Pelukan Hangat

5.2K 138 0
                                    

Kemudian mereka saling bertatapan. Anisa begitu mengagumi wajah Reza yang kini tepat berada di hadapannya. Jari-jemarinya yang begitu lembut mengusap air mata di pipinya. Ia berharap Reza akan melakukan yang lebih dari itu. Namun tiba-tiba saja Reza memalingkan wajahnya ke samping dan bersin sebanyak 3 kali.

"Maaf Anisa sepertinya aku terkena flu," ucap Reza sambil memegang hidungnya.

Anisa mengambilkan tisu untuk Reza.

"Mas ke kamar saja, aku akan ambilkan air hangat dulu," ujar Anisa.

"Iya."

Tak lama kemudian, Anisa datang ke kamar dengan membawakan gelas air hangat. Reza meminumnya.

"Oh ya, kamu tidur saja di sini aku akan tidur di kamar yang satu lagi."

Anisa merasa kecewa, ia ingin bertanya kenapa mereka harus tidur terpisah kamar lagi. Tapi ia tak berani mengungkapkannya. Ia berpikir mungkin suaminya takut jika ia tertular flu. Ia berusaha tersenyum dan mengangguk tanda mengiyakan.

***

Malam itu setelah shalat tahajud, Anisa merasa ada yang kurang. Ia tak lagi mendapati suaminya di kamar yang sama. Padahal ia rindu meski hanya untuk sekedar mengecup pipinya. Diam-diam Anisa keluar dari kamar, ia melihat Reza di kamarnya. Anisa terpaku melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka. Ia melihat Reza sedang duduk bersimpuh di atas sajadahnya lalu mengangkat kedua tangannya. Bagi Anisa itu pemandangan yang luar biasa.

***

Usai menyelesaikan dzikir paginya Anisa keluar dari kamar.

"Anisa.. Ayo kita jalan-jalan pagi, kita cari bubur ayam."

Anisa langsung mengenakan gamis panjang dan kerudungnya.

Udara masih sejuk, matahari belum menampakkan sinarnya. Anisa berharap Reza menggandeng tangannya. Namun, Reza terus berjalan biasa saja. Tak lama, mereka melihat tukang bubur ayam di pinggir jalan. Mereka pun mampir.

"Bang, dua ya !"

"Siap, silahkan duduk."

Mereka duduk berhadapan.

"Gimana keadaan Mas ?"

"Masih sedikit flu, kepalaku sedikit pusing."

"Mau berobat ?"

"Nggak usah, insya Allah nanti juga sembuh sendiri."

Mereka menikmati bubur ayam sambil mengobrol.

"Oh ya, mulai hari ini mas tidak usah jemput aku siang hari. Aku bisa pulang sendiri naik angkutan umum."

"Oke, tapi kamu nggak apa-apa ?"

"Nggak apa-apa aku sudah biasa naik angkutan umum."

Seperti biasa, pagi itu Reza mengantarkan Anisa ke yayasan dengan mobilnya. Sebelum turun dari mobil Anisa menanti kecupan mendarat di keningnya, setelah mendapatkannya ia tersenyum. Ia pun turun dari mobil.

Sebagai seorang HRD di perusahaan besar, Reza memiliki gaji yang cukup tinggi. Ketika papa dan mamanya ingin membelikan rumah untuknya dan Anisa ketika itu, ia menolak. Reza membeli rumah yang ditempati bersama Anisa dengan tabungannya sendiri.

Ketika di kantor ponsel di meja kerja Reza berdering. Ia melirik layarnya, nomor tanpa nama. Ia mengangkatnya.

"Halo Reza.."

Suara itu, ia mengenal suara itu dengan baik. Terakhir ia mendengar suara itu tiga setengah tahun yang lalu.

"Laura..."

Cinta Salah KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang