Decision 9-Janji Temu

88 6 1
                                    

Langit sudah berubah warna menjadi hitam. Pertanda siang sudah berganti dengan malam. Mentari yang terik tak lagi terlihat sejak bulan dan bintang menggantikan posisinya di atas langit. Menambah keindahan alam semesta yang terbentang nyata di dunia.

Lain halnya dengan Adila yang baru saja mengganti pakaiannya untuk segera pergi melaksanakan niatnya yang ingin bertemu seseorang.

Ia memilih baju dress selutut yang berwarna soft pink itu untuk ia kenakan malam ini.

Ia beralih tempat ke arah cermin untuk sedikit memoles wajahnya. Memakai krim pelembab di wajahnya dan mengoleskan liptint berwarna pink latte di bibirnya agar tidak terlihat pucat.

Adila memandang wajahnya di hadapan cermin saat sudah selesai dengan segala sesuatunya.

"Adila Tsabina." panggilnya kepada dirinya sendiri.

Ia menghela nafas pelan sebelum kembali bersuara.

"Semoga apapun yang udah terjadi selama ini kamu ikhlas menerimanya." ucap Adila lagi. "Terlepas dari semua itu kamu harus percaya akan ada seseorang yang menyamai setiap langkahmu, membantu setiap permasalahanmu, dan menghapus rasa kekecewaanmu."

Tanpa Adila sadari cairan bening itu lolos turun dari wajahnya.

Adila menghapus perlahan air matanya.

"Kamu hanya butuh kesabaran yang lebih untuk hal itu." ucapnya lagi yang terlihat memaksakan bibirnya untuk tersenyum memandang dirinya.

"Ingat itu." tegasnya pada dirinya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB saat Adila melirik jam tangan yang berada ditangan kirinya.

Ia rasa sudah waktunya untuk segera pergi menuju tempat yang sudah Natta janjikan kepadanya.

Ada rasa takut sekaligus gugup yang Adila rasakan saat ingin bertemu seseorang yang sebelumnya Natta katakan kepadanya waktu itu. Namun, ia segera menepis jauh rasa yang mendatangkan ragu itu demi mendapatkan jawaban dari semua permasalahan dalam hidupnya yang kini menjadi rahasia dalam dirinya.

Tanpa mengundur waktu lagi Adila mengambil tas selempangnya. Ia kini melangkahkan kakinya keluar Kamarnya untuk segera pergi.

Ia sudah memesan Taksi Online untuk mengantarnya ke tempat yang sudah diberitahu oleh Natta.

"Kakek, Nenek, Adila pamit."

***

Taksi Online itu berhenti di depan sebuah Cafe minimalis yang bernuansa silver-black dengan tataan lampu hias yang mendominasinya sehingga menciptakan keindahan disetiap sudut Cafe itu.

Ia sesaat berdiri mengamati suasana Cafe yang cukup ramai pengunjung malam ini.

Adila menarik nafasnya pelan lalu kembali menghembuskannya sebelum benar-benar memasuki ruangan Cafe itu. Ada harapan yang terselip setelah ia melakukannya.

Adila membuka ponselnya untuk melihat room chat-nya bersama Natta. Laki-laki itu sudah menjelaskan semuanya di sana.

"Meja nomor tiga belas." ucapnya.

Seketika mata Adila terfokus pada wajah yang sangat familiar baginya. Adila lantas bingung saat melihatnya dan memilih untuk menghampiri keberadaannya.

"Natta." panggil Adila yang kini sudah berdiri di hadapannya.

DECISION [Segera terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang