Tinggal 1 hari jelang ulang tahunku. Tapi Kak Adit masih menghilang. Kak Adit masih tidak pernah mengucapkan selamat malam lagi. Kemana dia? Apakah benar yang dikatakan sahabatku? Bahwa dia telah bosan? Ahh! semoga saja tidak. Mungkin dia sibuk.
Malam-malam ku tidak lagi diucapkan selamat tidur oleh Kak Adit. Ganjil terasa. Orang yang pernah begitu dekat, tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak. Kini, aku telah memasuki fase yang paling banyak dibenci wanita. Iya, fase dimana seseorang yang begitu dekat tiba-tiba hilang entah kemana. Tapi tak apa, lagian kak Adit bukan siapa-siapa didalam hidupku, bukan orang yang kelewat spesial, dan akupun bukan orang yang kelewat spesial mungkin dimatanya. Hubungan kami tidak lebih dari seorang kakak adik.
Namun apakah tidak boleh untuk merindukan seorang kakak? Jika boleh, mengapa banyak yang menyebutnya sebagai rasa jatuh cinta. Apakah jatuh cinta terdengar semudah itu? Ahh, entahlah. Aku tidak peduli.
Malam ini tidak usah lagi mencari dia. Toh, juga tidak penting. Wajar saja kan situasi ini? Apa yang perlu dicemaskan? Dia juga bukan siapa-siapa. Namun mengapa aku begitu bimbang. Bingung. Mengapa aku rasanya memaksa untuk memikirkan hal ini? Ahh, kenapa Lala seperti ini? Kenapa Lala yang tidak pedulian, malah memaksa kalimat tidak pedulinya untuk keluar? Kenapa?
Jam 21.00 dirumahku
"DORRRR,Nah lagi mikirin siapa lu? Nanti kesambet, kan elu aja sih yang repot" teriak Layla sambil menepuk pundakku. Temanku yang lain ikut tertawa. Menertawakan ekspresi kagetku. "Kaget gua goblok!" kataku dengan nada kesal disertai dengan tatapan yang kesal pula. Teman-temanku hanya tertawa lantas duduk disampingku.
"Lah, lagian elu ngapain duduk sendirian disini? Lagi pen berak?" -Layla
"Elu yang ngapain tengah malam pada kesini. Kabur dari rumah lu yak?" -Aku
"Sa ae lu njir" -Nana
"Habis, tumbenan lu pada datang kerumah pas jam segini. Gak dimarain emak?" -Aku
"Gua aja bingung, napa bisa dibiarin malem malem kerumah elu" -Isna
"Ahh, bodo amatlah. Yang penting kalean datang. Walo g diundang si yak. Pen ngapain si?" -Aku
"Pen makanlah!" -Nana
"Maap, gua lagi g masak" -Aku
"Maap, kita mo masak sendri aja" -Maya
"Hehhh? Maap g ada bahan" -Aku
"Maap, kami udah bawa" -Maya
"Iyadeh serah. Tumben, g nyusahin" -Aku
"Hehe iya dong" -Layla
"Elu kan ulang tahun besok, sekali kali lah kita yang traktir" -Zalfa
"Gua terharu :') tumben lu pada jadi romantis" -Aku
"Ehh, btw lu ngapain ngelamun tadi? Ato jangan-jangannnn? hahh" -Zalfa
"JANGAN-JANGAN ELU LAGI MIKIRIN KAK ADITTT?" -Layla
"Ihh apasi. Diam bangsad. Emak gua denger nanti!" -Aku
"Benerkannnn?" -Layla
"Iyadeh iya, bener" -Aku
"Cerita dung" -Maya
"Dia gak inget ulang tahun gua yak?" -Aku
"Mungkin sedikit lupa. Atau dia ada sepres? Semoga aja ye kan" -Maya
"Tapi kan g mungkin" -Aku
"Yaudah deh serah elu, g usah dipikirin. Kuy makanlah, laper gua" -Maya
"Iyadeh, laper juga gua mikirin yg g pasti" -Aku
Kenapa aku memikirkan hal itu sampai termenung amat lama? Andai tidak ada sahabatku,mungkin aku masih memikirkannya. Tapi kenapa? Apa-apaan renungan ini? Apa-apaan pertanyaan dalam hati ini? Kenapa aku sedikit peduli? Kenapa? Apakah dia terlampau penting di hidupku? Ahh, sudahlah. Gumam ku sesaat sebelum melangkah kearah dapur.
Malam ini, malam indah yang kuhabiskan bersama sahabatku. Malam penuh tawa hingga larut malam secara lengkap sekali lagi. Aku suka saat ini. Saat dimana kita ber-6 bersama tertawa hingga larut malam. Cerita banyak hal, mulai dari genre comedy, romantis hingga horror. Jarang sekali kita bisa lengkap saat tengah malam. Iya, karena masing-masing dari orang tua kami selalu saja melarang. Namun, berbeda dengan hari ini. Hari ini mereka si anak anti malam-malam club dapat keajaiban dari ayah bunda nya. Senang sekali rasanya. Walau kak Adit tidak ada, selalu ada mereka yang menemani.
Menemani sepi kelam ku. Menemani susah sulit ku. Menemani bahagia indahku. Semua ada mereka. Mereka sudah menjadi inti dari kisah hidupku.
Malam ini, korban kejahilan kami adalah Nana. Iya, dia nekad sekali untuk tidur lebih awal. Padahal, dia sudah tau konsekuensinya. Yaitu dengan dijaili habis-habisan. Haha. Karena hal menyenangkan sekaligus kejam ini, aku bisa lupa kak Adit yang menghilang. Dan bisa saja, besok atau lusa. Aku sudah benar-benar tidak peduli lagi. Tidak peduli ucapan ulang tahunnya. Tidak peduli bahwa kami pernah dekat. Sama sekali tidak peduli.
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Teen FictionSetelah mereka bertemu dan saling menyimpan rasa, ada dua cara melampiaskan rasa rindu. Cara yang masing-masing berbeda dari mereka berdua. Cara khas yang dapat membiarkan rindu itu bebas ke angkasa. Yakni, menyimpan rindu itu dalam diam, menuliskan...