Di sekian kalinya aku kembali teringat tentang kamu...
Saat mata indahmu memandangku...
Saat tanganmu dengan lembut menggandeng tanganku...Oh sungguh indah kenangan itu...
Disetiap jalan yang aku lewati semua mengingatkan tentang kamu...
Dimana kuda besi mu setia menemani kisah kita...
Langit biru dan hujan yang menjadi bumbu pelengkap keromantisan...
Jalanan yang menjadi saksi saat aku dan kamu menjadi kita...
Indah... Sangat indah...
Bagaikan mimpi terindah di sepanjang tidurku...Kini...
Hujan yang dulu menjadi tambahan keromantisan diantara kita berubah menjadi badai kehancuran...
Entah apa yang harus aku lakukan kembali, apa yang harus dibicarakan kembali...
Apa lagi yang aku harapkan dari sisa badai?
Puing puing puisi cintamu?
Atau bongkahan hati yang rapuh?
Semuanya tak bisa kujadikan satu bila tanpamu...
Bolehkah aku meminta untuk mengulanginya kembali?....
Aku yakin, bahwa kau mau...
Namun...
Kau yakin, bahwa kau tak akan pernah mau...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau, Aku, dan Dia
PoesiaKetika mulut ini sudah tak sanggup untuk berbicara, hati sudah terlalu lelah menjaga, dan air mata sebagai ungkapan termudah tak mampu mengalir lega, ku mohon biarkan sebuah lukisan tinta yang menceritakannya...