Dentum ponselku terdengar samar ditengah kasur berseprai biru tua milikku. Itu pertanda bahwa ada seseorang yang telah mengirimkan pesan untukku. Ku raih ponsel ku yang nyaris terjepit di antara punggung Nana dan Maya. Iya, mereka kembali terlelap lepas shalat shubuh tadi. Lepas shalat shubuh, tidak ada yang bangun untuk segera berolahraga. Mungkin mereka lelah habis begadang tadi malam, hehe.
Kubaca satu persatu ucapan ulang tahun yang dikirimkan teman-teman sekolah kepadaku. Bukan cuma teman sekolah, tapi juga teman di luar sekolah yang ku kenal. Sudah kuduga, Kak Adit tidak memberi ucapan padaku. Tapi apa peduliku? Tidak apa-apa menurutku. Senyumku melebar membaca ucapan unik teman-temanku. Cara pengucapannya beragam. Mulai dari yang singkat sampai panjang. Mulai dari yang penuh do'a sampai yang diselingi kalimat humor,hehe. Dan yang paling menjengkelkan saat ulang tahun adalah, saat teman memosting foto aib atau masa lampau kita. Hemmm, membuat malu saja menurutku saat moment ulang tahun ini. Tapi tak apalah. Terima saja.
Jam 08.15
"La, sebentar lepas ashar kita ke cafe yuk" ajak Layla sebelum keluar dari pintu gerbang rumahku. Dan yang lain ikut memberi tanggapan dengan senyuman. Aku menimbang-nimbang sementara. Menunjukkan ekspresi berfikirku. Sahabat-sahabat gila ku pun ini mendesak memaksaku untuk pergi. Yahh, sejujurnya aku teramat malas untuk pergi ke cafe-cafe. Mendingan dirumah bikin kue sendiri. Tapi tak apalah, sekali-kali di hari ulang tahunku ini. Aku pun mengangguk tanda menyetujui ajakan sahabatku.
Mereka gembira bukan main, saking gembiranya, respon mereka kepadaku bermacam-macam. Maya malah mencium pipiku, Layla mencubit pipiku, dan Zalfa menampar wajahku. Rasanya sakit bukan main. Aku kesal, tapi sudah terbiasa dengan hal ini. Entah mengapa, mereka teramat senang. Padahal aku sama sekali tidak berniat untuk meneraktirnya di cafe nanti.
Seusai meluapkan kegembiraannya kepadaku, mereka kemudian beranjak pulang kerumah masing-masing. Katanya, sudah dicari sama Bunda.
****
Pukul 11.30 di rumahku
Tidak ada hal lain yang kulakukan selain duduk bersantai membaca novel baru tentang persahabatan yang dihadiahkan oleh mama tadi pagi, sambil meminum jus avocado buatan sendiri didekat jendela kamar tempatku biasa menulis ribuan sajak. Suasana damai menerpa diriku. Dengan angin setengah pagi setengah siang masuk menerpa ku lewat jendela kamar yang sengaja kubuka.
Umurku hari ini telah mencapai 17 tahun. Saatnya bersikap lebih dewasa lagi, lebih bijak lagi, dan tatapan terhadap masa depan tidak boleh samar lagi. Entah hal apa lagi yang akan menerpa hidupku diusia ke-17 ini. Semoga saja, Allah menunjukkan jalan terbaiknya untukku diusia ini.
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu
Fiksi RemajaSetelah mereka bertemu dan saling menyimpan rasa, ada dua cara melampiaskan rasa rindu. Cara yang masing-masing berbeda dari mereka berdua. Cara khas yang dapat membiarkan rindu itu bebas ke angkasa. Yakni, menyimpan rindu itu dalam diam, menuliskan...