Epilog

23.2K 1.7K 361
                                    


"Gubraaaakkkkk....!!!!"
Suara jatuh yang begitu keras  terdengar hingga ke dapur membuat Rery berlari ke kamar sesegera mungkin.
Dia melihat Lathan terkapar di lantai dan berusaha untuk berdiri.
Pria itu menatap ke arah Rery yang berjalan sambil mendekatinya.

"Aduh...! Ini sakit..."
Pekik Lathan yang di bantu Rery untuk berdiri.

Suara cekikian menandakan jika anak kecil yang berdiri di tengah tempat tidur sembari melompat-lompat itu tampak begitu bahagia karena bisa  menjatuhkan Lathan dari atas tempat tidurnya.

"Apa kau baik-baik saja...?"
Tanya Rery yang hampir saja tertawa begitu Lathan berdiri di depannya dengan wajah penuh coretan spidol hitam.

"Apa aku terlihat baik-baik saja...?"
Desah Lathan yang menghela nafas lemah.

"Well, sepertinya kau harus cuci muka"
Rery menoleh ke arah anak kecil yang sedang melompat tanpa henti di atas tempat tidur, pemuda itu meraih anak itu dan memeluknya.
"Ayo ikut paman"
Ujar Rery sembari mengangkat anak itu dan menggendongnya keluar dari kamar.

Lathan mendesah, pria itu meregangkan otot tubuhnya karena dirinya baru saja bangun tidur dengan cara paling ekstrim.
Yaitu di tendang jatuh oleh putra Aland yang diberi nama Nathan Robinson.
Anak laki-laki berusia 5 tahun itu punya tenaga yang tidak main-main besarnya, mengingat dia itu keturunannya Casey, dan darah pemimpun distrik 16 bagian timur mengalir deras di tubuhnya.

Lathan berjalan menuju ke kamar mandi, dia melepas t-shirt putih polos yang di kenakannya.
Begitu pria itu menatap ke arah cermin wajah Lathan langsung berubah masam.

"Kenapa dia mencoret-coret wajahku sampai seperti ini...!"
Desah Lathan yang segera mencuci mukanya dengan air mengalir, pria itu menggosok dengan cukup keras bekas spidol di wajahnya.

Sedang di sisi lain Casey tampak sedang duduk dengan tubuh lemas di sofa, pria 24 tahun itu kini punya tubuh yang semakin kekar dari sebelum dirinya hamil.

"Sayang, apa kau lihat Nathan...?"
Tanya Aland yang berjalan mendekati Casey yang duduk dengan mata terpejam.
Pria itu baru saja membuat sarapan, hal yang setiap pagi dia lakukan sebelum berangkat bekerja.
Karena itulah saat ini Aland masih memakai afron dan membawa spatula ketika berdiri di dekat Casey.

Casey masih diam, pria itu mengatur nafasnya karena pagi ini lagi-lagi dia merasakan mual.
Baru bangun tidur tapi dia sudah beberapa kali masuk ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Aland melihat tubuh Casey yang begitu kokoh dan mempesona, apa lagi dengan memakai pakaian tanpa lengan seperti saat ini.
Membuat Aland menelan ludah beberapa kali.
Dia mengingatkan dirinya sendiri kalau pagi ini dia akan ada rapat penting di kantor.
Dirinya harus mengabaikan sesuatu yang mulai bangkit di sela pahanya.

"Putramu tidak akan bermain jauh, dia pasti ada di sebelah"
Jawab Casey enteng setelah membuka mata, pemuda itu perlahan berdiri sembari menyambar botol air mineral yang ada di meja di dekatnya.

"Ayah...!!!"
Teriak suara melengking yang membuat Aland dan Casey menoleh ke arah anak kecil yang berlari dengan langkah cepat dan menerjang tubuh Aland begitu saja.

Anak itu memeluk kaki Aland sembari melirik ke arah Casey.
"Kau dari mana saja...?"

"Aku baru melalukan tugas Ayah...!"
Ucap Nathan dengan suara tegasnya penuh perasaan bangga dan percayadiri.

"Tugas apa...?"
Tanya Aland yang perlahan melepas tangan kecil yang melingkar di kakinya.
Pria itu berjongkok sambil menatap ke arah putranya dengan antusias.

"Aku dapat 5 $ setiap membangunkan Paman Lathan"
Ujar anak itu yang memperlihatkan uang lembaran 5 $ dari dalam sakunya.

Aland tersenyum sembari mengelus kepala Nathan.
"Itu bagus, akan kau pakai untuk apa uang itu...?"

Don't Touch Me (Selesai) BOOK 2 From SBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang