LFB-05

3.2K 413 2
                                    

Rahasia

Jungkook mendengar semuanya, teriakan marahnya, erangan kesakitan dan suara debaman tubuh Taehyung yang menghantam lantai. Jungkook bergidik ngilu, tapi ia juga berpikir apakah anak seumuran dirinya bisa menyelamatkan Taehyung?

Keraguan menyelimuti dirinya. Tangan Jungkook yang terulur memegang gagang pintu ia tarik kembali. Raut wajahnya bercampur, takut, sedih dan kasihan.

Tapi otak waras Jungkook masih bisa berpikir. Jika ia tak akan menyelamatkan Taehyung dengan cepat ia mempunyai dua kemungkinan. Pertama; dibenci Taehyung karena ia tahu Jungkook yang berdiri disana dan menyaksikan semuanya tetapi Jungkook dengan bodohnya justru hanya melihat kejadian yang seharusnya tidak pernah terjadi atau Taehyung berakhir tak sadarkan diri.

Jungkook memejamkan mata, mencari sebuah keyakinan yang mungkin akan merambat masuk dalam dirinya. Dan ia menemukannya disana. Ketika Jungkook melihat Taehyung yang kesakitan dalam tidurnya atau ketika Taehyung yang pulang dan membawa luka memar.

Kali ini ia yakin, Jungkook harus menyelamatkan Taehyungnya. Iya, Taehyung adalah hyung-nya. Jadi apa salahnya ketika Jungkook menyebut Taehyung seperti itu?

Tangan mungilnya terulur, menyentuh gagang pintu lalu memutar engselnya. Jungkook melihat mereka tiga pria berbadan lebih besar dari Taehyung sedang mengepung Taehyung yang tersudut disana.

Mereka terkejut ketika mendapati seorang anak lucu dengan polosnya membuka pintu itu. Salah satu dari mereka tersenyum miring, memperlihatkan gigi taringnya. Jungkook menatap kearah Taehyung yang sudah terkapar di sudut ruangan itu.

"Kau lihat Tae? Bahkan adikmu yang lucu dan menggemaskan ini berani untuk membuka pintu ini, jadi apakah aku boleh memilikinya?" pria itu mengangkat dagu Taehyung.

"Aku tak akan membiarkanmu menyentuhnya!" Taehyung berteriak, Jungkook terpaku.

Perkataan Taehyung itu seakan baru saja jika ia mengakui keberadaan Jungkook dan posisinya sebagai adik dari seorang Min Taehyung. Jungkook tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Hyung! Kau tak apa?" Jungkook tak peduli, ia melangkah ke arah Taehyung.

"Pergi Jung! Mereka akan membawamu!"

"Tidak! Aku akan berada disini denganmu hyung."

"Bagus anak manis, kau ingin menyiksakan penderitaan hyungmu ini benar?" pria itu masih menggoda Jungkook dengan senyum miringnya, Jungkook menatapnya sebal. Ia kemudian mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan pria berkulit tan itu.

"Kau tak boleh menyiksa hyungku! Ayo pergi hyung!" Jungkook membanyu Taehyung berdiri. Tangan mungilnya ia letakkan pada bahu Taehyung.

"Kau tak bisa membawanya dengan mudah tuan muda Min. Kau harus melihat bagaimana aku menyiksanya."

"Ck, pergi! Jangan ganggu hyungku!" Jungkook melepaskan rangkulan diatas pundak Taehyung. Tubuh mungilnya menghadang tiga pria yang akan menghajar Taehyung lagi.

"Atau kau yang akan kusiksa manis?" Jungkook menatap tak suka.

"TOLONG?! TOLONG?! ADA KEKERASAN!!" teriakan Jungkook itu keras. Seperti toak, suara cemprengnya menggema. Memantul dari dinding. Menyalurkan suara Jungkook hingga keluar. Dan tak lama banyak orang yang memasuki ruangan tersebut.

"TIGA KAKAK ITU AKAN MENYAKITI HYUNGKU! TOLONG AKU!" Jungkook masih mengerucutkan bibirnya lucu. Dan itu membuat siswa yang sedang berkumpul disana memberikan tatapan mengintimidasi kepada mereka.

"Tidak.. Tidak.. Jangan percaya dengan anak kecil itu. Kami hanya bermain." pria berkulit tan itu mengusak rambut Jungkook dengan terpaksa.

"Oh Kim Mingyu? Bukankah kau memang suka membuat masalah disekolah ini? Ikut aku ke ruanganku atau kuserahkan dirimu ke ruang konseling?" disana, pria berkulit albino itu mendekat. Membawa Mingyu menjauh dari sana.

"Maaf adik kecil, Mingyu memang selalu membuat ulah seperti itu. Apa kau mau memaafkannya?" si albino mengusap gemas pipi Jungkook.

"Tidak! Dia selalu memukul hyungku. Aku tak bisa memaafkannya. Maafkan aku." Jungkook menjawab sopan.

"Tak apa, aku mengerti. Kau adik dari Min Taehyung?" Jungkook mengangguk.

"Kau boleh membawa Taehyung pulang adik kecil. Aku akan mengizinkannya ke guru konseling."

"Terimakasih, kak. Suatu saat jika aku bertemu denganmu kembali aku akan membalas kebaikanmu." Jungkook tersenyum konyol dengan kakak kelas yang Jungkook tidak tahu namanya.

"Aku paham, terimakasih." Jungkook mengangguk, kemudian ia berjalan kearah Taehyung yang sedang memegang dadanya sakit.

"Hyung, kita pulang. Aku akan membawamu pulang dan merawatmu dengan baik." Taehyung blank, ia tak paham dengan ucapan Jungkook. Taehyung menuruti apa yang dilakukan Jungkook kepadanya.

Taehyung tak bisa berpikir lagi. Rasa sakitnya mengalahkan akal sehat Taehyung. Jungkook masih memapahnya. Ia menghentikan taksi saat berada di depan gerbang sekolah Taehyung.

"Hyung, kau harus bertahan." Jungkook mengusap keringat yang membanjiri wajah Taehyung, "Aku akan membawamu ke tempat rahasiaku. Disana aku akan merawatmu."

Taehyung mengangguk, matanya terpejam. Ia tak bisa mencerna perkataan Jungkook. Ada sesuatu yang merambat dalam hati Taehyung, sebuah kehangatan yang sudah lama tak menyambangi hati Taehyung.

"Hyung, kita sudah sampai," kata Jungkook setelah ia menyerahkan beberapa lembar uang won kepada sopirnya.

Disana, di tengah pohon rindang ada sebuah gubuk kecil yang berdiri di tengahnya. Gubuk yang terlihat sangat terawat, dihiasi oleh tanaman rambat juga sebuah pohon anggur yang berbuah berwarna ungu menambah kesan apik disana. Jungkook mengambil kuncinya dari dalam sakunya. Memasukkan ke dalam lubang kunci dan membuka pintunya.

"Hyung, tidurlah disini. Aku akan mengambilkan kotak obat terlebih dahulu." Jungkook menepuk sebuah ranjang berukuran sedang, yang diselimuti dengan seprai berwarna biru.

Taehyung tercengang, ia tak pernah tahu jika Jungkook mempunyai tempat semacam itu. Lukisan indah dimana-mana. Ada beberapa lukisan abstrak, alam dan juga dirinya?
Lukisan wajah Taehyung juga Yoongi terpampang disana. Ada sebuah piano dan gitar. Alis Taehyung bertaut, darimana ia mendapatkan semua barang ini?

"Jungkook?"

"Ya hyung."

"Dari mana kau mendapatkan uang ini?"

"Ayah dan ibu. Uang sakuku. Aku tak pernah membelikan uang sakuku selama enam tahun ini. Aku menginginkan semuanya hyung, maaf." Taehyung tak bergeming. Dalam hati kecilnya ia kagum dengan keinginan Jungkook.

"Apa ini sakit hyung?" Jungkook menekan pelan luka Taehyung.

Taehyung menggeleng, ia menggenggam tangan kecil Jungkook.

"Jangan lakukan ini lagi." Jungkook mengerjap lucu.

"Wae hyung?"

"Karena aku membencinya." ucapan Taehyung telak membuat Jungkook tersenyum getir.

Apakah Taehyung begitu besar membenci Jungkook?
Taehyung tak pernah menganggap Jungkook ada.

Dunia Jungkook seakan melambung kemudian terhempas sangat kuat.

"Aku akan merawatmu seperti ini hingga kau menganggapku ada, hyung."

Sincerly
-JINNI

Learning From Butterflies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang