LFB-16

2.7K 367 16
                                    

Pencarian (2)

Jung Hoseok, dua hari terakhir ini kerap datang ke rumah milik keluarga Min. Beberapa kali ia mendiskusikan masalah yang dialami Jungkook kepada keluarga Min. Tetapi, beberapa kali pun keluarga Min, minus Yoongi menolak pendapat yang keluar dari mulut Hoseok.

Seharusnya Hoseok tidak menyerah saat itu, seharusnya ia tetap berada di sisi Jungkook. Mengajarinya dengan sabar dan telaten. Tetapi Hoseok justru menyerah di tengah jalan, bahkan sebelum ia mengetahui gangguan psikologis yang di derita oleh Jungkook.

"Nyonya, saya mohon temukan Jungkook sekarang juga. Saya yakin Jungkook anak yang cerdas, maafkan saya nyonya karena sudah menyerah ketika mengajari Jungkook." Jung Hoseok berkali-kali mencoba untuk meyakinkan nyonya Min. Tapi tetap saja, nyonya Min tidak percaya dengan ucapan Hoseok.

Yoongi, Taehyung dan juga ayahnya sedari tadi memang menemani Hoseok yang sedang berkunjung.

"Aku tidak percaya, Hoseok. Bagaimana bisa kau percaya dengan sikap Jungkook yang seperti itu selama menduduki bangku Sekolah Dasar? Dia tetap anak bodoh!" Yoongi mengepalkan tangannya ketika mendengar ibunya mengatakan hal itu terhadap Jungkook. Bagaimanapun Yoongi menyayangi Jungkook.

"Ibu!" teriakan Yoongi akhirnya keluar. "Kau sudah kelewatan!"

"Apa? Kau membela anak cacat mental itu hah?!" Yoongi menghela napas, ia tidak tahu harus bagaimana mengatasi ibunya yang keras kepala.

"Saya berjanji nyonya, saya akan mengajari Jungkook sampai bisa. Tolong carikan dia nyonya." Hoseok masih memohon. Yoongi yang menatap ibunya tak urung membuat wajahnya menghangat.

"Tidak! Aku tak akan mengakui Jungkook sebagai anakku!"

"Ibu! Dia anak ibu! Bagaimana bisa ibu tidak mengakui dirinya?! Jungkook adikku, adik Taehyung juga ibu!" emosi Yoongi sudah berada di pucuk ubun-ubunnya. Ia meledak.

"Apa yang Yoongi katakan itu benar, nyonya. Jungkook penderita disleksia, itu sebabnya mengapa Jungkook tidak bisa untuk membaca." Hoseok masih menjelaskan.

Taehyung hanya bisa menatap mereka yang sedang berdebat. Ia juga tidak tahu apa yang harus Taehyung lakukan. Melihat Yoongi yang membela Jungkook saat ini membuat Taehyung tersenyum, miris.

Beberapa hari lalu, ketika Taehyung dan Yoongi pergi berdua untuk menghabiskan waktu mereka, Taehyung bahkan sudah merasakan sedikit perhatian Yoongi yang tidak sempat ia dapatkan, lagi. 

Yoongi menghampiri Taehyung, mengajaknya ke suatu tempat, menghabiskan waktu bersama. Justru Taehyung merasakan jika kasih sayang Yoongi terhadap Jungkook masih sama, masih sangat besar. Seperti ketika Jungkook lahir dan menyapa dunia. Atau ketika Taehyung kecil bertanya apa yang akan Yoongi lakukan kepada Jungkook juga dirinya.

"Ibu, izinkan aku untuk menemukan Jungkook." tangan Yoongi terulur, ia menggenggam kedua tangan ibunya. Memohon dengan linangan air mata yang ia tahan selama beberapa hari ini.

Hati Yoongi sakit ketika ia pulang ke rumah tidak ada Jungkook yang menyapanya. Tidak ada lagi senyum dengan gigi kelincinya, tidak ada lagi tangan mungil yang merangkul pinggang Yoongi lalu ia mengusapkan wajahnya pada perut Yoongi.

Yoongi merindukan itu, merindukan semua perlakuan Jungkook kepada dirinya.

Ya Tuhan, mengapa susah sekali untuk membawa kembali Jungkook ke dalam keluarganya?

Yoongi menatap kedua orang tuanya, juga Hoseok dan Taehyung secara bergantian. Mengamati manik mata mereka dan segurat wajah tanpa penyeselan, kecuali Hoseok yang merasa bersalah dan sedang berusaha untuk meyakinkan ibunya.

Merasa mendapat tatapan intens dari putranya, serta raut wajah yang memohon akhirnya sang ibu menghembuskan napasnya pasrah. Ia menegakkan duduknya, berbalik mengamati Yoongi.

"Baiklah, ibu akan memberikan kesempatan. Ibu tidak akan melarangmu untuk mencari Jungkook," ucapan ibunya terputus saat sedang berbicara dengan Yoongi. Kemudian atensinya beralih kepada Hoseok, "jika kau bisa mengajari Jungkook untuk membaca, aku tidak akan menendang bocah itu keluar dari rumah ini." Yoongi dan Hoseok menghembuskan napas lega. Mereka saling melemparkan senyum, mengerti akan arti dari senyuman Yoongi.

Yoongi mengalihkan perhatiannya kepada ayahnya, satu orang yang sama sekali tidak Yoongi pahami, ketika keluarganya sedang membahas masalah serius seperti saat ini. Mengapa ayahnya tidak membela atau bahkan membenci Jungkook?

Disana ayahnya hanya duduk termangu, mengamati kedua putranya, ibunya dan juga gurunya.

Hey! Bukankah ini salah?

Mengapa justru orang lain sangat peduli kepada Jungkook, sedangkan dirinya hanya menatap tanpa mengeluarkan pendapat atau melerai.  Rasanya ingin sekali Yoongi mendaratkan kepalan tangannya ke wajah ayahnya, untuk menyadarkan jika anaknya sedang dalam masa pencarian!

Tidak peduli, toh selama ini ayahnya telah memberikan fasilitas yang memang seharusnya Yoongi dapatkan. Asal dia tidak menjadi seperti ibunya yang menentang Jungkook untuk kembali ke dalam keluarga Kim.

Yoongi berdiri, ia menyambar kunci motor yang berada diatas meja. Membungkukkan sedikit badannya kepada mereka, setelah itu ia melangkah menjauh. Taehyung menatap punggung hyung nya. Miris, Jungkook lebih penting daripada Taehyung yang sedang merindukannya, lagi.

Suara deru motor milik Yoongi terdengar hingga ruangan mereka. Kemudian secara perlahan suara itu menghilang dari pendengaran, digantikan dengan asap knalpot motor milik Yoongi.

Sejujurnya, Yoongi tidak tahu harus mencari Jungkook kemana. Ia hanya berputar mengelilingi sekolah Jungkook, sambil mengingat apakah ada teman yang sedang dekat dengan Jungkook dan menceritakan kepada Yoongi.

Otak Yoongi berpikir keras, membuka kembali setiap percakapan dan moment yang ia lalui bersama Jungkook. Namun sia-sia. Satupun tidak ada sebuah percakapan dimana Jungkook mengenalkan temannya kepada Yoongi.

Ia menghentikan motornya tepat di gerbang sekolah Jungkook yang sudah kosong, hari mulai sore. Udara semakin dingin, tapi Yoongi enggan untuk beranjak dari sana.

Yoongi baru menyadari jika ada sebuah rahasia besar yang Jungkook sembunyikan dengan rapat dari Yoongi.

Kedekatan mereka bukan suatu pertanda jika Yoongi dan Jungkook mempunyai ikatan yang sangat dalam. Mereka tidak mengetahui kehidupan satu sama lain. Jungkook tidak pernah membagikan sebuah rasa sakit kepada Yoongi. Jungkook juga tidak pernah membicarakan apa saja yang sedang ia alami di sekolah. Yang Yoongi tahu selama ini, Jungkook adalah anak yang baik. Ketika Jungkook berada disampingnya itu sudah menjadi sangat cukup bagi Yoongi.

Namun, kenyataannya tidak begitu. Ia baru menyesal ketika Jungkook tidak pernah menceritakan bagaimana kehidupannya yang sebenarnya.

Yang Yoongi ingat, hanya ketika Jungkook tersenyum.

Menangis,

Juga terluka,

Sebuah rasa yang sangat nyata.

Tapi bukan itu yang Jungkook rasakan. Kesakitan yang Jungkook alami lebih besar dari sebuah rasa terluka.

Yoongi mendongak, sang surya hampir tergusur dari peredaran poros bumi. Semburat warna orange di musim semi saat ini menyoroti satu titik di timur sana. Indah, terlebih ketika Yoongi melewatinya dengan mereka. Kedua adiknya, bukankah akan lebih tampak sempurna?

Hoi,
Apa kabar?
Lama nggk apdet :(

Sincerly
-JINNI

Learning From Butterflies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang