Cake Berbentuk Hati

2.8K 103 0
                                    

Air mata Anisa jatuh bersama tetesan-tetesan air hujan yang membasahi tubuh mereka berdua. Anisa sangat menikmati momen itu. Ia berharap agar suaminya segera menyudahi musim dingin yang tercipta di antara mereka berdua. Lalu menggantikannya dengan musim semi di mana bunga-bunga cinta bersemi indah.

Reza melepas pelukannya kemudian memegang kedua lengan Anisa. Tangannya menyibakkan poni yang menutupi pengelihatan istrinya. Mereka saling bertatapan.

"Jadi sebenarnya apa yang hilang ?"

"Aku telah menemukannya. Ia ada di hadapanku."

"Jadi..."

Anisa mengangguk sambil tersenyum. Tangannya menunjuk tepat diletakkannya di atas dada suaminya. Reza baru sadar ternyata dirinyalah sesuatu yang hilang itu.

"Nakal kamu, ya ?" ucap Reza sambil menekan hidung Anisa.

Reza tersenyum, lantas menggendong tubuh Anisa yang basah kuyup dan membawanya ke kamar.

***

Hari Minggu, Reza dan Anisa ingin menghabiskan waktu bersama. Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah mall. Sekaligus Anisa ingin mampir ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan rumah tangga.

Anisa berkeliling sambil memasukkan satu persatu barang ke dalam troli. Beberapa produk sedang ada potongan harga. Reza juga memasukkan beberapa makanan ringan kesukaannya.

"Mas, ssshhh... Mual rasanya. Kayanya aku harus ke kamar mandi dulu, deh," ucap Anisa sambil memegang lengan suaminya.

"Ayo, aku antar."

"Nggak usah. Mas tunggu di sini aja, ya. Kita kan belum selesai belanjanya."

"Oke. Aku tunggu di sini," jawab Reza.

Anisa pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi ia merasa mual, lalu muntah. Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi dengan tergesa.

"Anisa..."

Anisa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia merasa mengenal suara itu. Ia terdiam sejenak, melihat Ahmad berdiri di depannya.

"Anisa.. kebetulan sekali kita bertemu di sini."

"Iya. Maaf, aku sedang terburu-buru. Mas Reza sedang menungguku."

"Tunggu, Anisa. Bisa kita berdua bicara sebentar saja ?"

"Apakah sangat penting ?"

"Iya."

"Baiklah, sebentar saja. Sebenarnya ada hal yang juga aku ingin sampaikan."

"Kalau begitu, bicaralah lebih dulu."

"Sebenarnya beberapa hari yang lalu, aku baru membaca surat yang kamu titipkan kepada Sinta. Suami Sinta baru menemukan surat itu setelah kepulangannya dari Mesir. Hal itu juga yang membuat mas Reza tidak suka jika aku masih berhubungan dengan segala yang berkaitan denganmu. Termasuk Tiara. Setelah ini, aku harap kita tidak bertemu lagi. Aku ingin menjaga perasaan mas Reza."

"Tadinya aku berharap bahwa pertemuan kita di kota ini, merupakan awal yang baik. Tapi ternyata kita bertemu kembali di waktu yang tidak tepat. Kamu telah menikah."

"Ahmad, apapun kejadian masa lalu di antara kita, lupakan saja semua. Aku berterima kasih atas segala kebaikan yang telah kamu perbuat."

"Baiklah, aku akan mencobanya," ucap Ahmad lirih. Meski dalam hatinya tidaklah mudah untuk melenyapkan segala kenangan yang telah tersimpan dengan baik dalam memorinya.

"Jadi, apa yang ingin kamu sampaikan ?"

"Tidak ada lagi. Aku tadi ingin bertanya, apakah kamu telah membaca surat itu. Dan ternyata kamu sudah membacanya."

Cinta Salah KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang