Ada apa denganku

66 4 0
                                    

"Butuh tumpangan lagi?"

Dila menolehkan kepalanya yang sedari tadi tak henti-henti melihat ke kiri dan kanan merasa panik dan cemas tak karuan.

"Hah ... a ... a ... aku?, kamu siapa?, eh kamu yang tadi pagi 'kan?" ucapnya menjawab terbata-bata.

"Iya, aku yang tadi pagi?" Pria itu menjawab pertanyaan Dila yang beruntun dengan suara baritonnya.

Sekarang Dila dalam kebingungan, berdiri tanpa menoleh ke arah pria itu, sementara pria itu tak memalingkan pandangannya dari objek yang berada di samping kirinya, ya objek di samping kirinya adalah Dila.

"Sepeda motor Lo udah di rumah lo, tadi temen gua yang nganter", ucap pria itu.

"Hah ... kok bisa sih? jadi sepeda motor aku udah di rumah?" tanya Dila panik.

"Iya ... ikut gak?" Pria itu menawarkan tumoangan untuk ke-2 kalinya pada gadis yang tengah salah tingkah di depannya.

Dalam hati Dila merasa tak enak bila berboncengan lagi dengan pria itu, bukan karena apa, ya ... bisa di bilang Dila sangat anti dengan kaum adam, seingat Dila ia tak pernah berdua dengan pria yang bukan mahromnya, Dila takut ada yang ketiga diantara mereka.

Dila dia memang tak banyak tau tentang ilmu agama, tapi bila dia tahu sesuatu yang menurut agama itu salah, maka dengan semampunya akan dia hindari.

Lima menit pria itu menunggu, iapun meninggalkan Dila yang tak menjawab pertanyaan nya.

Melihat pria itu pergi ada penyesalan di hati Dila, ia merasa sekolah sudah sepi dan dia hanya seorang diri berdiri di depan halte.

"Ya Allah, kenapa aku gak ikut aja, hamba hanya berusaha menjaga diri ya Allah, aduh giman ini?" batin Dila.

Tak lama pergi begitu saja pria itu kembali  menghampiri Dila.

"Ayo buruan!" ucap pria itu tanpa melihat siapa yang tengah ia ajak.

"Hah ... a ... a ... iya iya." Dila akhirnya naik kesepeda motor pria itu, tentunya dengan berat hati sebab tak ada lagi pilihan.
Dila meletakkan tasnya di antara dia dan pria itu. Sebagai jarak agar tak terlalu dekat.

Dalam perjalanan yang cukup lama. Dua anak adam itu hanya diam tak bernada, tak ada yang berani memainkan percakapan. Sampai akhirnya Dilapun memberanikan diri bertanya.

"Kamu tau rumah aku di mana?"
Pria itu hanya berdehema "Hmmm."

Tak mau bertanya panjang lebar lagi Dila memilih diam dan tak lama merekapun tiba. Entah pengetahuan dari mana pria itu bisa tahu kediaman Dila.

"Makasih, ya," ucap Dila pada pria itu.

Pria itu lagi lagi tak menjawab, akhirnya Dila memutuskan untuk pergi menuju  rumahnya, tetapi pria itu mengikuti Dila dari belakang.

"Loh kok kamu ngikutin aku?" tanyanya bingung.

"Udah lo masuk aja," jawabnya singkat.

Mendengar suara dari luar rumah, umi Dila yang sedari tadi khawatirpun keluar
Dan membuka pintu.

"Hei anak umi udah pulang?" sapa umi.

Dila menoleh ke depan dan segera mencium tangan uminya.

"Assalamu'alaikum, Umi."

Wa'alaikumussalam, kok lama sayang?" tanya Umi sembari mengusap kepala Dila yang tertutup jilbab putih panjang yang bisa dipakai ke sekolah.

"Iya, Tan, tadi kita ada rapat kelas, jadi karena kesorean, saya yang nganter Dila," jawab pria itu seolah sudah lama mengenal Umi Dila.

Perhiasan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang