LFB-08

2.8K 364 16
                                    

Abjad

Hari itu hari Senin, sesuai perjanjian. Jungkook akan melakukan home schooling. Belajar di rumah. Ini pasti akan membosankan. Terlebih ketika Jungkook melihat Taehyung dan Yoongi berangkat bersama.

Mereka tertawa, Taehyung akrab dengan Yoongi. Tersenyum juga terkadang tangan usil Taehyung menggoda Yoongi. Membuat Yoongi mendaratkan tendangan pada bokong Taehyung.

Hangat.

Menyenangkan.

Bagaimana mungkin Jungkook bisa melupakan tingkah konyol mereka berdua?
Bagaimana mungkin Jungkook bisa bertahan hidup tanpa mereka berdua?

Walaupun Taehyung selalu menganggap Jungkook sebagai anak yang idiot.
Tapi, Jungkook tidak ingin berpisah dengan mereka.

Rasa sayang Jungkook terhadap Taehyung lebih besar. Ada sebuah keinginan untuk terus mendekatinya ketika Taehyung mati-matian untuk menjauh.

Jungkook ingin merasakan usakan gemas dari Taehyung.

Apakah sesulit itu untuk mendapatkannya?

Jam menunjukkan pukul 07:00 semua penghuni rumah Jungkook sudah berangkat untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing. Menyisakan Jungkook yang sedang menunggu gurunya.

Jungkook tidak tahu, apakah ini akan berhasil. Yang jelas, ia takut jika ibunya akan menendang Jungkook keluar rumah, memisahkan dirinya dari kedua kakaknya.

Ting.. Tong..

Suara bel rumah berbunyi. Jungkook gelagapan dari lamunannya, langkah kakinya mulai berjalan menuju pintu utama. Disana, Jungkook melihat seorang pria, tampan. Ia menenteng tasnya, tersenyum ramah. Sambil melambaikan tangannya.

"Annyeong!" sapanya. Jungkook terkesiap, tapi tak lama Jungkook juga tersadar.

"Annyeong, silakan." Jungkook membuka lebar pintu rumahnya, mempersilakan pria dewasa itu masuk ke dalam rumahnya.

Jungkook yang berada dibelakangnya berjalan mendahuluinya. Menunjukkan tempat dimana seharusnya ia belajar bersama Jungkook.

"Disini, eum.. Ssaem?" Jungkook ragu dengan panggilannya. Tapi sepertinya pria itu tidak terkejut ketika Jungkook memanggilnya seperti itu. Lengkungan kecil terlihat menghiasi wajah tampannya. Pria itu menurut, mengikuti Jungkook yang sudah duduk disana.

"Baiklah Jungkook, bisa kita mulai belajarnya?" Jungkook mengangguk ragu. Ia takut, dan juga malas.

Takut untuk di tendang ke luar rumah.

Dan malas menghadapi buku-buku sialan itu.

Pria dewasa itu berdehem kecil, kemudian memperkenalkan dirinya.

"Hai, Jungkook. Perkenalkan namaku Jung Hoseok. Kau boleh memanggilku Hoseok." perkenalan yang sangat singkat, tapi entah mengapa Jungkook menyukainya.

"Iya Hoseok ssaem." Jungkook mengangguk antusias.

"Jadi, kau kelas berapa?"

"Enam!"

"Sudah bisa membaca?" Jungkook menggeleng kencang. Bukankah tugas Hoseok mengajari Jungkook agar bisa membaca?

"Kau ingin bisa membaca?" tawar hoseok lagi. Kalau boleh jujur, Jungkook malas untuk bisa membaca. Tapi ia tak mengatakannya dan berakhir dengan anggukan. Ia tak ingin mengecewakan Hoseok.

"Baiklah, aku akan mengajarimu dengan perlahan." Hoseok mengeluarkan buku membaca yang digunakan oleh dirinya saat ia mengajar.

"Nah, ini. Kau pasti tahu kan abjad-abjad yang berurutan seperti ini?" Hoseok menunjuk abjad dengan huruf besar. Abjad kapital huruf A sampai Z yang saling berurutan.

Jungkook menggeleng. Imajinasinya kembali melambung. Di matanya huruf A itu menari-nari, melompat saat Jungkook berusaha untuk mengejanya.

"Aku sama sekali tak bisa untuk membacanya ssaem." Jungkook mengeluh, ia tak tahu satu huruf pun.

"Ini A." tuding Hoseok kearah huruf kapital A.

"A?" Jungkook mengulangi. "Yang berlarian dan menari-nari itu ssaem?" Jungkook mengerjap polos. Hoseok tertawa.

"Bukan, huruf A tidak bisa bergerak kemana-mana. Dia diam di tempat. Huruf A tidak akan lari. Karena dia tidak mempunyai kaki."

"Ssaem! Huruf A mempunyai kaki. Lihat dua kaki yang menyangga tubuhnya iyu ssaem." Jungkook menuding huruf A yang ada di bawah sendiri. Jungkook jelas melihatnya, dua kaki yang menumpu badan huruf A itu.

"Tidak Jungkook, dia tidak akan bisa untuk lari." Hoseok masih sabar menanggapi ocehan tidak jelas dari Jungkook.

Akhirnya Jungkook mengalah, ia menuruti Hoseok. Jungkook menyamankan kembali dirinya.

"Nah kalo yang ini B!" Hoseok menunjuk huruf disampingnya.

"B?" Jungkook mengulangi.

Dimata Jungkook, huruf B itu menyerupai kaca mata. Huruf itu kembali melayang seperti sebelumnya.

Jungkook tidak bisa mengenali dengan jelas. Baginya semua huruf sama saja. Berlarian saling mengejar ketika Jungkook baru akan memahaminya.

"Ssaem? Bukankah itu bentuk kacamata?" Jungkook mengerjap lucu. Hoseok menahan tawa, tapi kemudian ia kembali mengubah ekspresinya.

"Bukan, Jungkook. Itu B. Abjad kedua." Jungkook hampir saja menggeleng. Tapi ia tak tega jika Jungkook harus mengecewakan Hoseok lagi.

"Dan ini huruf C." Hoseok menunjuk huruf ketiga itu.

Jujur, Jungkook tidak paham dengan semuanya. Terlalu memaksa ketika Jungkook tidak mengetahui apapun.

Semuanya hanya berputar di kepalanya. Berlarian, membentuk sesuatu yang tak beraturan. Melesak dan mendesak masuk ke dalam kepala Jungkook. Dipaksa begitu saja.

"Bagaimana? Apakah ada kemajuan?" itu ibu Jungkook, yang baru saja melepas sepatunya dan masuk dengan tergesa. Mengecek Jungkook yang sedang home schooling.

Hoseok tersenyum, membungkuk sebentar. Lalu menatap ibunya lama.

"Belum, nyonya. Tapi aku akan berusaha semampu mungkin." nyonya Jeon mengangguk. Menatap tajam kearah Jungkook.

"Aku permisi untuk pertemuan hari ini nyonya, Jungkook butuh istirahat." Hoseok undur diri, membungkuk sekali. Lalu membereskan bukunya.

"Terimakasih sudah memenuhi panggilan saya, ssaem." Hoseok mengangguk. Kemudian pergi dari sana

Sepeninggalan Hoseok, nyonya Jeon menatap Jungkook kembali. Tatapan tajam yang menghujam.

"Kau ingat? Aku akan menendangmu dari rumah jika kau tak mampu membaca!"

Sincerly
-JINNI

Learning From Butterflies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang