Decision 28-Amarah & Kecewa

21 3 0
                                    

Adila memilih untuk mendudukkan tubuhnya di kursi lapangan seraya menatap beberapa orang yang sedang bermain basket saat bel istirahat berbunyi. Ia merasa merindukan suasana ramai di Sekolah yang berbanding terbalik dengan keadaan di rumah.

Kinan yang menyadari keberadaan Adila ada di sana lantas berniat menghampirinya.

"Nih." ucap Kinan seraya memberikan sekotak kue coklat kepada Adila.

Adila yang mendapati hal itu tersenyum senang mengambilnya. "Terima kasih, Kinan." ucap Adila seraya memeluk sekilas tubuh Kinan yang baru saja terduduk di sampingnya.

"Sama-sama." balas Kinan.

"Tara dan Mecca mana?" tanya Adila mengambil satu kue coklat dalam kotak itu lalu memasukkannya ke dalam mulut.

"Mereka lagi makan kue yang sama di dalam kelas." jawabnya.

Adila hanya menganggukkan kepalanya membalas perkataan Kinan karena sedang memakan kue coklat pemberiannya.

"Dil, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Kinan.

"Tanya soal apa?" tanya Adila balik.

Kinan menarik nafas dan menghembuskannya perlahan untuk memulai pembicaraannya.

Ia menatap intens ke arah Adila. "Apa yang membuat lo dan Natta nggak akrab lagi seperti sebelumnya?"

Adila yang sudah mendengar pertanyaan itu seketika menghentikan aktivitasnya yang sedang memakan kue coklat dan memilih untuk menutupnya kembali. Ia menatap datar ke arah depan seolah tidak berani untuk membalas tatapan Kinan.

Kinan dapat melihat dengan jelas perubahan raut wajah Adila saat ini.

"Gue nggak maksa lo buat jawab kok, Dil." beritahu Kinan. "Gue cuma nggak mau ada hal buruk yang terjadi lagi sama lo kedepannya."

Adila hanya terdiam.

"Gue merasa ada yang beda dari tatapan kalian waktu di Parkiran Sekolah." tambahnya saat mengingat kejadian tadi pagi.

Kinan dapat mendengar jelas Adila tengah menghela nafas berat. Seperti ada keraguan dalam dirinya untuk menjawab pertanyaan itu. Kinan bisa merasakannya karena sangat terlihat jelas dari sorot matanya.

"Lo ingetkan kan, gue pernah nanya sama lo, Tara, dan Mecca, apa kalian yakin kalau sebenarnya ada seseorang yang ingin benar-benar membantu kita mencari jalan keluar dari sebuah rahasia." jelas Adila mengingatkan Kinan dengan ucapannya waktu itu.

Kinan menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Ia masih ingat dengan jelas pertanyaan Adila waktu mereka berada di dalam kelas. Lebih tepatnya hari terakhir Adila masuk sekolah sebelum kejadian kecelakaan itu terjadi.

"Iya, gue masih inget." jawab Kinan untuk meyakinkan Adila.

"Kenapa?" tanyanya sedikit penasaran dengan hal yang dikaitkan Adila dengan pertanyaannya. "Apa pertanyaan lo waktu itu ada hubungannya dengan Natta?"

Adila kembali terdiam seolah ingin menyusun beberapa kalimat yang akan disampaikannya dengan Kinan.

Di sisi lain, Kinan dapat mengartikan sesuatu dari diamnya Adila saat ini.

Sepersekian detik kalinya Kinan memilih untuk bangkit dari duduknya dan akan segera melaksanakan niatnya. Adila yang menyadari hal itu lantas menatap bingung ke arahnya.

"Lo mau kemana?" tanya Adila sedikit heran dan spontan menahan tangan kanannya. Padahal sebelumnya ia tidak mengatakan apapun. Tapi mengapa respon yang ditunjukkan Kinan seolah ia mendapat berita besar yang harus segera diselesaikan.

DECISION [Segera terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang