Lukisan Bunga

6.6K 194 0
                                    

Di sisi ruangan lain, para bapak-bapak juga tengah asyik berkumpul dan mengobrol di teras.

Sementara anak-anak mereka ada yang langsung mengakrabkan diri dengan canda tawa dan obrolan ringan, namun ada juga yang diam menyendiri sibuk menyentuh layar ponselnya.

Reza ikut mengimbangi obrolan bapak-bapak dengan gayanya yang cool dan agak jaim. Lalu ia juga sempat berbincang dengan Roy, anak salah satu teman mamanya. Sebelum kemudian istrinya datang dan meminta Roy menggendong anaknya dahulu, karena istrinya ingin ke kamar mandi.

"Asyik ya, udah punya baby," ucap Reza.

"Alhamdulillah, bersyukur dan dinikmati aja. Ya walaupun repot tapi emang asik," jawab Roy sambil menimang-nimang anaknya yang masih berusia sekitar 5 bulan.

"Udah lama nikah ?"

"Ya hampir dua tahun. Kamu sendiri, masih single atau ..."

"Oh, aku masih single."

Istri Roy datang dan meminta agar Roy membawa anaknya ke dalam rumah, untuk ganti diapers.

"Oke, aku ke dalam dulu," ucap Roy.

Reza berjalan di sekeliling rumah Bu Purwanti. Ia melihat pemandangan di sekeliling rumah itu. Pepohonan tumbuh subur, turut andil dalam menghasilkan udara yang bersih.

Tiba-tiba saja pandangannya terhenti pada sesosok wanita berkerudung hijau yang tengah duduk membaca buku di bawah sebuah pohon.

"Kamu anaknya Bu Pur yang tadi menyambut tamu-tamu kan ?"

"Iya."

"Kamu nggak ngumpul di sana ?"

"Nggak," jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun dari bukunya.

Reza merasa aneh dan salah tingkah.

"Oke."

Reza pun pergi kemudian kembali ke teras rumah.

***

Waktu sudah sore, satu persatu anggota reuni berpamitan untuk pulang kepada tuan rumah, setelah puas melepas rindu. Namun tidak bagi Bu Nurul. Bu Pur menawarkan agar Bu Nurul menginap di rumahnya. Bu Nurul langsung menyambut baik tawarannya dengan penuh antusias. Bu Nurul juga sudah lama ingin bertemu dengan orang tua Bu Pur. Ia tak dapat melupakan kebaikan-kebaikan mereka pada masa dahulu.

Bu Purwanti tinggal di rumah tersebut bersama suami dan dua anaknya. Anak pertamanya perempuan, bernama Anisa. Dan anak laki-lakinya Rahmat. Selain itu ada seorang pembantu yang bekerja di rumah tersebut.

"Rahmat, hari ini kamu tidur di kamar ayah dan ibu ya."

"Memang kenapa Bu ?"

"Nanti kak Reza akan tidur di kamar kamu."

"Oke, bu. Bu, aku mau main kembang api sama Anto dan Ari di halaman ya."

"Iya, tapi hati-hati ya."

***

Reza masih di teras, asyik menonton pertunjukan kembang api yang dimainkan oleh Rahmat dan teman-temannya. Kemudian Bu Pur menghampirinya.

"Reza, nanti kamu istirahat di kamar Rahmat ya."

"Iya Tante, terima kasih."

"Mama dan Papa kamu di kamar tamu."

Rahmat dan kedua temannya masuk ke dalam rumah dan berlarian saling kejar-kejaran. Tanpa sengaja Anto menyenggol lukisan bunga mawar yang tergantung di pintu kamar. Lukisan itu terjatuh dan dengan terburu-buru Anto menggantungkannya di pintu. Antopun langsung berlari lagi mengejar Ari dan Rahmat.

***

Reza menuju dapur untuk mengambil minum. Tak sengaja ia bertemu Anisa yang sedang menutup pintu kulkas.

"Bisa minta air putih ?" tanya Reza.

"Bisa minta tolong angkat galon itu ke dispenser ?" tanya Anisa.

"Tentu."

Reza berusaha mengangkat galon berisi air itu ke atas dispenser  dengan sekuat tenaga. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan wanita. Padahal sebelumnya, ia belum pernah mengangkat air galon di rumahnya. Wajah Reza agak memerah menahan beratnya beban air galon itu. Anisa menahan senyumnya, padahal sebenarnya ia ingin tertawa melihat cara Reza mengangkat galon. Melihat Reza yang merasa kesulitan, Anisa dengan cekatan memegangi sisi galon yang lainnya, sehingga galon tersebut sukses mendarat di atas dispenser. Reza merasa lega.
Anisa mengucapkan terima kasih kemudian pergi.

Reza memutuskan untuk beristirahat. Ia melihat ibunya dan Bu Pur masih asyik mengobrol di ruang tamu. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sementara yang lainnya sudah berada di kamar masing-masing.

Reza ingin menuju kamar Rahmat. Di sana ada dua kamar berdampingan. Reza bertanya kepada Rahmat yang melintas dihadapannya. Rahmat terlihat mengantuk dan menutup mulutnya dengan tangan saat menguap.

"Rahmat, kamar kamu di sana kan ?"

"Iya kak. Kamarku sebelahan sama kamar teh Nisa. Kamar teh Nisa yang pintunya ada gambar bunga," jawab Rahmat tanpa menoleh ke arah yang ditunjuk Reza, sambil mengucek matanya yang sudah lima watt.

Bersambung...💙

Cinta Salah KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang