Decision 5-Balasan Kebaikan

75 7 0
                                    

Adila baru saja keluar dari sebuah Apotik tempat ia membeli obat sebagai pereda sakit di kepalanya.

Ia kini tengah berdiri seraya memperhatikan jalanan di sekitarnya. Mengingat ia sudah memesan Taksi Online untuk segera mengantarkannya pulang ke rumah.

Angin yang bertiup kencang di sore hari ini membuat Adila menjadi sedikit takut bahwa hujan akan segera turun.

Ia hanya bisa berharap bahwa Taksi Online pesanannya segera datang menghampirinya.

"Hai," ucap seseorang dari arah belakang.

Sontak Adila terkejut saat menyadari kehadiran seorang laki-laki yang sangat ia kenali itu dan kini tengah tersenyum menggoda ke arahnya.

Tentu saja Adila langsung menghindar dari jangkauannya dan langsung berjalan pergi meninggalkan keberadaannya.

"Lo ngapain ada di sini? Kenapa lo bisa tau gue ada di sini?" tanya Adila yang mulai resah saat menyadari laki-laki itu mengikuti pergerakannya.

"Mungkin Tuhan sudah merencanakan ini sebelumnya dalam hidup kita." jawabnya dengan nada santai.

"Tinggalin gue sendiri, Aris. Gue mohon." pintanya.

Langkah Adila spontan terhenti saat Aris menahan tangannya.

"Gue kangen sama lo. Kita udah lama banget nggak ketemu dan ngobrol seperti ini."

Adila mengigit bibirnya saat merasakan ketakutan menjalar disekujur tubuhnya. Ia beberapa kali menggelengkan kepalanya karena tidak percaya bahwa Aris benar-benar kembali dalam kehidupannya.

"Jangan ganggu gue lagi, Ris. Gue mohon." pinta Adila lagi.

Aris mendekati keberadaan Adila dengan perlahan untuk menghapus jarak di antara mereka. "Kenapa sih, lo nggak pernah bisa buka sedikit hati lo buat gue, Adila Tsabina?"

"Karena sampai kapanpun gue nggak akan pernah bisa jadi apa yang lo mau." jawab Adila dengan ekspresi wajah kecewa.

Aris mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya. Ia beralih menggenggam lengan kanan Adila dan menatap tajam ke arahnya.

"Apa susahnya lo nerima gue dalam hidup lo, Dil?" tanya Aris sedikit frustasi.

"Lepasin tangan gue, Ris. Sakit!" elak Adila.

"Jawab dulu pertanyaan gue!" perintahnya.

"Lepasin tangan gue." pinta Adila yang kini tidak dapat menahan air matanya yang seketika turun membasahi wajahnya.

Ia sangat merasa takut saat ini. Apalagi saaf melihat cuaca yang semakin gelap membuat ia semakin khawatir dengan dirinya.

"Lepasin tangan Adila." ucap seorang laki-laki yang menghampiri keberadaan mereka dan menarik paksa tangan Adila dari genggamannya.

"Lo siapa?" tanya Aris terlihat bingung saat melihat seseorang yang mengambil alih tangan Adila darinya.

"Nggak penting gue itu siapa." jawabnya. "Satu hal yang harus lo ingat!" tekannya pada Aris.

Aris hanya menatapnya dengan tatapan tajam.

"Jangan pernah ganggu Adila lagi." lanjutnya lalu menarik tangan Adila untuk segera pergi dari tempat itu.

Aris yang masih berdiam diri di tempat hanya bisa menatap kepergian mereka yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Sampai ketemu lagi, Adila Tsabina."

***

"Lo baik-baik aja 'kan?" tanyanya dengan nada sedikit keras mencoba mengalahkan suara hujan yang baru saja turun.

Lantas Natta menaikkan gas sepeda motornya untuk segera mendapatkan tempat berteduh seraya menunggu hujan reda di malam hari ini.

"Iya," jawab Adila seadanya.

Tanpa berfikir lebih lama Natta menghentikan sepeda motornya di sebuah Halte. Ia mengisyaratkan kepada Adila untuk segera turun dan berteduh di sana.

"Kita tunggu hujannya sedikit reda ya, Dil?" tanya Natta meminta persetujuan dan mendudukkan tubuhnya bersamaan dengan Adila.

Adila hanya menganggukkan kepalanya. Ia kini tengah mengeringkan obatnya yang sedikit basah akibat terkena hujan selama di perjalanan.

Natta yang melihat hal itu lantas merasa khawatir dengan keadaannya.

"Lo tunggu di sini sebentar, ya. Jangan kemana-mana." pinta Natta yang langsung berjalan pergi meninggalkan keberadaannya.

Adila dapat melihat Natta dengan jelas yang sedang menghampiri gerobak Penjual sate di depan Halte itu.

"Sate dan air mineralnya dua ya, bang." ucap Natta kepada Penjual sate itu.

"Bentar ya, Mas. Saya buatin dulu."

"Iya, bang. Saya tunggu di situ." tunjuk Natta ke arah tempat yang diduduki Adila.

"Siap, Mas."

Natta kembali menghampiri keberadaan Adila yang sedang menatap datar ke arahnya dan kembali mendudukkan tubuhnya di samping Adila.

"Lo boleh kok cerita sama gue tentang apapun yang bisa membuat lo merasa lebih tenang." ucap Natta saat mengingat kejadian tadi dan berusaha memecah keheningan di antara mereka.

Adila lantas menatapnya dan tersenyum simpul ke arahnya.

"Terima kasih karena lo udah nolongin gue, Nat." ucapnya.

Natta balas tersenyum ke arahnya.

"Sama-sama, Dil. Anggap aja ini sebagai balasan karena lo udah bantuin gue sama Rian nemuin buku paket geografi di Perpustakaan."

Adila tertawa sekilas setelah mendengarnya.

"Padahal sebelumnya gue nggak ada niat minta balasan apapun dari kalian." beritahu Adila.

"Karena takdir kehidupan nggak akan ada yang tau bakal terjadi seperti apa kedepannya." jelas Natta menatap kosong ke arah jalanan yang cukup lengang itu dikarenakan hujan belum reda.

"Kita sebagai manusia boleh memutuskan suatu hal dalam hidup kita dan boleh juga mempertimbangkannya kembali." lanjutnya.

"Misi Mas, Mbak, ini pesanannya." ucap Penjual sate itu seraya memberikan dua piring sate dan air mineral kepada Natta dan Adila.

Mereka lantas mengambilnya dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Ayo, dimakan." suruh Natta. "Supaya lo bisa minum obat itu." tunjuknya ke arah kresek di samping tubuh Adila.

Adila mengangguk mengiyakan. "Terima kasih, Nat."

Natta balas tersenyum ke arahnya.

Entah mengapa saat Natta menatap wajah sendu Adila ia merasakan ada sesuatu yang sedang ia tahan di dalam dirinya sendiri.

"Hal yang gue omongin tadi itu berlaku sampai kapanpun." peringat Natta lagi kepada Adila.

Adila lantas menautkan kedua alisnya keheranan.

"Gue akan selalu siap dengerin tentang apapun dan kapanpun yang mungkin bisa membuat lo menjadi sedikit lebih tenang, Dil."

***

Terima kasih buat kalian yang sudah baca part ini. Jangan lupa untuk vote dan beri masukan kalian di kolom komentar ya!

Salam hangat dari Penulis.

DECISION [Segera terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang