Rumah Sakit

3.7K 108 0
                                    

Anisa tidak bisa melihat jelas tamu yang membelakanginya itu. Ia hanya melihat dari sisi belakang. Ustadz Amir melihat Anisa yang sedang menunggunya.

"Bu Anisa.. Apa ada keperluan ?"

Lelaki itu menengok ke belakang. Anisa dapat melihat jelas wajahnya. Itu pria yang sama dengan yang kemarin bertemu dengannya di apotek.

"Anisa ? Kamu di sini ?" tanya Ahmad.

"Iya. Aku mengajar di sini."

"Oh ya ustadz, Anisa ini teman saya ketika SMP dulu."

"Oh begitu rupanya. Pantas saja kalian sudah saling mengenal. Bu Anisa, pak Ahmad ini baru saja mengantar donasi untuk yayasan. Almarhum ayahnya sudah sejak lama ikut menjadi donatur tetap di yayasan yatim piatu ini."

"Oh, begitu. Oh iya ustadz, tadi Bu Ratih menitipkan map ini untuk diserahkan kepada ustadz. Sepertinya Bu Ratih sedang ada urusan, jadi dia menitipkannya."

"Oh baik, terima kasih."

"Kalau begitu saya pamit pulang, ustadz," ucap Anisa.

"Saya juga, ustadz," ucap Ahmad.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumusalam."

Anisa berjalan lebih dahulu. Ahmad mengejarnya.

"Anisa, apa kamu sedang terburu-buru ?"

"Oh, nggak.. Oh ya, baru sekarang aku melihat kamu mengunjungi yayasan ini."

"Iya, biasanya mama mentransfer uang untuk donasi. Tapi kali ini mama memintaku untuk datang langsung sekaligus menemui ustadz Amir. Kamu sudah lama mengajar di sini ?"

"Hampir satu tahun. Oh ya, bagaimana keadaan Tiara ? Apakah sudah sembuh ?"

"Belum. Sudah tiga hari ini, dia dirawat di RS dekat sini."

"Kalau boleh tahu, dia sakit apa ?"

"Gejala tipes."

Anisa diam sejenak.

"Bolehkah aku menjenguknya ?"

"Tentu saja. Aku memang berencana akan ke rumah sakit sekarang. Kita bisa pergi bersama."

"Oke. Kamu jalan terlebih dahulu di depan. Aku akan berjalan mengikutimu dari belakang."

Ahmad mengangguk.

Anisa dan Ahmad berjalan menuju ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari yayasan. Hingga mereka tiba di rumah sakit dimana Tiara dirawat. Mereka melewati lorong demi lorong. Aroma rumah sakit yang begitu khas. Anisa menyaksikan banyak orang yang duduk mengantri di depan poli yang mereka tuju. Betapa berharganya nikmat kesehatan.

Anisa dan Ahmad tiba di depan kamar rawat. Anisa melihat seorang wanita sedang duduk di kursi di sisi ranjang. Seorang anak perempuan berselimut putih tengah tidur di ranjang itu. Ahmad mengucapkan salam. Mamanya menengok. Anisa tersenyum.

"Ma.."

"Kamu sama siapa ?"

"Oh, ini Anisa. Teman Ahmad waktu di SMP dulu. Dia mau jenguk Tiara."

"Teman SMP ? Dari Bandung ?"

"Iya Mah, tapi dia sudah di Jakarta hampir setahun."

Anisa mengulurkan tangannya, ia menyalami tangan mamanya Ahmad.

"Ayo, mari silahkan duduk."

"Iya, Tante. Terima kasih."

"Maaf Anisa, aku harus kembali ke kantor. Ma, aku pergi dulu."

Cinta Salah KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang