri sama sekali. Aku dicalonkan oleh kakak kelas. Tidak enakkan rasanya jika aku harus menolak, pastilah akan menyakiti hati kakak kelas dan kemudian mereka pun membenciku. Aku tidak mau itu terjadi, alhasil aku menerima tawarannya.Dengan tidak memiliki niat sama sekali, entah mengapa, aku berhasil menjadi ketua Osis periode tahun itu. Aku menerimanya. Kemudian menjalankan tugasku sebagai ketua Osis. Aku tetap hanya mengikuti alur, sampai pada akhirnya aku telah mencintai jabatanku.
Banyak program-program yang aku dan para anggota Osis lainnya bentuk tengah berjalan. Semuanya lancar. Alhamdulillah..
Kami belum mengalami kendala sedikit pun. Kadang, di media sosial aku mempublikasikan kegiatan-kegiatan kami. Banyak yang mengapresiasi, dan salah satunya adalah Kak Adit. Dia menanyakan segala sesuatu tentang kegiatan yang bersangkutan, lantas memberiku selamat sesekali atas sebuah keberhasilan.Saat itu, aku belum mengenalnya. Tapi aku tahu, dia adalah mantan ketua Osis periode 3 tahun sebelumku. Dia juga salah satu murid andalan disekolahku, murid yang banyak disenangi guru, pokoknya berprestasi.
Awalnya, chatingan kami hanya berisi tentang bagaimana, apa, dan dimana kegiatan-kegiatan Osis itu berjalan. Aku menjawab sefaktanya. Tanpa mengada-ada dan tanpa nengharap pujian-pujian. Itu bukanlah modus dari Kak Adit, itu benar-benar fakta jikalau dia ingin mengetahui kinerja Osis junior yang lebih muda 3 tahun darinya.
Kemudian, Kak Adit mulai memberi semangat-semangat. Yahh, aku merasa senang diberi semangat oleh kakak Senior yang merupakan salah satu murid andalan dulunya.
Mulai dari semangat untuk bekerja dan menjalar menjadi perhatian. Aku tidak tahu apa difikiran Kak Adit saat itu, yang aku tahu, difikiranku adalah, dia benar-benar senior yang perhatian dan baik.Tanpa disadari, kami telah rutin chatingan selama seminggu terakhir setelah dia menanyakan soal kegiatan di Osis saat ini. Percakapan kami mulai akrab. Mulai muncul perhatian yang lebih dari Kak Adit untukku. Wajar saja, karna dia adalah kakakku. Dia mulai menanyakan banyak hal tentangku, dan aku juga menanyakan hal yang sama. Mulai dari semua kesukaan-kesukaanku. Kataku, 'Aku suka game dan anime. Aku benci drama korea, cerita romantisnya terlalu berlebihan' Kak Adit paling suka pada bagian itu. Katanya, dia baru menemukan perempuan sepertiku, haha. Kak Adit orangnya asik. Dia lucu. Dan nyambung ketika diajak berbincang.
Perbincangan kami setiap harinya semakin banyak. Sampai.. Kak Adit melontarkan pertanyaan yang akan jarang-jarang dikemukakan oleh orang yang seperti dia. Iya. Orang yang terlihat begitu cuek dengan wanita. Tidak begitu peduli dengan hal seperti itu dari wanita. Walau sering dia memuji wanita yang lain. Tapi pujiannya tidak lain hanyalah karena hasil kerja seseorang.
*
*
*
*
"Eh, goblok. Sini dah gua punya cerita" kataku kepada sahabat-sahabatku yang sedang sibuk dengan apa yang masing-masing mereka lakukan.
Jika bersama sahabatku, kalimat-kalimat yang keluar memang kadang terdengar kasar, hal itu menunjukkan bahwa kami telah begitu dekat. Sudah bak saudara. Jika ada yang tanya sedekat apa aku dengan mereka? Aku akan menjawab dengan memberi pengibaratan, 'Sedekat tali senar dan gitarnya. Selengkap gitar dengan tali senarnya. Kami berbeda seperti air dan minyak, tapi jika disatukan kedalam makanan, tidak ada yang dapat mengalahkan rasanya. Haha.. ' Itulah kami. Bisa saja diibaratkan sebagai kencing dicelana, kamu memang bisa melihatnya, tapi hanya aku yang bisa merasakan kehangatannya. Tentang aku dan sahabatku, biarlah itu menjadi hal yang paling menyenangkan untukku sampai tak ada kalimat puitis yang panjang untuk mewakilinya.Hari itu hari sabtu. Jadwal kami berkumpul dirumahku. Banyak yang kami lakukan, dan salah satunya adalah aku bercerita tentang Kak Adit.
"Appaan?" jawab Zalfa dengan tatapan sinis yang seketika itu ingin rasanya kukutuk dia.
Yang lainnya hanya mengikuti dengan tatapan bodohnya.
"Tentang kak Adit" kataku.
Seketika mereka semua menyambar kearahku, dengan menunjukkan tatapan sok seriusnya.
"Kak Adit yang suka nge-chat elu akhir-akhir inii? - Zalfa
"Kak Adit mantan ketos? Yang paling ehhh gitu kan waktu Sma? " -Isna"Lah? Dia napa? Udah nembak?" -Nana
"Nah kok malah nembak sih sayangg?" -Aku
"Kan gua kira elu udah deket?" -Nana
"Emang kalo udah deket, harus cinta yah?" -Aku
"Yahh, kagak sih. Tapi kalo gitu apaan? Gak usah lama-lamaan dehh, gua kesel gua usir lo dari rumah gua!! " -Nana
"Emang ni rumah lu?" kataku sambil natap sinis si Nana.
"Hehe, yaudah deh. Paan si?" -Nana
"Kak Adit nanyain, 'gua udah punya pacar kagak?' " -Aku
"Jadi lu bilang apa?" -Maya
"Yahh kagak lah. Emang gua punya? Gimana sihh." -Aku
"Hemmm, menurut penerawangan gua, dia udah ada srek srek gitu" -Isna
"Srek apaan si?" -Aku
"Lalaaaa, bisa gak sih elu jadi peka dikit napa. Kesel gua -_- " -Isna
"Lala cepet peka? Hehh, elu kayak nungguin bus di stasiun." -Layla
"Lala mah taunya cuma P.E.K.K.A, ya kan Laa?" -Nana
"Nah tu Nana ngerti,jadi sayang. Jadi pengen nendang 😘" -Aku
"Maksud gua tuh La ya, peka aja gitu dikit, lu gak ngerasa gak sih kalo dia udah ngasih perhatian, ngatain elu andalan, lu gak ngerasa ada sesuatu yang srek gitu?" -Isna
"Ya kagak lah, orang cuma perhatian ples muji muji doang, kan itu biasa terjadi" -Aku
"Yaudah deh serah luuuu -_- dasar manusia kagak peka. Kesel gua." -Isna
"Jalanin aja dulu La, kita liat sampe lu peka :) " -Layla
"Yayaaaaa" -Aku
*
*
*
*

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Teen FictionSetelah mereka bertemu dan saling menyimpan rasa, ada dua cara melampiaskan rasa rindu. Cara yang masing-masing berbeda dari mereka berdua. Cara khas yang dapat membiarkan rindu itu bebas ke angkasa. Yakni, menyimpan rindu itu dalam diam, menuliskan...