LFB-02

5K 490 27
                                    

Trouble

12 Februari 2009

Seorang pria kecil yang berbalut dengan seragam lusuh itu berjalan santai. Ukiran senyumnya membuat siapa saja yang melihat dirinya merasa jika anak itu pasti sedang bahagia.

Anak kelas enam sekolah dasar itu tampan. Sangat. Lihat saja garis wajahnya yang menggemaskan.

Tapi, dibalik senyum bahagianya dan wajah tampannya. Ia menyimpan sebuah rasa sakit yang tak pernah orang lain alami. Bocah kecil itu memang bisa menyembunyikan rasa sakit dari orang dewasa.

Langkahnya terhenti. Pada sebuah aliran air sungai yang terlihat sangat keruh. Bocah bernama Jungkook itu mengamati ikan-ikan kecil yang ada disana. Tangannya terulur, ia mengambil botol air minum yang ada di tasnya. Membuang sisa air minumnya dan menggantinya dengan air serta ikan yang ada disana.

"Hai, teman kecil. Kau akan ikut denganku kali ini." Jungkook bergumam, botol yang ia punya dipeluk dengan erat. Mengantisipasi jika saja botol itu jatuh.

"Kau lihat! Itu si bodoh idiot!" teriakan anak-anak kurang kerjaan yang senang mengganggu Jungkook itu tak dipedulikan oleh Jungkook.

Ia sudah terbiasa mendapatkan bullyan semacam itu. Jungkook tak tahu apa yang salah dengannya. Hingga semua teman-temannya menganggap jika dia adalah orang idiot dan bodoh.

"Hei, idiot! Apa sekarang kau merangkap menjadi anak tuli juga?" Jungkook menghentikan langkahnya. Ia meletakkan tas dan botol ikannya.

"Aku tidak bodoh! Aku tidak idiot!" Jungkook berteriak di depan dua anak iseng itu. Mereka berbadan lebih besar dari Jungkook. Anak-anak itu juga satu sekolah dengan Jungkook. Mereka memang suka mengganggu anak lainnya, bahkan Jungkook yang tak luput dari bullyannya.

"Kau bodoh! Membaca saja kau tidak bisa! Dan kau itu idiot! Untuk apa kau mengambil ikan-ikan tak berguna itu?!" Jungkook mengepalkan tangannya. Ia menerjang anak-anak nakal itu. Menggigit lengannya, memukul pipinya juga menendang-nendang dengan brutal. Mereka melakukan hal yang sama dengan Jungkook. Dan itu berlangsung sampai ada seseorang datang untuk memisah mereka. Seorang laki-laki tampan yang Jungkook kenal.

"Hentikan! Jungkook hentikan!" laki-laki itu berteriak sambil memisah mereka. Jungkook menurut. Ia masih marah. Matanya memerah menahan amarah. Mereka sama, tapi tak berani melawan karena ada orang dewasa disana.

"Hyung, maafkan aku." ya, itu Yoongi. Kakak pertamanya. Jungkook mengusap telinganya yang perih.

"Ayo, pulang. Kau ingin ice cream?" Jungkook mengerjap. Ia kira hyung nya akan memarahinya. Tapi ia justru menawarkan ice cream. Jungkook mengangguk, ia memang ingin ice cream.

Mereka sampai di supermarket. Jungkook berlari mendahului Yoongi. Ia menuju tempat penyimpanan ice cream. Matanya menatap lapar, Jungkook membukanya, lalu mengambil dua cone ice cream.

"Hyung.." Jungkook menunjukkan dua cone ice cream yang Jungkook ambil. Yoongi membeli obat merah dan hansaplast. Ia tidak sanggup melihat wajah Jungkook seperti itu.

"Sudah?" Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Yoongi mengeluarkan beberapa lembar uang won dari dompetnya dan menyerahkan kepada si kasir. Setelah selesai, mereka pulang menuju rumah.

"Jungkook?" Yoongi memanggil Jungkook saat mereka sampai di rumahnya. Jungkook yang baru saja akan memasukkan ice cream ke dalam mulutnya, menggerutu kecil. Dan menghampiri Yoongi.

"Iya, hyung."

"Kau tak boleh melakukan ini lagi." Yoongi mengeluarkan obat merah dan hansaplast juga alkohol serta kapas yang ada di kotak P3K.

"Mereka menggangguku hyung! Apa aku harus diam saja?"

"Kau hanya tidak perlu mempedulikan mereka." Yoongi membersihkan luka-luka itu dengan telaten.

"Aku tidak suka di tindas hyung!"

"Aku tahu, sayang. Tapi kau juga tidak boleh membuat dirimu terluka. Apa ini tidak sakit?" Yoongi menekan pelan telinga Jungkook yang berdarah. Gigitan anak-anak nakal itu membuat telinga Jungkook lebih banyak mengeluarkan darah.

"Tidak, aku tidak merasakan sakit." Jungkook saja yang asik memakan ice creamnya.

"Nah, kau paham? Jangan pedulikan mereka."

"Tidak hyung! Mereka bilang aku idiot! Merekan bilang aku bodoh! Aku tidak idiot dan bodoh!"

"Iya sayang, hyung tahu kau tidak bodoh dan tidak idiot. Hanya kau tidak perlu mempedulikan mereka. Jika mereka akan memukulmu kau lari saja, atau cari hyung. Kau tahu bukan jika hyung akan selalu ada untukmu." Jungkook menggeleng, ia juga tak ingin melihat Yoongi terluka.

"Aku akan menanggung semuanya sendiri hyung." Yoongi menghela napas pasrah. Ia bingung bagaimana memberikan penjelasan kepada Jungkook.

"Ayah dan ibu kapan pulang hyung?" Jungkook mengalihkan pembicaraan. Belum sempat Yoongi menjawab. Kedua orang tuanya masuk, dengan seorang anak kecil yang tadi menjahili Jungkook. Beserta orang tuanya juga.

"Jungkook?!" teriakan ayahnya mengejutkan Yoongi dan Jungkook.

"Sini anak nakal!" ayahnya menyeret Jungkook agar berhadapan dengan orang yang tadi menjahili Jungkook.

"Kau lihat! Dia terluka karenamu! Apa yang telah kau lakukan Jungkook?! Apa kau tidak bisa bersikap normal?!" Jungkook berdecih, ia menatap bocah tadi. Senyuman sinis bocah itu membuat Jungkook ingin mencakar kembali wajahnya.

"Maaf," ucap Jungkook. Ia tak berani melawan orang tuanya. Jungkook tahu etika.

"Awas kau! Jika kau mengganggu anakku lagi, aku tak akan segan-segan memukulmu!" orang tua bocah tadi mengancam, kemudian pergi dengan tidak sopan dari sana.

Ayahnya mencengkram kedua bahu Jungkook, ia menatap Jungkook, "Kau tak merasa bersalah sedikitpun anak bandel?! Ayah tidak pernah mengajarimu untuk berbuat jahat kepada orang lain! Kau menimbulkan masalah! Bersikaplah seperti kedua hyung mu, Jungkook! Ini peringatan terakhir! Jika ayah tahu kau membuat masalah, ayah tak akan pernah menganggapmu sebagai anak!" Jungkook tertegun. Rasanya ia ingin menangis saja, tapi Jungkook menahannya. Agar ia tak terlihat lemah.

Apdet yay..
Btw, ini terinspirasi dari tarezamen. Heung, tau kan?
Pilem india, asique. Wakaka.
Voment, juseyo.

Sincerly
-JINNI

Learning From Butterflies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang